bc

Seri Ayah Tiri Tersayang: Cinta Terlarang

book_age18+
detail_authorizedDIIZINKAN
2.1K
IKUTI
11.5K
BACA
billionaire
HE
age gap
friends to lovers
powerful
drama
bxg
city
sassy
friends with benefits
like
intro-logo
Uraian

Lili kehilangan ibunya di usia tiga belas tahun, meninggalkannya di bawah perawatan sang ayah tiri. Beberapa tahun kemudian, menjelang ulang tahun ke-18, dia menjadi saksi peristiwa panas antara ayah tirinya dan salah satu karyawan di rumahnya. Adegan itu tertanam dalam pikirannya, dan dia merasa sangat tertarik pada sang ayah tiri, seorang pria dewasa dengan penampilan yang muda dan fisik yang bugar.

Dia membuat rencana untuk merayu ayah tirinya, tetapi dia tidak pernah mengharapkan bahwa itu akan menyulut hubungan yang penuh gairah di dalam hatinya dan memiliki konsekuensi besar dalam hidupnya.

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1: Film Panas Langsung
Lili dikandung ketika ibunya baru berusia lima belas tahun, terperangkap dalam hubungan yang penuh kekerasan dengan seorang pria yang lebih tua. Sebagai akibatnya, si kecil menyaksikan ibunya menderita berbagai jenis kekerasan, meninggalkan bekas luka yang dalam pada pikiran mudanya dan menyebabkan trauma. Untungnya, seorang pria baik masuk ke dalam kehidupan mereka dan menyelamatkan mereka dari penderitaan, memberi mereka cinta dan perhatian. Meskipun Lili sangat menyayanginya, ia tidak bisa memanggilnya "ayah" karena itu akan mengingatkannya pada masa lalu yang kelam. Meski demikian, semua berjalan baik dalam kehidupan keluarga baru mereka. Namun, penderitaan Lili belum berakhir. Pada usia tiga belas tahun, ia kehilangan ibunya secara tragis karena kecelakaan mobil. Pada saat itu, Diogo, sang pria baik yang masuk dalam kehidupan mereka dan menjadi ayah tirinya, berjanji untuk menjaganya. Pagi itu, Lili bersiap-siap pergi ke sekolah. Beberapa bulan lagi, dia akan lulus dari SMA dan beberapa hari lagi memasuki usia 18 tahunnya. Lili mengenakan kemeja di atas lingerie putih miliknya, karena itu adalah satu-satunya warna yang tidak menarik perhatian, diikuti dengan rok lipit yang pas di pinggangnya dan menonjolkan tubuhnya dengan indah. "Lili, cepatlah atau kau akan terlambat," panggil ayah tirinya. "Aku berangkat sekarang, Diogo," jawabnya. Setelah selesai bersiap, Lili bergabung dengan Diogo untuk sarapan. Dia melihatnya membaca koran yang berisi iklan untuk perusahaannya, yang merupakan salah satu perusahaan terbesar di sektor periklanan di New York. "Bagaimana sekolahmu?" tanya Diogo kepadanya. "Semuanya bagus. Aku akan menerima rapor bulan ini hari ini. Apakah kau ingin melihatnya?" "Tentu saja. Bagaimana dengan belajar untuk ujian masuk?" k "Aku siap untuk itu. Aku yakin aku akan baik-baik saja," jawab Lili. "Meskipun hasilnya tidak sebaik yang kamu harapkan, aku memiliki cara untuk mendaftarkanmu di universitas apa pun yang kamu inginkan, jadi jangan terlalu khawatir," Diogo meyakinkannya. "Aku tahu, dan aku menghargainya. Tapi, aku ingin melakukannya dengan cara yang benar," balas Lili. "Aku bangga padamu karena itu. Sekarang, makanlah. Aku akan mengantarmu ke sekolah. Lalu, aku akan pergi ke perusahaan," kata Diogo kepada Lili. "Oh ya, apa yang akan aku dapatkan untuk ulang tahunku? Waktunya sudah dekat," tanya Lili dengan gembira beberapa saat kemudian. "Aku sudah memiliki sesuatu dalam pikiranku, tetapi apa yang kamu inginkan?" "Sebuah perjalanan." "Hmm, ke mana?" "Tidak terlalu jauh, mengingat aku tidak bisa bolos terlalu lama," kata Lili. "Jadi, apa yang kau sarankan?" tanya Diogo. "Pantai. Aku perlu mendapatkan sedikit warna." "Baiklah, aku akan mencari tempat yang bagus, tetapi jika kamu ingin memilih--" Lili tidak memberikan kesempatan ayah tirinya untuk menyelesaikan kalimatnya. "Apa pun yang kau pilih, kau selalu merencanakan perjalanan yang terbaik." "Sip!" Setelah sarapan, Diogo mengantar Lili ke sekolah. Saat mobil berhenti di depan sekolah, Lili berpamitan kepada Diogo. Dia mencium pipinya dan kemudian keluar dari mobil, sementara Diogo melanjutkan perjalanannya ke perusahaan. "Lili, aku sudah menunggu kedatanganmu. Sayang sekali ayah tirimu tidak turun dari mobil. Orang itu cantik sekali," ujar Livia, sahabat terbaik Lili. "Bodoh, pikirkan jika pacarmu mendengar itu," goda Lili kepada sahabatnya itu. "Kenapa? Aku tidak mengatakan sesuatu yang salah, toh. Emangnya seseorang seperti Diogo bakal memperhatikanku, ya kan?" balas Livia. Lili tertawa. "Tapi, ultah mu sebentar lagi. Apakah kita akan mengadakan pesta?" tanya Livia. "Tidak, aku akan berwisata bersama Diogo," jawab Lili. "Sayang sekali tidak akan ada pesta. Pesta ultah mu selalu luar biasa." "Aku tidak tertarik untuk mengadakan pesta tahun ini." Lili mengangkat bahunya. "Ayo, kita pergi. Kelas kita bentar lagi dimulai." Pada hari itu, Lili tiba di rumah lebih awal karena salah satu gurunya jatuh sakit, sehingga kelas terakhirnya dibatalkan. Lili berjalan di lorong menuju kamarnya. Saat dia mendekati kamar ayah tirinya, dia mendengar suara desahan yang keluar dari dalam. Lili terus berjalan, dan kebetulan, pintu kamar Diogo sedikit terbuka, memperlihatkan persis apa yang terjadi di dalamnya. Dia menutup mulutnya dalam syok karena adegan yang dia saksikan. Namun, dia tidak pergi dan tetap berdiri di luar kamar, di mana dia bisa melihat dengan jelas Carla, pembantunya, berbaring di atas ranjang dengan Diogo di atasnya, gerakannya cepat, menyebabkan Carla terus mendesah. "Ya, mendesahlah untukku!" perintah Diogo, lalu dia menampar p****t Carla. Suara itu bergema di seluruh kamar, dan Lili mengedipkan matanya, jantungnya berdetak kencang, gairahnya memuncak, dan tubuhnya gemetar. Lili tidak menyadari bahwa dia telah menyentuh benda di antara kakinya, lalu dia merasakan kehangatan intim dan pakaian dalamnya sedikit lembab. Keinginannya untuk terus menyaksikan momen itu sambil membelai dirinya sendiri begitu kuat, tetapi rasa takut jika dia ketahuan lebih kuat. Akhirnya, Lili dengan diam-diam menyelinap menjauh agar tidak terlihat dan pergi ke kamarnya. Dia membuka pintu, masuk, dan bersandar pada pintu itu, mencoba mengontrol napasnya yang terengah-engah. "Dia besar," bisiknya pada dirinya sendiri sambil meletakkan ranselnya di lantai. Setelah beberapa menit berusaha menahan pikiran kotor dan sensasi yang begitu kuat merasuk ke dalam tubuhnya, dia pergi ke kamar mandi. Dia mandi cepat dengan air dingin, berpakaian, dan keluar dari kamar. Saat waktu makan siang, Lili tiba-tiba bertemu dengan Diogo di lorong. "Lili, kau sudah di sini?" tanya Diogo, melihat jam tangannya yang mahal di pergelangan. "Tapi masih ada beberapa menit sebelum kau meninggalkan sekolah. Apakah ada yang terjadi?" tambahnya. "Salah satu guru sakit, jadi dua pelajaran terakhir dibatalkan. Aku mengirimmu pesan," jawab Lili. "Aku tidak melihatnya. Aku hampir saja menjemputmu dari kelasmu," katanya. "Baiklah, aku sudah di sini," ucapnya mengangkat bahunya. "Kamu terlihat berbeda. Apa yang terjadi?" tanya Diogo. "Tidak, aku hanya sedikit lelah. Kau tahu apa, aku hanya akan kembali ke kamar dan istirahat." Lili dengan cepat memintanya maaf dan meninggalkannya di lorong. Perilakunya tentu akan membuat dirinya mencurigakan, tetapi dia tidak membayangkan bahwa dia akan menyaksikan momen panas antara Diogo dan Carla. Lili menjatuhkan dirinya ke tempat tidur dan menutup matanya, tetapi satu-satunya gambaran yang mengisi pikirannya adalah Diogo tanpa busana. Untuk beberapa saat, Lili membayangkan dirinya berada di posisi Carla. Namun, ketika dia tersadar dari pikirannya, dia menggelengkan kepalanya. Lili mengecam pikirannya, mengetahui bahwa pikirannya sedang mengacaukan dirinya. "Hentikan, Lili! Dia adalah ayah tirimu," katanya, sambil menyibak rambutnya dengan tangannya. "Tapi aku tidak pernah membayangkan betapa berhasratnya seorang pria," bisiknya pada dirinya sendiri. Setelah banyak pertimbangan, Lili akhirnya terlelap, tetapi bahkan dalam mimpinya, dia tidak menemukan kedamaian. Lili bermimpi bahwa dia berada di pangkuan ayah tirinya dan dua penyangganya sedang dinikmati. Lili terbangun lebih terangsang dari sebelumnya, disertai dengan rasa lapar yang menggelegak di perutnya. "Apakah dia ada di rumah?" gumamnya pada dirinya sendiri. Lili pergi ke dapur. Jam makan siang sudah lewat, jadi dia puas dengan segelas jus. Dia kemudian pergi ke ruang tamu di mana dia menemukan ayah tirinya duduk di sofa. Lili duduk di sampingnya, dan saat dia melihatnya, dia melihat kejernihan tertentu di kaos tipis Lili. "Lili, kaosmu terlihat transparan," kata Diogo kepadanya. Wajah Lili memerah karena malu, jadi dia segera meminta maaf. Dia bahkan tidak menyadarinya; dia memilih kaos itu karena kenyamanannya. "Periodeku akan datang, dan mereka sensitif. Maaf," katanya dengan suara rendah, menutupi dirinya dengan kedua tangannya. Dia mengambil napas dalam-dalam dan menjawab, "Maaf mengganggu, tetapi kau tahu bahwa teman-temanku sering datang ke sini. Aku tidak ingin ada yang melihatmu seperti itu," kata Diogo. "Baiklah, aku akan pergi ke kamarku," balas Lili. "Lili, apa yang terjadi?" tanya Diogo dengan nada bingung. Mungkin dia menyadari perilaku aneh Lili. "Huh? Tidak, tidak ada yang terjadi, beneran," jawab Lili. "Aku tahu ada yang terjadi. Sejak kau pulang sekolah, kau bertingkah aneh, nak. Bolehkah kau memberitahuku? Apakah ini ada hubungannya dengan nilai yang seharusnya kau terima hari ini? Jangan khawatir, aku menghargai pendidikanmu dan berusaha yang terbaik untukmu. Tapi terkadang, nilai buruk bisa terjadi." "Tidak, bukan itu, nilai-nilai ku bagus. Jika kau mau, kau bisa memeriksa di situs web sekolah." "Jadi, apa yang membuatmu tidak nyaman?" tanya Diogo. "Tidak ada, aku hanya sakit kepala. Hampir periode ku," jawabnya. "Apakah kamu yakin itu saja? Kamu tampak sedikit berbeda hari ini," kata Diogo. "Ya," hanya itu yang menjadi jawaban Lili. Jawaban itu benar, Lili tidak berbohong. "Istirahatlah sekarang. Aku harus kembali ke perusahaan untuk menyelesaikan masalah." "Aku ingin membantumu dengan perusahaan," kata Lili. "Itu akan bagus, tetapi untuk saat ini, fokus saja dengan studimu. Sekarang, aku pergi. Panggil aku jika ada yang kau butuhkan." Lili hanya bisa mengangguk. "Tentu saja."

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
29.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.2K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
187.5K
bc

TERNODA

read
198.1K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
24.8K
bc

My Secret Little Wife

read
131.8K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook