Sumpah, salat magrib Gia kali ini entah ke mana khusyuknya. Gara-gara Gazain dan permintaan anehnya yang harus Gia patuhi. Gia jadi buru-buru salat supaya lelaki itu tak lebih dulu datang saat ia sedang dalam gerakan salatnya. Titahnya jelas, Gia harus membuka pintu dan menyambutnya datang. Jadi Gia langsung ke depan setelah menggantung mukenanya. Dengan anak kunci terhubung di pintu Gia mengintip jendela. Sesaat ia jadi tertegun melihat perubahan suasana hari menjelang malam. “Indah sekali,” gumamnya takjub. Tak lama Gia menikmati situasi itu karena lampu mobil menyorot ke arahnya. “Itu dia!” Gia sebenarnya tak mau sepatuh ini, tapi ia sungguhan ingin menikmati makanannya dengan tenang. Percuma saja memasak dan lelah menyiapkan jika tak bisa menikmatinya secara sempurna. Jadi, Gia h

