Chapter 5

906 Kata
Gendis segera melipat surat yang diberikan guru pembimbing di tempat lesnya. Ia tidak menyukai isinya, untuk apa diberikan pada mama? Bintang melihat Gendis yang membuang surat pemberitahuan itu dengan sengaja. Ia tersenyum, otaknya kini tengah merencanakan sesuatu. "Gendis!" panggil Bintang mengejar Gendis yang sudah berjalan keluar ruangan. "Astaga, wanita ini selalu berpura-pura tuli!" ucapnya kesal. Gendis menghentikan langkah kakinya, itu membuat Bintang tak sengaja menabraknya. "Kok malah berhenti? Kan jadinya nabrak" Bintang tertawa renyah. "Kita ulang sekali lagi ya adegan tabrak nya barusan?" pinta Bintang menaik turunkan alisnya. Dengan ekspresi datar, Gendis menahan wajah Bintang dengan telapak tangannya. "Apa yang mau kamu lakukan lagi?" tanya Gendis, ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak menarik rambut Bintang. "Aku antar kamu pulang ya?" tawarnya. Gendis membalikkan tubuhnya, "Aku dijemput! Pergilah!" Bintang kembali menyamakan langkah kakinya dengan Gendis. "Emh ... kamu berbohong, aku dengar jika mama kamu tidak bisa jemput kan?" Gendis mengepalkan tangannya, "Kamu menguping ya!" Bintang menahan tangan Gendis yang sudah berada di depan matanya, "Aku tidak menguping, itu terdengar karena posisinya aku berada di Belakang mu" dalih Bintang menarik tangan Gendis lalu menepuk-nepuk pelan. "Gendis baik, ayo kita pulang" ajak Bintang menarik tangan Gendis menuju parkiran. "Ini pertama dan terakhir aku pulang bersamamu!" ucap Gendis menaiki motor Bintang. Bintang terkekeh, "Iya tentu saja, karena besok-besok aku akan antar jemput kamu, bukan hanya mengantar pulang saja" sela Bintang begitu percaya diri. Gendis mendecakan mulutnya, "Hih ... percaya diri sekali!" gumamnya yang hampir terperanjat karena Bintang tiba-tiba menjalankan motornya tanpa aba-aba. *** Gendis turun dari motor Bintang, tanpa basa-basi ia melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah. Namun tangannya ditahan oleh Bintang. "Acara itu apa kamu akan ikut?" tanya Bintang membuka kaca helmnya. Gendis melirik Bintang, ia menaikan sebelah bibirnya. "Itu sama sekali tidak menarik, tentu saja aku tidak akan ikut" jawab Gendis, menarik tangannya dari cengkraman Bintang. "Kamu menunggu apa lagi? Silahkan pulang" usir Gendis. "Kamu belum mengucapkan terimakasih padaku! Aku tidak akan pulang!" ancam Bintang melepaskan helmnya, sambil mengerucutkan bibirnya. 'Apa-apaan dia ini? Kenapa memasang wajah menggemaskan seperti itu?' batin Gendis. "Ya ... ya ... terimakasih, pulanglah!!" Gendis mengambil helm Bintang dan meletakkan pada kepalanya lalu memukul nya kencang. "Pulanglah!!" "Astaga! Kasar sekali wanita ini!!" gerutu Bintang. Di saat mereka berdua masih berbincang di depan pagar rumah Gendis, Langit yang baru saja pulang futsal melihatnya. "Gendisku!!" teriak Langit melambaikan tangannya, membuat Gendis dan Bintang menatapnya bersamaan. Langit berlari menuju rumah Gendis. "Auhhh" ucap Langit mengacak-acak poni Gendis, "Aku mencari mu, dari mana?" tanya Langit seolah melupakan sosok Bintang yang berada di hadapan Gendis. 'Siapa laki-laki ini? Kenapa begitu dekat dengan Gendis galak?' Bintang malah menatap Langit dari ujung kepala hingga ujung kaki. Gendis menepak lengan Langit yang terus mengacak-acak rambutnya. "Hey! Diam lah!!" teriak Gendis kesal. Langit tertawa melihat ekspresi Gendis. "Dia siapa?" Bintang mengerutkan keningnya, "Kamu? Kamu bertanya siapa aku, hah?" "Argh ... pulanglah kalian berdua!!" usir Gendis mendorong tubuh Langit menjauh darinya. Lalu ia bergegas masuk ke dalam rumah hingga tersisa Langit dan Bintang yang saling bertatapan. "Apa?" tanya Bintang. "Kamu yang apa? Kenapa melihatku seperti itu, Hah? Pulanglah sana!!" usir Langit lagi. "Kamu yang melihatku terlebih dulu!! Jadi pulanglah lebih dulu!!" balas Bintang tak mau kalah. "Kamu saja duluan!" balas Langit. "Tidak! Kamu saja! Atau dalam hitungan ke tiga kita meninggalkan tempat ini" "Setuju!" jawab Langit. Kini keduanya terlihat seperti orang bodoh. Mereka menyepakati dalam hitungan ketiga meninggalkan rumah Gendis. Benar saja, dalam hitungan ketiga keduanya lenyap. *** "Gendis, katanya tempat les kamu ada acara?" tanya Mama bertanya pada Gendis yang sibuk menekan-nekan remote TV. "Acara tidak penting Ma" jawab Gendis tanpa memalingkan pandangannya dari layar televisi. Mama datang menghampiri Gendis dengan membawa satu keranjang popcorn. "Terserah padamu" ucap Mama, Gendis tersenyum lalu duduk bersandar pada sang mama. Tak lama setelah itu, terdengar bel yang terus saja berbunyi. "Siapa yang datang sepagi ini?" tanya Mama bangkit dari sofa dan berjalan untuk membukakan pintu. "Ya ... tunggu sebentar!" teriak mama. Saat pintu dibuka terlihat sosok Bintang yang tersenyum ke arah mama Gendis. "Pagi Tante" sapa Bintang. "Pagi, ada apa kamu datang sepagi ini?" tanya mama heran. "Bukankah ini hari libur?" "Emh, Gendis ada? Begini Tante, Bintang kesini untuk menjemput Gendis. Ia harus mengikuti acara ini, kalo tidak ... nilai les Gendis tidak akan dikeluarkan, ini bahaya Tante untuk kelangsungan hidup Gendis kedepannya" celoteh Bintang, seperti orang benar. "Apa? Ini berpengaruh pada nilai Gendis? Oh tidak, anak itu harus segera berangkat. Gendisss!!" teriak sang mama masuk ke dalam. Terlihat senyuman dari bibi Bintang saat ini, ia terus berdoa jika rencananya ini akan berhasil. "Ayo cepat bersiap-siap!! Kamu harus berangkat mengikuti acara tempat les mu itu" paksa mama menarik lengan Gendis agar segera bangkit. "Ma ... Gendis gak mau ikut!! Gendis gak suka!" tolaknya menahan sekuat tenaga. "Nilai mu nanti tidak akan keluar! Jadi cepat bergegaslah!!" "Semuanya sudah pada berangkat Ma, Gendis sudah terlambat" ucap Gendis memberikan alasan yang masuk diakal. "Tidak, kamu belum terlambat. Aku akan mengantarmu" suara Bintang tiba-tiba ikut campur. Gendis memEllalakkan matanya, "Hey kamu! Bagaimana bisa ada di sini?" "Ayo Gendis, jika tidak nilai mu tidak akan keluar" tambah Bintang lagi, kini sambil tersenyum penuh kemenangan. "Ma, dia berbohong! Acara ini tidak wajib!" tunjuk Gendis pada Bintang. "Ohh ... tidakkah kamu memberikan surat itu pada Mama? Ckckk ... jail sekali kamu ini" Bintang menggeleng-gelengkan kepalanya. "Hey!!" teriak Gendis yang akhirnya pasrah dirinya ditarik paksa oleh sang mama masuk ke dalam kamar. "Tidak perlu terburu-buru Gendis, aku menunggumu disini!" teriak Bintang bahagia. *** Bersambung....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN