Black Domino

1274 Kata
Kopi sudah terhidang dan waffle hangat adalah pilihan Ben juga Chloe, sementara Tyrex serta Lexi memilih soup jamur yang tampak lezat. Sembari menikmati kudapan malam, mereka mulai berbicara tentang hal-hal tidak masuk akal yang terjadi selama Ben mendapatkan kasus tersebut. “Kau bisa mulai sekarang, Ben. Kami siap mendengar.” Lexi tidak sabar ingin mendengarkan tentang hal yang Ben ingin utarakan sejak tadi. “Semoga kalian bisa menyimpan ini semua,” ucapnya tiba-tiba tidak yakin. “Apakah kau sekarang memilih untuk mengurungkan semua pengakuanmu?” tanya Lexi dengan wajah kecewa. Ben terdiam. “Aku tidak tahu. Kalian masih anak-anak dan ….” “Anak-anak?!” protes Chloe dengan kesal. “Aku dan Lexi sudah dewasa, begitu juga Trey! Aku bahkan bisa kau nikmati selayaknya wanita menarik!” cibir Chloe tanpa malu atau sungkan. Ben menggelengkan kepala dengan senyum geli. “Ok-ok. Maaf. Kuharap aku tidak mengacaukan rahasia ini.” Ben menarik napas kuat-kuat dan mulai bertutur. ## Tahun 2000 adalah tahun kelima bagi Ben menjadi detektif. Kasus yang ia tangani sukses satu persatu dalam waktu singkat. Setelah merayakan ulang tahun pernikahannya, Ben mendapatkan kasus baru yang melibatkan seorang mafia yang selama ini hanya dalam rumor saja. Black Domino, sebutannya. Pria itu tidak pernah terdeteksi dan selalu bekerja dalam bayang-bayang. Kiprahnya sangat besar dalam andil n*****a yang kian merusak generasi muda. Karena semakin mencekam, di mana mulai melibatkan oknum pemerintahan, kepala polisi menugaskan Ben untuk menangani kasus tersebut sebelum FBI dan CIA mengambil alih. Selama berbulan-bulan Ben melakukan penyelidikan dan penyamaran. Ketika akhirnya semua terkuak, kesatuannya melakukan penyergapan besar-besaran. Akan tetapi sosok Black Domino tetap tidak berhasil mereka ringkus. Manusia itu lenyap tidak berbekas, bahkan para tersangka yang tertangkap mengatakan tidak pernah menemui secara langsung Black Domino. Merasa kasus itu akhirnya mengalami kebuntuan, kepala kepolisian harus menutup filenya dan berpuas diri dengan pencapaian yang bisa mengurangi jaringan n*****a. Musim panas itu, Ben berniat untuk berlibur dengan keluarganya. Richard, wakil kepala polisi saat itu, mengatakan untuk menunda liburan karena kasus Black Domino baru saja berakhir. Namun Ben tidak mendengarkan. Dalam perjalanan liburan, Ben melihat sebuah mobil limosin hitam berhenti di tengah jalan dan membuat mobilnya tidak bisa melewati jalan raya tersebut. Karena curiga, Ben keluar dan mulai berteriak supaya pengemudinya segera memindahkan mobil yang menghalangi. Saat seseorang akhirnya keluar, Ben pun terhenyak. Sosok manusia dengan tangan memanjang dan wajah mengerikan keluar dengan seringai licik. Melalui gumamannya, sosok yang ternyata adalah Black Domino itu, menghipnotis Ben dan membuatnya melaju ke arah jurang, bersama istri dan putrinya! ## Ketiganya menatap Ben dengan wajah terkesima. “Aku telah mati, begitu juga anak dan istriku. Richard yang akhirnya naik jabatan serta menduduki posisi kepala polisi di New York, merekrut juga membiayai seluruh rekonstruksi wajah, serta memberikan identitas baru untukku.” Hening tidak ada tanggapan. “Arwah itu benar. Jika Black Domino ada di balik semua ini, bukan manusia yang kita hadapi, melainkan monster!” “Ap-apakah Richard Potter tahu?” tanya Lexi dengan gugup. “Tidak mengenai Black Domino. Aku menyimpan semua sendiri. Aku telah melacak keberadaannya, tapi dia seperti hilang ditelan bumi.” Ben meletakkan garpu dan meneguk kopi dengan wajah penuh beban. “Aku bukan tidak mempercayai Tuhan, Trey. Aku kehilangan segalanya dan hampir tidak memiliki harapan hidup.” Tyrex mengangguk dengan canggung. “Tapi apa pun yang telah terjadi dalam hidupku, aku mulai melihat satu titik terang. Tuhan telah mengirimkan kalian pada waktu yang tepat,” pungkas Ben dengan suara pelan. “Dia bisa menghipnotis, itu berarti dia memiliki kekuatan yang tidak bisa dianggap enteng. Dan tangannya yang memanjang seperti mutan, aku yakin dia bukan berasal dari kalangan biasa. Pernahkah kau menyelidiki kaum ilmuwan yang bekerja untuk pemerintahan?” tanya Chloe setelah mengungkapkan analisanya. “Maksudmu, dia adalah manusia yang bereksperimen dan memperoleh kekuatan dari cara itu?” tanya Lexi. “Ya, bisa saja. Kupikir hal yang paling masuk akal adalah asumsi itu!” jawab Chloe dengan yakin. “Belum, aku tidak pernah melacak ilmuwan. Tapi ini memberiku ide yang brilian. Mungkin para militer juga bisa jadi targetku, terkadang mereka melakukan eksperimen untuk menghasilkan prajurit super,” timpal Ben dengan wajah mulai tertarik. “Nah, sekarang kau punya dua target. Ilmuwan dan militer. Selanjutnya, bagaimana kau akan menghadapi dia dengan kemampuan yang super itu?” sambung Chloe. Ben kini melirik pada Tyrex. “Ada yang belum kami ceritakan pada kalian berdua.” Ben memberi isyarat pada Tyrex untuk menguak cerita mengenai kekuatannya. Dengan bahasa yang terbata-bata dan sikap gugup, Tyrex menuturkan kemampuan yang ia miliki. “Ka-kapan itu mulai terjadi? Apakah waktu kau mematahkan pegangan tempat tidur rumah sakit?” tanya Lexi dengan mata melotot. Tyre mengiyakan. “Gila … ini benar-benar gila!” desis Lexi dengan ekspresi takjub. “Wow! Detektif Hardy, kurasa kau sudah memiliki tim inti untuk menuntaskan masalah tertundamu!” seru Chloe dengan antusias. “Ta-tapi aku belum yakin akan semua ini!” tukas Tyrex seakan belum begitu percaya diri. “Kita akan melakukan latihan untuk menguji kemampuanmu, Trey! Dan aku sepertinya tahu siapa yang bisa membantu kita,” cetus Chloe dengan senyum. “Siapa?” tanya Ben. “Dean Taylor!” “Tidak!” tolak Lexi buru-buru. “Lexi!” protes Chloe tampak kesal. “Tunggu! Kenapa dokter itu? Kupikir dia adalah dokter syaraf dan bukan pelatih fisik,” timpal Tyrex tidak mengerti. “Karena Dean Taylor memiliki pengetahuan tentang susunan syaraf yang mungkin berubah dalam dirimu. Kita perlu mengetahui kondisi tubuhmu, untuk memastikan bahwa kemampuan yang kau miliki adalah nyata! Paham? Kedua, Dean Taylor memiliki sebidang tanah peternakan yang tempatnya tepat untuk Trey latihan unjuk kekuatan!” “Dan ternyata kau mengetahui segalanya! Kebetulan sekali?” cibir Lexi dengan sikap antipati. “Semua orang di rumah sakit ini tahu tentangnya! Dia adalah ….” “McDreame … ya, aku pernah mendengar sebutan mesra kalian untuk dokter menawan itu,” sambar Tyrex dengan tersenyum. “Aku tidak pernah menyebut Dean Taylor sebagai McDreame!” bantah Lexi dengan geram. “Dan aku tidak menyukai dia terlibat. Aku sudah cukup menghindar dari manusia itu!” “Ah! Aku tahu sekarang!” seru Ben dengan lirikan menggoda pada Lexi. “Dia mengejarmu, bukan?” Lexi bungkam dengan wajah melengos. “Lexi, dia adalah pria yang menarik dan kulihat sangat baik. Apa yang salah dengan dokter Taylor?” tanya Tyrex dengan wajah lembut. “Yang salah adalah aku tidak memiliki ketertarikan apa pun padanya, Trey! Jelas?” balas Lexi kian jengkel. “Kita membicarakan tentang Black Domino yang begitu mengerikan dan kau masih peduli tentang ketidak sukaanmu pada Dean Taylor?” Chloe menatap sahabatnya dengan mata tajam. “Monster itu akan membunuh seantero planet jika berhasil mendidik para remaja untuk menjadi prajuritnya!” pekik Chloe hingga terdengar semua yang ada di kafetaria. Semua melirik pada meja, tempat keempatnya duduk. Dengan lambaian tangan kikuk, Ben meminta maaf pada pengunjung yang lain. “Terima kasih kau menguak rahasia kita, Chloe!” desis Lexi dengan geram. “Chloe, aku tidak menyangka jika otakmu sangat jenius dan seksi! Para remaja itu hilang untuk direkrut menjadi prajurit Black Domino! Kenapa tidak terpikir sebelumnya?!” Ben tampak kian bersemangat kali ini. “Aku tahu! Mata sipit dan kulit pucatku tidak akan membuatku terlihat menarik! Tapi otak ini adalah bagian yang terseksi! Aku suka kalimatmu itu, Ben!” Chloe terlihat bangga dan besar kepala atas pujian untuknya. Ben menutup pertemuan malam itu karena harus menghadiri rapat besok pagi. “Kita akan bertemu lagi secepatnya. Aku akan terus memberi kabar kalian!” pungkas Ben seraya menjabat tangan Lexia dan Chloe. Kedua pria itu melenggang pergi dan tinggal Lexia bersama Chloe. “Aku bersumpah, suatu saat akan meniduri detektif itu,” gumam sahabatnya dengan penuh minat. “Kau benar-benar memalukan, Chloe!” keluh Lexi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN