Chapter 2

1169 Kata
"Ma, bisakah kita menghabiskan waktu bersama hari ini?" rengek Gendis manja seperti biasanya. Ia terus bergelayutan manja pada lengan sang mama yang tengah mempersiapkan sarapan. Mama tertawa, ia mencubit kecil pipi Gendis. "Anak manja! Diam lah sebentar, jika kamu begini terus kapan pekerjaan Mama akan selesai?" "Baiklah, tapi Gendis ingin jalan-jalan ya siang nanti, janji?" pinta Gendis segera diangguk mama. "Yippy!" soraknya gembira. Kini Gendis dan mamanya memulai sarapan, mereka saling bercerita tentang apa yang terjadi. Namun untuk Gendis? Dia akan tetap menyembunyikan mengenai skorsing tiga hari yang dilaluinya ini. Tiba-tiba ponsel sang mama berdering, tertulis nama papa Gendis di layar. "Ya Pa, selamat pagi" sapa mama lembut seperti biasanya. Gendis hanya memutar bola mata saat tau siapa yang menghubungi. "Gendis ada, ia sedang sarapan" ucap mama memberikan ponsel pada Gendis. "Papa ingin bicara denganmu" Gendis meraih ponsel mamanya, "Ya" jawab Gendis singkat. "Bagaimana hari pertamamu di tempat les?" "Tidak begitu buruk" singkat padat dan jelas. "Papa harap kamu dapat Ellajar dengan baik, ingat! Jangan mengecewakan Papa!" Bola mata Gendis memutar, ia seolah bosan dengan perbincangan ini. "Ya ... ya ... Gendis tidak akan mengecewakan Papa, seperti yang Papa lakukan pada Mama" jawab Gendis. Namun ponsel yang dipegangnya segera diambil paksa oleh mama. "Ya sudah Pa, salam untuk Aisya" ucap mama kemudian menutup sambungan telpon. "Gendis, jangan berbicara seperti itu ... tolong jangan memancing amarah papamu" pinta mama. "Ya Ma" jawab Gendis simpel. *** Gendis yang tengah merapikan kamarnya dikagetkan akan teriakan mama yang memanggil namanya beberapa kali dari luar. Hanya dengan mengenakan celana pendek dan kaos oblong berukuran besar ia keluar menuju sumber suara. "Ya Ma ... aku datang" jawab Gendis. Namun matanya terEllalak saat melihat dua orang yang kini berada didepannya. Ia memundurkan langkah kaki. "Ada teman kamu nih" ucap mama tersenyum senang, "Ini pertama kalinya ada teman lain selain Langit yang datang kesini" kekeh mama, "Tunggu disini ya, Tante bawa minum dulu" Langit dan Ella mengguk. "Ada apa kalian kesini?" tanya Gendis gusar. "Tolong pergilah, mama tidak tau akan apa yang terjadi" pinta Gendis. Langit menarik tangan Gendis menuju ruang TV. "Gendis, Ella terus menyalahkan dirinya karena masalah ini! Dia memaksa aku untuk menemuimu!" jelas Langit. Gendis membuang mukanya, "Bukannya kamu itu mengerti aku? Aku tidak suka ada yang datang dan mencampuri semua urusanku!" balas Gendis. Langit memegang bahu Gendis, "Aku tau, niat kamu itu baik ... jadi cobalah untuk berteman dengannya, Ella anak yang baik" "Ah, diamlah!" Gendis menepak lengan Langit dari bahunya lalu kembali ke ruang tamu dimana Ella masih duduk menunggunya. "Gendis" ucap Ella segera bangkit saat melihat sosok Gendis. "Maaf, aku yang memaksa Langit untuk kesini, jadi tolong jangan salahkan dia" Gendis mengangguk, "Ya, duduklah" "Masalah di sekolah, aku sungguh minta maaf ... gara-gara aku kamu harus di hukum seperti ini" pinta Ella dengan wajah penuh rasa bersalah. "Sudahlah, itu salahku yang menjabak rambut Lulu terlalu kencang. Kamu tidak usah berpikir aku memEllamu!" jawab Gendis, ia sama sekali menyembunyikan kepeduliannya. "Minuman datang!!" suara Langit memecahkan suasana, ia datang dengan membawa nampan di tangannya. "Minum dulu ibu-ibu, kan gak enak kalo ngobrol seret" goda Langit membuat suara wanita yang menjijikkan. Ella tertawa, sedangkan Gendis? Ia mencubit Langit yang terlihat menggemaskan. "Diamlah!" Mereka bertiga akhirnya mengobrol bersama, Ella menceritakan kejadian yang kemarin saat dirinya secara tak sengaja menabrak tubuh Lulu. Sebagai balasannya Lulu menyiramkan jus tomat pada tubuhnya. "Aku memang ceroboh" jelasnya, "Tapi aku begitu kaget saat itu ... jadi aku memutuskan untuk bersembunyi di UKS" "Tuh Dis, Ella saja mengakui jika ceroboh. Sedangkan kamu? Galak saja tidak mau ngaku!" kekeh Langit yang mendapat tatapan mata tajam dari Gendis. Ella tertawa melihat kedekatan Langit dan Gendis. "Kalian berdua lucu, apa kalian berpacaran?" tanya Ella tiba-tiba. "Apa? Tentu saja tidak, Langit hanya seorang laki-laki cengeng dan menyebalkan" jawab Gendis menepuk-nepuk pipi Langit. Namun ekspresi Langit seolah berubah. "Aku dengan dia? Tidak, bisa terjadi k*******n setiap harinya" tambah langit, membuat senyuman dari Ella. "Kalian pulanglah, aku harus les sore ini" perintah Gendis tanpa basa-basi. "Sejak kapan kamu les? Kenapa aku tidak tahu?" Langit dibuat heran. "Apa kamu itu papaku hah? Ayo pulanglah, kamu antar Ella sampai rumah jangan sampai ada yang lecet" ujar Gendis menarik tubuh Langit agar segera bangkit dari sofanya. Akhirnya, Langit dan Ella berpamitan untuk pulang sedangkan Gendis segera mengganti pakaiannya untuk bergegas pergi ke tempat les. "Langit, terimakasih sudah mau mengantar ku" ucap Ella saat naik ke motor Langit. "Tenang saja, Gendis itu sebenarnya anak yang baik dan manja ... aku mengetahui semua tentangnya" cerita Langit menjalankan motornya. "Dia itu sangat menyukai ice cream, bahkan saat sakit dulu dia pernah bersembunyi memakan ice cream di rumahku" tambahnya lagi. "Apa kamu menyukai Gendis?" tiba-tiba perntanyaan itu terlontar dari mulut Ella. Sontak membuat Langit gugup. "Ah ... tidak!!" jawabnya. *** Seperti biasanya, Gendis diantar mama berangkat ke tempat les. Namun kini mama Gendis hanya mengatakan sampai di depan gedung saja. "Hati-hati Ma" pesan Gendis melambaikan tangannya dan tersenyum manis, kemudian ekspresi wajahnya berubah begitu saja saat masuk ke dalam gedung. Ia sama sekali membuang wajahnya pada setiap orang yang kebetulan berpapasan dengannya. "Dia jutek sekali" bisik salah satu anak perempuan yang melihat Gendis. "Dia anak SMA Taruna, kata temanku dia itu galak ... uh, mendengar ceritanya saja membuatku takut" tambah anak lain bergidik ngeri. Tanpa memperdulikan anak-anak yang melihat dan juga membicarakannya, Gendis melenggang bebas masuk ke dalam kelas. "Hey, apa yang kamu tau tentang dia?" Bintang tiba-tiba saja ikut bergabung dengan para wanita yang tengah berkumpul membicarakan Gendis. Mereka semua menatap Bintang kesal. "Kenapa kamu? Ingin dia hajar juga? Pergilah ... laki-laki itu jangan suka ikut bergosip" usir Leni mendorong tubuh Bintang. Bintang memutar bola matanya, "Kenapa hanya wanita yang boleh bergosip, laki-laki juga perlu menambah pengetahuan" gerutunya meninggalkan kumpulan para wanita. 'Galak? Dihajar? Ada apa dengan Gendis? Ah, tidak! Kenapa aku harus penasaran dengannya?' batin Bintang, masuk ke dalam kelas. Kini mata Bintang malah terhenti pada sosok Gendis yang duduk manis sambil membaca buku. Ia tersenyum penuh arti, lalu berjalan menghampirinya. "Gendis" sapa Bintang duduk disamping bangku Gendis namun tidak ada jawaban darinya, "Hey, mamamu bilang kita harus berteman ... ini aku sedang bertanya padamu!" Gendis menutup novelnya. Sedangkan Bintang bersiap-siap untuk menangkap novel. "Sedang apa kamu?" tanya Gendis melihat tingkah Bintang. "Aku pikir kamu akan melempar lagi novel itu, jadi aku membuat kuda-kuda sebelum kamu melemparnya. Bisa saja itu mengenai kepalaku" dalih Bintang. Gendis menahan tawanya saat ini, ia kembali membuka novel dan melanjutkan bacaannya. "Gendis, coba kamu panggil namaku" pinta Bintang. Gendis menggeleng. "Aku tidak tau siapa namamu!" jawab Gendis tanpa sekalipun memandang Bintang. Bintang segera menggeser kursinya lebih dekat dengan Gendis. "Aku Bintang Aditya, panggil saja Bintang" ucapnya menarik paksa tangan Gendis dan menjabatnya. Gendis menarik kembali tangan yang sudah dijabat Bintang. "Ya, dan itu tidak penting untuk ku!" balas Gendis. "Menjauhlah ..." Gendis mendorong kursi Bintang dengan kakinya. "Astaga ... kamu kuat juga? Ckckck sungguh mengagumkan" ucap Bintang terlihat begitu berlebihan. "Gendis" panggilnya lagi. Namun Gendis malah bangkit dan meninggalkan ruangan. "Sikapnya malah semakin membuatku ingin tau tentangnya" ucap Bintang tersenyum sambil memandang punggung Gendis. *** Bersambung ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN