Tekad Kuat

1374 Kata
Tekad Kuat. "Berjuang sendiri itu ternyata lebih menantang, menantang nyali untuk kemungkinan ditolak yang besar, jadi masih maukah menerima kemungkinan-kemungkinan ajaib di hidup?" **** "Nin, lo enggak dengerin Pak Suryadi jelasin tentang Resensi Novel ya? Liat tuh! Dia dari tadi mangap-mangap udah kaya ikan koki," tegur Gina melihat sahabatnya itu hanya melipatkan kedua tangan lalu meletakkan kepalanya di atas sana. Anin yang di tegur oleh Gina hanya terpaku sebentar tanpa berminat melihat ke arah papa tulis, terlihat juga siswa lain melakukan hal yang sama seperti Anin. Gina kembali menegur Anin dengan menggoyangkan tangannya agar Anin bangun, takut-takut bila nanti dia dimarah dan dihukum oleh Pak Suryadi. "Jadi resensi ialah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya. Ya atau ya? " ucap Pak Suryadi sambil menunjuk salah satu anak kelas yang tidak lain dan bukan adalah Bimo sang raja bolos dan terkenal jarang mandi. "Ya pak," jawab Bimo dengan tegas tanpa takut sedikitpun. "Apanya yang iya, lalu kenapa bisa di katakan begitu, coba berikan contoh?" Nah, jawab lagi saja asal, jawab iya tapi tidak berlandaskan bisa jadi menggali lubang kuburan sendiri atau memancing singa lapar untuk marah. "Karena...kare..Na...Karena. " Lama Bimo berpikir sambil melihat sedikit ke arah catatanya. "Jangan buka catatan, kalo mau rajin di rumah, kalo di sekolah saya tahunya kamu sudah menguasai materi. " Memang guru satu ini solimi sekali, bapak pikir setiap murid itu jenius? Padahal otak mereka saja sulit menerima mata pelajaran bagaimana harus menjawab sementara jawabannya saja dia tidak tahu. Keringat dingin langsung mengalir deras dari dahi Bimo, diikuti suasana tegang semua siswa karena berharap kali ini Bimo selamat. Jantung Bimo berpacu sangat cepat bahkan tangannya gemetar, dia hanya takut salah jawab. "Berarti, kamu ini tidak membaca. Kamu harus banyak membaca. " Itu adalah kata-kata legendaris yang selalu terucap dari bibir Pak Suryadi dan di hafal seluruh anak kelas. Bimo hanya bisa menghela nafas lega, setidaknya di sini lebih aman dan dia tidak akan di tunjuk lagi. Tidak lama tibalah kursi Anin menjadi sasaran Bapak berkepala plontos itu, dia langsung menepuk meja itu dengan begitu keras. "Enak ya, tidur siang-siang gini, " sindir halus Pak Suryadi yang mampu membuat siapa saja merasa tertohok. Anin yang masih tidur di atas lipatan tangannya tidak menyadari apapun, dia masih mengaggap itu Gina karena dari tadi hanya Sahabatnya itulah yang cerewet dan sibuk menegur, tak tahukah Gina bahwa Anin sangat mengantuk mendengar penjelasan Pak Suryadi yang begitu membosankan. Padahal Anin suka pelajaran Bahasa Indonesia namun semenjak di ajar Pak Suryadi dia menjadi tak suka menurutnya membuat ngantuk saja. "Udah deh Gin jangan ganggu!" Gina yang berada di sebelah Anin sudah mencolek bahunya untuk menyadarkan ,namun sayang sahabatnya itu tidak bergeming sedikitpun. Anin sebenarnya agak curiga kenapa suara Gina seperti berat-berat ngebass namun dia abaikan karena rasa kantuk ini seperti candu apalagi setan-setan di mata meniup terus-menerus, kan perpaduan yang paling benar. "Anindya Paramita, segera bangun!!!! " “Mana kebakaran! Mana Kebakaran, astaga mana kebaran, jawab teman-teman,” ucap Anin langsung terbangun dari tidurnya dan melihat seluruh teman sekelasnya tertawa terbahak-bahak. Ini namanya perang dunia ketiga akan berlangsung cukup lama apalagi keadaan kelas yang kondusif menamban beban Anin untuk hukuman kali ini. "Heheh, sih bapak, udah lama ya pak di sini?" tanya Anin sambil menampilkan sederetan gigi putihnya dan cengengesan. "Kamu itu ya, enggak pernah berubah sedikitpun! " "Pak, gimana saya mau berubah? Kalo pelajaran bapak mengajarkan saya berbagai hal, apalagi tentang memahami mimpi dalam sebuah imajinasi untuk mengarang, nah kalo saya tidur otomatis semua imajinasi menyeruak seperti petasan yang akan meluapkan bara keindahan Pak. " "Tapi sekarang saya tidak sedang menyuruh kamu mengarang. " “Kan kata bapak pelajari dahulu materi sebelum dibahas nah saya undah sampai ke materi mengarang Pak,” balas Anin mengeles. “Kamu ini!” "Kata Mama saya Pak, ketika kita menyimak itu butuh istirahat agar kondisi fisik kita prima. " "Kamu itu memang tidak nyambung, sekarang cuci muka lalu kembali lagi." "Pak, kalo saya nyambung sama bapak, nanti kita berjodoh. Lebih baik kita tidak nyambung saja pak. " “Hahahah,” seruan tawa dari teman-temannya tidka bisa dihindari memang Anin tidak ada matinya jika masalah menghindar dari kenyataan. "Cepat cuci muka atau lari keliling lapangan? " “Saya cuci muka aja Pak, udah capek lari dari kenyataan masa harus lari di lapangan lagi itu namanya saya serakah nanti Pak,” ucap Anin ada saja jawabannya yang membuat Pak Suryadi geleng-geleng kepala. Anin segera beranjak dari kursinya untuk mencuci muka. Ketika sedang membasuh air ke wajahnya dia tidak sadar ada seorang kakak kelas bernama Alif sedang memperhatikannya dengan sangat dalam. Alif baru lulus tahun kemarin, entah apa yang ia kerjakan di sekolah sekarang, mungkin ingin mengambil ijazah. "Lo anin kan?!?" Anin yang mendengar namanya di sebut langsung mengangkat tubuhnya untuk berdiri tegap, lalu membentuk tanda hormat. "Aku memang Anin Kak, bukan Lisa Blackpink. " Alif langsung mengelurkan gelak tawa melihat kelakuan Anin. Anin memang cukup populer dikalangan kakak kelas namun tak pernah ada gosip pacaran, banyak sekali yang mencoba menembak Anin, untuk menjadikan ia pacar namun selalu ditolaknya dengan halus agar tak menyakiti perasaan oranglain. "Gue engga bilang lo Lisa apa itu ? hitampink, dasar lo nya aja yang salah denger. " "Biasa lah kak, aku tu agak budeg." Ajaib memang, hanya Anin yang mempunyai sifat b****k begini, tidak pernah jaim dihadapan oranglain. "Gue boleh minta no WA lo? " "Boleh kak, tapi kalo buat nagih hutang mending enggak usah mintak deh kak. " "Hahahh gila lo ya. " "Gila itu yang manis-manis kaya pasir itu kan kak? " Alif tampak berpikir lama apa yang dimaksudkan gadis ajaib dihadapannya ini. "Emang apaan? " "Itu gula kak. " "Hahhah lo lucu juga ya, nih catat no WA lo.” Alif memberikan HP-nya kepada Anin agar perempuan itu bisa menyalin angka-angka ke layar benda pipih itu. Tidak lama sudah ada angka di layar HP Alif dan juga tertera sebuah Nama 'Anin cantik kaya Song Hye Kyo'Meskipun Alif tidak tahu siapa nama yang tertera diakhir kontak Anin tapi dia tetap tertawa. "Makasih, gue pergi dulu ya. " “Etdah, udah dapet nomor malah main pergi aja di Udin,” balas Anin menggelengkan kepalanya. “Gue udah di tunggu kepsek,” balas Alif tertawa. Anin pun kembali ke kelasnya untuk melihat Pak Suryadi. Anin juga tidak mengerti kenapa Alif meminta nomornya, apa jangan-jangan dia akan di ajak menajdi Bandar togel yang kaya raya, ucap Anin asal di hatinya. *** Anin melaksanakan kebiasaannya untuk menunggu di bandara dan melihat pangeran impian. Selagi menunggu Rimba keluar dari pintu yang biasa Anin lihat, dia menulis sebuah surat untuk Pangerannya itu. Namun hari ini pemandangan berbeda Anin lihat di pintu itu, Rimba tidak berjalan bersama laki-laki yang biasanya melainkan dengan seorang perempuan berpakaian Pramugari dan terlihat sangat dekat, hal itu membuat hati Anin sakit tapi tak bernanah. “Jadi begini melihat kekasih selingkuh?” ucap Anin kepada dirinya sendiri. Anin segera menghampiri keduanya lebih tepat ke arah Rimba sebenarnya. "Om, selingkuhin aku ya! Jangan buat cemburu dong! " Rimba bingung dengan ucapan anak kecil di depannya ini, sebenarnya sejak beberapa hari ini dia agak risih terus diteror begini. "Emang kamu siapa? " Ambyar ini lebih dari tertusuk peniti tapi berdarah. "Om, enggak ingat kita pernah ngapain aja?" Anin langsung melirik perempuan di sebelah Rimba dengan tatapan mata tajam yang membunuh, sedangkan perempuan itu menampilkan senyum ramahnya. "Pacar kamu ya Rim? " "Bukan Mbak. " "Iya. " Ucap mereka berdua dengan kompak namun beda pendapat. Mbak Arin nama perempuan pramugari itu langsung saja tertawa dengan senyuman yang sangat anggun. "Selamat memperjuangkan hati pangeran es ya, kenalin aku Arin, kakak sepupunya Rimba. " Rimba langsung memberikan tatapan membunuh kepada kakak sepupunya itu, setelah mendengar itu Anin langsung menunduk meminta maaf dan menyalami tangan Arin dengan begitu bersalah. "Aduh Mbak ipar, maafin Aku ya." "Gapapa kok Nin, santai aja. Emang kalo orang jatuh cinta itu suka cemburu yang membara. " "Heheh iya nih mbak, rasa suka aku sama om ganteng ini udah maksimal susah buat di turunin." "Jangan pernah ngaku-ngaku! " Rimba langsung menarik tangan kakak sepupunya itu dan meninggalkan Anin yang tersenyum bahagia karena sudah ada kemajuan untuk mendekati Rimba dengan cara dekati kakak sepupunya dulu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN