bc

Intercep

book_age12+
184
IKUTI
2.4K
BACA
revenge
second chance
goodgirl
tomboy
student
comedy
sweet
bxg
campus
enimies to lovers
like
intro-logo
Uraian

Awalnya karena terbiasa kumpul dengan teman-temannya, Jihan akhirnya menaruh hati pada Bagas. Tapi entah kenapa teman Bagas, Dean, mati-matian membenci Jihan dan menunjukkan pada semua orang bahwa dirinya tidak menyukai dirinya. Alasannya? Cewek itu sendiri nggak paham. Salah ya dia menyukai Bagas?

Bagas tahu banget gelagat cewek yang sedang jatuh hati dengannya. Nggak sia-sia julukan ‘pemerhati perempuan’ tertanam padanya. Siapa sih yang nggak suka dihujani perhatian apalagi dari cewek bernama Jihan, yang semua orang tahu, susah menaklukkan hatinya. Jadiin kesempatan nggak nih?

Dean tahu sikapnya sudah sangat keterlaluan, tapi melihat Jihan yang suka sama Bagas itu nggak bisa didiemin. Ngelunjak nanti dua-duanya. Satu-satunya hal yang harus dia lakukan adalah menunjukkan pada Jihan bahwa dia cewek yang nggak bisa bersanding dengan Bagas. Gimanapun caranya. Nggak papa kan?

chap-preview
Pratinjau gratis
Jatuh Pada...
Matahari bersinar sangat terik, tapi Jihan tetap semangat untuk datang ke kantin di fakultasnya. Sebentar lagi tujuannya terlihat. Rasanya tidak sabar bertemu dengan Kanaya dan Tissa serta…             “Jihan, sini!” teriak Kanaya lalu memberi isyarat pada Jihan untuk lekas mendekat. Jihan kemudian berbelok dan menemui teman-temannya.            “Dah lama? Sorry banget, Pak Ardi lama kali neranginnya,” sungut Jihan kemudian duduk di dekat Tissa.             “Yeee, siapa suruh ambil kelasnya Pak Ardi,” ejek Kanaya. Jihan langsung memajukan bibirnya, cemberut mendengar omongan Kanaya.             “Kalian kan yang ninggalin gue waktu KRS-an. Gue akhirnya dapatnya kelas B deh,” ratap Jihan membuat Kanaya dan Tissa tertawa.             “Iya, iya. Maafkan kami tuan putri yang suka bangun siang jadinya nggak bisa diajak KRS-an pagi,” ujar Tissa membelai punggung Jihan dengan kasar. Sengaja memang membuat Jihan bertambah kesal.             “Lagian cuma di matkul ini aja kan kita beda kelas? Dah nggak usah dipikirin.” Jihan mengangguk dengan ucapan Kanaya. “Eh Nay, lo kok tumben nilainya B doang tadi?” tanya Tissa. Sekarang giliran Kanaya yang menunduk menunjukkan kesedihannya. Diapun tersenyum kecut. “Eh apa sih?” bingung Jihan. “Itu, Kanaya, pas Teori Politik Luar Negri, dapet B. Nggak dia banget kan? Biasanya juga paling dikit A-.” “Kenapa Nay?” Bukannya menjawab, Naya malah mengedikkan bahunya dan menuju ke stand seblak. Sambil menunggu Naya, Tissa dan Jihan mengobrol tentang hal lain. Begitu Kanaya datang, Jihan langsung nembak. “Lo berantem sama Ikbal ya?” tanya Jihan tepat sasaran karena muka Kanaya langsung memerah ingin menangis. “Eh, b**o!” teriak Tissa mengumpat ke arah Jihan. Jihan justru bengong tidak menyadari kekeliruannya. Malah bertanya-tanya kesalahannya apa. Karena Kanaya mulai berair matanya, Tissa langsung memeluk sahabatnya itu dari samping. Jihan sendiri memilih mengelus-elus punggung tangan Kanaya. “Jangan nangis di sini, malu lah. Masak miss Judes nangis di kampus,” ujar Jihan yang membuat Kanaya langsung menghapus air matanya. Kanaya memang terkenal judes dan semaunya. Makanya pada kaget Ikbal bisa bikin Kanaya luluh, bahkan kayak sekarang nih. Kanaya nangis hanya karena berantem. “Semua pasti berlalu, Nay. Bukannya gitu ya? lo berantem sama Ikbal dan menit berikutnya lo udah baikan,” ucap Jihan menambahkan. “Dan Jihan selalu benar…” ucap Tissa sembari mengarahkan pandangannya pada seorang cowok yang berjalan mendekati mereka. Ikbal datang kali ini dengan kedua temannya, Bagas dan Dean. Muka cowok itu sedih menandakan dia sendiri menyesal telah bertengkar dengan Kanaya. Tissa mengirimkan sinyal untuk Jihan dan dirinya meninggalkan Kanaya agar dia bisa menyeleseikan masalahnya dengan Ikbal. Tapi, Kanaya langsung menarik tangan kedua temannya, tidak ingin ditinggalkan. “Sayang…” ucap Ikbal. Jihan mengerutkan dahi berharap tidak melihat adegan kemesraan di depannya. Mendengar panggilan mesra itu saja membuat Jihan bergidik ngeri. Ish, dan gue harus lihat mereka melakukan drama percintaan di depan gue. Ikbal lalu duduk dekat Kanaya. Tissa memilih duduk dekat Jihan sedang Bagas duduk di pojokan dekat dengan Tissa, dan Dean di pojokan satunya dekat dengan Jihan. Mata Jihan sempat menyiratkan kebingungan. Memandang Dean sembari berkedip berkali-kali. Kayaknya Dean ngira dia Tissa apa ya? Tumben aja mau duduk dekat dengan dirinya. Ini kenapa sih Dean yang duduk di sini? Jihan mencuri pandang ke Bagas yang terlihat tersenyum mengejek melihat Ikbal yang merayu Kanaya agar tidak marah. Melihat bagaimana alisnya bergerak dan senyum konyolnya yang mampu membuat garis bibirnya ikut terangkat. Itu kenapa Jihan tidak melewatkan kesempatan untuk bertemu dengan teman-temannya di kantin. Dia bisa melihat Bagas lagi dari dekat. Jihan suka memandang wajah tampannya juga senyumnya yang menawan. Tanpa sadar Jihan tersenyum malu-malu sendiri. “Heh, muka lo tuh nyeremin kalo senyum,” bisik Dean yang membuat Jihan gelagapan, ketahuan kesengsem berat dengan Bagas. “Apa sih? Urus urusan lo sendiri,” sebal Jihan. “Bola mata lo tadi udah mau keluar ngeliatin orang, emangnya dia suka lo liatin?” Jihan mencebikkan bibirnya dan memilih diam. Nggak tahu kenapa Dean sukanya mencari masalah sama dia. Sedari Kanaya mengenalkan Ikbal ke mereka, laki-laki itu suka datang nyamperin Kanaya dengan membawa teman-temannya. Kadang 3 orang, kadang 5 orang. Beda-beda jumlahnya. Yang nggak pernah berubah itu, di mana ada Ikbal, di situ ada Bagas dan Dean. Mereka udah kayak trio tak terpisahkan sama seperti persahabatan Kanaya, Tissa dan dirinya. Melihat cowok ganteng bagi Jihan sudah biasa, tapi untuk Bagas kasusnya beda. Laki-laki itu bisa menarik perhatian Jihan dengan candaannya yang selalu up to date. Udah cocok banget deh temanan sama Raditya Dika. Dan Bagas itu murah senyum. Cuma papasan mata aja nih kayak sekarang ini, Bagas tersenyum manis ke Jihan. Jihan langsung melted. Bagi Jihan itu hal yang nggak biasa, karena belum pernah dilihatnya Bagas tersenyum seperti itu ke Kanaya atau Tissa. Jihan melirik ke sebelahnya yang melihatnya dengan tatapan sinis. Waktu kenalan, Jihan sempat terpana dengan suaranya yang nge-bass, sexy dan juga pembawaannya yang kalem. Coba kalau Dean bisa kayak Bagas yang nyenengin atau paling nggak bercandaannya bisa satu frekuensi, udah pasti Jihan justru jatuh hatinya sama Dean. Hush! Lo ngomong apa, Han? Jihan langsung menggelengkan kepalanya cepat, menghilangkan sesaat pendapatnya yang bagus tentang Dean. Terlalu sesat menganggap Dean itu sempurna buat masuk ke tipenya. Melenceng jauh sudah. Cowok ini nggak pantes dibaik-baikin mau dia ganteng, mau dia keren, mau dia wangi. Apapun itu! “Bisa nggak kalian ninggalin kita?” pinta Ikbal minta sedikit privasi untuk berbicara dengan Kanaya. Meski sebenarnya kantin bukanlah tempat yang sepi. Tapi, daripada ngasih tempatnya di pojokan kampus mending sih ini di kantin. Jihan dan lainnya langsung mengangguk dan meninggalkan mereka berdua. “Kuy, nonton aja yuk. Gue nggak ada kelas nih, gimana?” saran Tissa. Yang lain hanya saling melihat lalu akhirnya setuju meski Jihan sebenarnya malas karena harus barengan dengan musuh dan juga orang yang disukainya. Bawaannya pasti emosi. Baru adem lihat senyum Bagas, pasti dia siap meletus denger omongannya Dean. “Harus banget nih sama Jihan?” tunjuk Dean, seketika Tissa dan Bagas melihat ke arah Jihan. Tuh, baru juga gue omongin “Mulai lagi…” bisik Tissa sambil memutar bola matanya. “Heh! Jangan ngadi ngadi lo! Tissa kan ngajakin gue, emang apa urusan sama lo?” sebal Jihan. Matanya mulai melotot dan menyedekapkan tangannya, berdiri menghadang Dean. “Jihan, please. Berantemnya habis nonton ya? Nanti lo duduknya deket gue deh, jauh dari Dean.” Tissa berusaha menarik Jihan agar menyingkir dari pandangan mata Dean. Dengan terpaksa, gadis itu menyeret kakinya dan berjalan berdampingan dengan Tissa. Matanya masih memancarkan amarah, melirik Dean tidak berhenti. Dan gue pengennya duduk sama Bagas Jihan pengen banget ngumpat tapi ditahan demi Tissa. Jihan tahu sobatnya ini dah lama pengen nonton film di bioskop. Mengalah toh nggak akan membuatnya kalah. Itung-itung dia bisa nonton sama Bagas meski bareng-bareng. It will be such a wonderful memory. Membayangkan itu semuanya membuat emosinya sedikit menurun. Beneran orang jatuh cinta itu ngasih pengaruh psikis buat orang ya. Sampai di lokasi, dirinya memilih untuk membisu. Tissa dan Bagas antri membeli tiket. Jihan langsung memilih menjauh dari Dean. Menyibukkan dirinya untuk melihat menu-menu snack. “Mbak, popcorn caramel dan asinnya satu. Minumnya cola dua, ya,” ujar seseorang yang menyeruak di samping Jihan hingga membuatnya sedikit kaget. Saat itulah Jihan melihat sosok Dean dari dekat. Gila, kulitnya mulus tanpa cela meski ada bekas jerawat di dagunya tapi tetap saja kulitnya terlihat bersih. Bulu matanya yang lentik dan wanginya membuat Jihan untuk sepersekian detik membatu. Belum lagi badannya yang terlihat menjulang membuatnya sedikit terdominasi. Tiba-tiba Jihan cegukan. “Lo kalau nggak pesen jangan nutupin jalan,” sungut Dean. Jihan tersadar dari lamunannya kemudian kayak orang b**o melihat ke Dean dan melihat ke counter makanan berkali kali. Dan yap, Jihan berdiri tepat di depan kasir, membuat orang mengira dia membeli makanan. “Ew, maaf,” ujar Jihan kemudian segera menyingkir mencari Tissa dan Bagas yang masih antri membeli tiket. Selang 10 menit, Bagas dan Tissa menghampirinya, ternyata Dean sendiri sudah datang membawa 2 popcorn dan 2 minuman dengan didekap. “Lo beli popcorn nggak?” tanya Bagas ke Jihan. Jihan yang tidak menyangka akan ditanyai oleh Bagas langsung salting. “Ha? Gue? Gue---” “Nih lo tadi kan beli.” Dan 2 popcorn serta 2 minuman kini beralih ke dekapan Jihan. Dean tersenyum licik yang membuat Jihan tidak bisa berkata apa-apa. “Oh udah beli ya tadi sama Dean. Gue sama Bagas beli dulu ya? Kalian nunggu aja depan pintu teater 3,” usul Tissa. Jihan dengan berat hati mengiyakan. Melihat makanan dan minuman yang dia dekap, melirik ke Dean kemudian ke dekapannya lagi. “Gue kan nggak minta,” sungut Jihan melihat ke Dean yang berjalan di sampingnya. “Tapi muka lo yang siap mau ngeluarin air liur itu bilang kalau lo pengen beli.” “Air liur?” Tiba-tiba Jihan panik. Seharian ini dia nggak sempat berkaca untuk melihat wajahnya. Apalagi dia sempat bangun siang. Clik Suara jepretan kamera membuat Jihan mengerutkan dahi hendak marah. Jihan tahu Dean mengambil fotonya saat wajahnya nggak siap untuk difoto. Dean masih asyik mengotak atik sesuatu di layar handphonenya. “Gue jatuhin nih!” ancam Jihan. Dean refleks  memasukkan gawainya ke saku celana dan dengan cepat memindahkan popcorn dan minuman ke dekapannya. Bukannya bilang maaf, Dean justru tertawa melihat Jihan menahan emosinya sejak tadi. Tanpa pamit, Jihan membalikkan badan dan pergi ke toilet. Setelah tenang dan melampiaskan kekesalannya disana, Jihan kembali ke depan teater 3. Pintu ternyata sudah dibuka, Tissa memberi isyarat untuk Jihan masuk lebih dulu dan memilih tempat duduknya. Jihan memilih duduk paling pojok. Harapannya seakan membumbung tinggi ketika melihat Bagas menyusul tepat di belakangnya. Ini berarti Bagas bakalan duduk sebelahan sama dirinya. Yeayy! Seketika harapannya jatuh berdebam sangat keras saat Dean menerobos dengan cepat dan duduk di samping Jihan dengan percaya dirinya. Jihan hanya bisa memandang Dean tidak percaya. “Nggak sabaran ya duduk sebelahan sama gue?” ujar Dean memberikan senyuman mengejeknya. Saat itu juga Jihan langsung ngambek dan menenggelamkan dirinya di kursi. Gagal sudah menciptakan momen romantis dengan Bagas.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Perfect Revenge (Indonesia)

read
5.1K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.1K
bc

Super Psycho Love (Bahasa Indonesia)

read
88.6K
bc

GARKA 2

read
6.2K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.6K
bc

TERNODA

read
198.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook