Sejak ikut andilnya Medina dan Gazain dalam membereskan kontrakan baru untuknya, Gia merasa lumayan bersalah kepada pasangan berbahagia itu. Memang, keduanya tampak saling mencintai, tanpa sedikit pun pura-pura. Gazain lebih banyak membantu di sekitar Medina dan begitu sering menyapanya. Air wajah dan nada suara Gazain akan langsung melembut begitu bersinggungan dengan Medina. Terkesan, tapi tertekan juga Gia, serasa dirinya duri dalam rumah tangga mereka. “Jadi, bagaimana kalian bisa menikah?” tanya Gia, setidaknya pasangan romantis itu tahu ada dirinya di sekitar mereka. “Dan untuk apa kamu tahu?!” sahut Gazain tak bersahabat. “Sekedar pengisi sepi selagi berberes ini.” Gia menyunggingkan senyum ejekan, “Aku membuat berantakan hidupmu, ya?” “Iya! Harusnya kamu tidak perlu datang.”

