Selingkuh

1024 Kata
Aldo kembali masuk ke dalam rumahnya, ia berdecak kesal melihat Naura masih menangis seperti itu. "Eh kamu ngapain nangis segala hah? Kamu tuh nggak perlu nangis yang perlu kamu lakuin itu kamu cari pekerjaan lain lagi biar kita berdua bisa makan! Ngapain nangis nggak ada gunanya." Naura mengusap air matanya dengan tangan. "Iya, Mas maafin aku." "Oh ya jelas kamu emang harus minta maaf kan kamu itu emang salah. Kamu itu harusnya kerja jangan sampai dipecat eh malah dipecat padahal kan kamu itu harusnya bisa menghasilkan uang yang banyak buat kebutuhan kita sehari-hari dan juga cicilan motor aku." Naura menunduk sedih ia tak berani menatap wajah suaminya itu. "Ya udah aku mau pergi dulu mau nyari angin seger," ucap Aldo lalu ia pun masuk ke dalam kamar mereka untuk memakai jaketnya barulah setelah itu ia pergi entah ke mana dengan motornya. Naura mengusap air matanya lagi. "Iya bener kata Mas Aldo aku nggak boleh sedih kayak gini justru aku harus bangkit aku harus cari kerja lagi." Naura pun pergi ke dapur untuk mengambil air minum lalu ia kembali ke ruang tamu untuk mencari pekerjaan lewat online siapa tahu dapat. Ia terus berselancar di dunia Maya hingga beberapa jam namun tak ada satu lowongan pun yang bisa ia ambil karena kendala status. "Ya udah deh kalau aku nggak dapet di online besok aku jalan aja nyari kerjanya moga aja langsung dapet." Malam harinya, Naura menunggu suaminya pulang namun sudah selarut ini belum juga tiba di rumah. Ia melihat ke arah jam dinding jam sudah menunjukkan puk*l setengah dua belas malam. "Biarin deh aku tungguin aja siapa tau aja bentar lagi pulang," ucap Naura di sela-sela menguapnya karena kantuk yang melanda. Sementara itu di tempat lain tepatnya di kamar hotel, terlihat Aldo dan seorang wanita sedang berciuman mesra dan hanya selimut yang menutupi badan mereka berdua insan yang sedang dimabuk asmara yang membara. Membara karena semakin lama ciuman mereka semakin panas. "Kamu nggak akan pulang kan, Mas? Kamu malem ini milik aku seutuhnya kan?" tanya Jennifer si wanita yang bersama Aldo tersebut. Aldo tersenyum. "Iya, sayang. Aku milik kamu malam ini sampai besok pagi dan siangnya juga masih milik kamu kok," jawabnya sambil mengelus pipi Jennifer yang merupakan selingkuhannya itu dengan lembut. Jennifer pun tersenyum lalu ia mengecup bibir Aldo dengan lembut. "Gitu dong, Mas. Aku cinta sama kamu, cinta banget." "Aku juga dong cinta banget sama kamu, kamu udah cantik seksi pula gimana aku nggak seneng punya kamu," balas Aldo. Jennifer tertawa kecil. "Aku ini cantik dan seksi? Emangnya istri kamu yang di rumah itu nggak cantik dan juga seksi?" Ia mengedip genit pada Aldo yang dibalas oleh pria itu dengan kecupan di bibirnya. "Udahlah jangan bahas perempuan nggak guna itu pas kita lagi bermesraan kayak gini. Kita bahas aja tentang cinta kita berdua yang selalu membara ini." "Iya, Mas." Mereka kembali berciuman panas menikmati malam berdua. Kembali lagi ke rumah Naura, ia tetap menunggu kepulangan sang suami meski ia sudah sangat mengantuk. Ia terus saja menguap namun ia tetap duduk di ruang tamu dengan sabarnya terus menunggu. Pagi menjelang, Naura terbangun dari tidurnya. Ia menoleh ke kanan dan kirinya ternyata ia tidur seorang diri di kasur. Ia menghela napas, terlihat raut kecewa di wajahnya yang cantik. "Ternyata Mas Aldo nggak pulang," gumam Naura. Naura pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan setelah itu ia mulai masak untuk sarapan dirinya dan juga sang suami. Siapa tahu kan sebentar lagi Aldo pulang. Hari ini ia masak sayur nangka dan lauknya ada tempe goreng, barulah setelah ia selesai masak ia sarapan seorang diri karena suaminya tak kunjung pulang. Setelah selesai sarapan, Naura pergi untuk mencari kerja hari ini. "Duh pagi banget gini Mbak Naura mau ke mana sih?" tegur ibu ibu warung sayur yang melihat Naura berjalan kaki seorang diri melewati warungnya itu. "Saya mau nyari kerjaan, Bu," jawab Naura dengan sopan. "Nyari kerjaan? Loh bukanya Mbak Naura itu kerjanya di toko baju ya?" "Saya udah nggak kerja di sana, Bu," jawab Naura sedih. "Loh kenapa?" "Nggak apa-apa kok, Bu. Ya udah saya duluan ya, Bu permisi. Assalamualaikum." Naura segera pergi karena jika tidak maka ibu itu akan terus bertanya padanya, namun bukannya ia tak senang tapi kan ia harus segera pergi mencari kerja. "Waalaikumsalam," jawab ibu warung itu dengan pelan. "Ya ampun Mbak Naura tuh kasihan banget ya masa dia seorang istri tapi malah cari kerja tapi nggak dianterin sama suaminya. Emang si Aldo itu ke mana kok tega ya dia biarin istrinya itu pergi sendiri mana jalan kaki begitu," ucap ibu warung itu. Ia merasa kasihan pada Naura. "Iya, Bu. Mbak Naura emang kasihan saya aja nih ya yang tetangganya mereka suka kasihan denger Aldo sering banget bentak Mbak Naura sampai istrinya itu nangis," ungkap ibu lain yang baru saja datang ke warung itu. "Iya ya? Ya ampun kasian banget ya Mbak Naura kok dia betah ya sama suami modelan Aldo itu? Mendingan cerai aja ya kan pisah aja biar hati ayem nggak sama suami benalu gitu," sahut ibu warung. "Iya, Bu. Bener tuh kalau saya sih udah saya tinggalin aja suami kasar begitu." Naura naik angkutan umum untuk mencari kerja, setelah ia sampai di pasar ia pun turun. Siapa tahu kan ada lowongan kerja di sana. Naura terus berjalan menyusuri sepanjang pasar sambil bertanya apakah ada lowongan atau tidak dan untuk saat ini belum ada yang mengatakan ada lowongan. Karena mulai lelah ia pun duduk di depan toko yang sedang tutup, ia membuka tasnya untuk mengambil air minum. Berjalan cukup jauh membuatnya merasa kehausan. "Kak Naura?" tegur suara berat seorang pemuda. Naura lantas menoleh dan ia melihat ternyata Elang yang berdiri di sampingnya. "Elang ya?" sapa Naura balik sambil tersenyum. Elang juga tersenyum lembut. "Kakak lagi ngapain di sini? Kok kayaknya capek banget gitu?" tanyanya penuh perhatian. Naura menghela napas. "Aku lagi nyari kerjaan, El. Tapi sampai sekarang belum juga dapet, emang susah banget dapet kerjaan," curhatnya. Elang mengangguk paham. "Oh gitu?" Ia pun melirik Naura kemudian ia tersenyum penuh arti. "Gimana kalau Kak Naura kerja di kantin sekolah aku aja? Soalnya setau aku ada lowongan di sana," tawar Elang dengan penuh antusias. Naura menoleh ke arah Elang lalu ia tersenyum sumringah. "Beneran?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN