Pagi esok harinya, Rheina beraktivitas seperti biasa. Entah pukul berapa suaminya pulang, dia tak terlalu memperhatikan. Pasalnya, hingga pukul dua belas malam, pria itu tak pulang. Mungkin pukul dua atau tiga dini hari Vano tiba di rumah.
Rheina berangkat ke kantor seperti biasa. Saat di koridor menuju ruangannya, terdengar beberapa wanita yang duduk berkelompok bergosip ria.
Rheina sedikit mencuri dengar pembicaraan wanita kantor di divisinya itu.
"Eh tau gak? Kemarin aku ngelihat Novita ketemuan sama cowok?" ucap salah seorang diantara mereka
"Ah, masa sih? Novita bukannya masih single?" timpal seorang yang lain.
"Seriusan! Aku kemarin gak sengaja lihat dia di hotel besar itu. Si cowok cakep banget!"
"Pantesan dia nolak pria-pria di sini yang nembak dia," timpal yang lain.
Rheina hanya menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan mereka yang suka bergosip di pagi hari.
Walaupun Rheina tahu kalau Novita ke hotel kemarin, dia hanya diam. Pasalnya, Rheina sendiri tak tahu dan tak melihat Novita seperti yang dibicarakan oleh rekan kerja yang lainnya.
"Pagi, Rhe!" Novita menyapa Rheina dengan wajah yang begitu cerah.
"Pagi." Rheina membalas sembari tersenyum.
Pagi itu berlalu begitu saja. Rheina beraktivitas seperti biasanya. Tanpa terasa jam makan siang hampir tiba. Rheina mendapat pesan dari Novita, ajakan makan siang bersama.
Rheina membalas pesan singkat Novita mengiyakan ajakannya.
Saat jam makan siang tiba, Novita sengaja menunggu Rheina di depan pintu ruangan Rheina. Dan saat yang ditunggu muncul, ia segera mengapit lengan Rheina dan sedikit menyeretnya makan bersama di salah satu rumah makan depan kantornya. Rumah makan sederhana yang menyediakan makanan rumahan.
Rheina merasa tersentuh, Novita tahu apa yang menjadi seleranya. Rheina merindukan masakan rumahan. Saking seringnya makan siang dan makan malam bersama klien nya yang notabene orang luar negeri, Rheina rasanya sudah lama tak merasakan masakan khas orang Indonesia yang kaya akan rempah-rempah.
"Oh iya, Nov. Aku ngajakin suamiku makan siang bareng. Gapapa, kan?" Rheina bertanya terlebih dahulu mengingat dia lupa tak memberitahu temannya itu perihal suaminya yang juga mengajaknya makan siang bersama.
"It's okay. Gak masalah kok," jawab Novita enteng.
Tak lama, terdengar derap langkah kaki mendekati meja mereka.
"Maaf lama. Aku gak telat kan? Udah pesan?" tanya seorang pria yang baru saja datang.
"Udah kok. Ayo duduk." Rheina menggeser posisi duduknya agar pria yang tak lain suaminya itu bisa duduk di bangku panjang itu.
Novita dan Vano saling curi pandang. Namun hal itu luput dari penglihatan Rheina.
Rheina yang menganggap semuanya biasa-biasa saja, mengabaikan dua orang yang sedang saling lempar tatapan menggoda.
Setelah lima belas menit kemudian, makanan yang mereka pesan tiba. Seperti biasa, Rheina menyiapkan nasi dan lauknya untuk Vano sebelum menyodorkan piring berisi nasi dan lauk itu ke sang suami.
Novita yang menyaksikan itu hanya bisa memperhatikan tanpa bersuara. Secara tak langsung, dia belajar dari Rheina bagaimana melayani suami saat di meja makan.
Usai makan siang, Rheina dan Novita kembali ke kantor, begitupun dengan Alvano, dia sudah melajukan mobilnya kembali ke kantornya tak lama setelah berpamitan dengan sang istri di luar rumah makan tadi.
Rheina dan Novita berjalan menuju kantornya sembari bercakap-cakap. Mereka terlibat percakapan serius namun sesekali saling bersenda gurau.
"Enak ya, Rhe. Punya suami tampan dan juga sabar. Punya posisi bagus juga di kantornya. Pengen deh punya suami kayak gitu," ujar Novita tiba-tiba.
Rheina menatap Novita dengan pandangan yang sulit diartikan.
Novita gelagapan mendapati orang yang diajaknya berbicara seketika menoleh dengan pandangan sejuta arti.
"Eits.. bukannya aku ada maksud yang enggak-enggak ya. Tapi suami kamu itu benar-benar jempolan." Novita mengacungkan dua jempolnya ke arah Rheina.
Rheina hanya menanggapi dengan senyuman. Dia bingung mau menanggapi seperti apa pernyataan dari Novita. Dia tak ingin memamerkan suaminya di depan wanita lain takut orang lain itu mendamba suaminya.
"Ayo buruan masuk. Udah hampir jam kerja," ucap Rheina akhirnya.
***
Jam kerja akhirnya usai. Hari ini pekerjaan Rheina tak terlalu banyak. Setelah meeting kemarin dengan Mister Takeda, semua yang menjadi ganjalan outstanding-nya terselesaikan.
Rheina juga selesai membuat desain baru untuk pakaian musim mendatang.
Permintaan pasar Luar negeri selama ini terbagi menjadi beberapa season. Untuk order dari pihak Mister Takeda, ada dua musim untuk penjualan dan produksi produknya, yaitu; FW (Fall-Winter) yang artinya musim gugur dan musim dingin waktu setempat dan SS (Summer-Spring) yang berarti musim panas dan musim semi.
Saat Fall-Winter, Produk yang dipasarkan merupakan produk pakaian hangat untuk mengurangi hawa dingin warga disana. sedangkan untuk Summer-Spring, produk yang dipasarkan merupakan produk yang cenderung berbahan tipis karena musim disana sedang hangat.
Sebuah notifikasi pesan diterima oleh ponsel pintar milik Rheina.
"Sudah pulang?" Pesan dari Alvano.
"Belum. Makan malamnya kita pesan saja ya? Aku soalnya sebentar lagi ada janji temu dengan klien." ketik Rheina sebagai balasan.
"Oke."
Rheina meletakkan kembali ponselnya. Tak lama setelahnya, Mbak Ella datang mengetuk pintu.
"Hayuk berangkat." ucap wanita itu sembari tersenyum.
"Ayo. Sebentar ya, Mbak," jawab Rheina lalu mematikan komputer kantornya.
Rheina dan Ella kemudian berjalan ke lobi kantor. Rheina sekilas seperti melihat mobil suaminya baru saja melaju dari depan kantornya.
'Ah, mungkin hanya mobil yang sama,' gumam Rheina.
Rheina kemudian berjalan mengekor Ella ke mobilnya. Mobil miliknya sendiri ia titipkan ke satpam kantor karena mungkin mobil kesayangannya itu menginap di sana.
***
Rheina dan Ella baru saja tiba di Restoran hotel kemarin. Tanpa disangka, ekor mata Rheina menangkap sosok pria yang dikenalnya berjalan menuju ruang privat restoran tersebut.
Rheina pamit ke toilet, sementara Ella duduk di meja yang telah ia pesan sebelumnya.
"Mas?" panggil Rheina kepada pria yang tak jauh di depannya.
"Rere. Kamu ngapain ada disini?" ujar pria itu sedikit gelagapan.
"Lagi ada janji sama Mbak Ella. Mas ngapain disini? Aku kira mas udah pulang duluan dari kantor."
"Mas lagi ada janji juga dengan klien. Mas masuk dulu ya?" ucap pria yang tak lain suaminya, Alvano.
"Boleh ikut gak mas? Cuma menyapa aja."
"Um.. Maaf ya, Re.. Maybe next time, soalnya lagi meeting proyek penting," ujar Vano sedikit mencurigakan.
Mau tak mau Rheina mengalah, membiarkan suaminya masuk ke ruangan privat di depannya itu.
Rheina kembali ke mejanya, menuju dimana Ella berada.
Meski merasa ada yang sedikit mengganjal di hatinya, dia sebisa mungkin menahannya. Rheina tak ingin acara makannya dengan Ella rusak karena mood-nya yang mendadak turun.
"Oh iya, Re. Ada temen aku yang mau ikutan gabung makan bareng. Gapapa kan?" tanya Ella saat Rheina sudah mulai duduk di kursi seberang mejanya.
"Makan malam sekarang ini, Mbak?" tanya Rheina.
Ella mengangguk. "Sebentar lagi dia datang. Nah itu dia!"
Ella melambaikan tangannya memberi kode kepada tamunya yang baru saja datang.