4

930 Kata
4 Belum terlambat untuk mundur dan perlahan menghilang kan ya?~ "I now i not alone~" suara Chaca sangat nyaring mengikuti aluanan musik yang ia dengarkan dari smartphone nya, gadis itu sangat girang sebari berjalan dengan menyeret kursi dengan tiga kaki saja. "Suara gue bagus juga kalo lagi sendirian, haha" ucapnya dengan membanggakan dirinya sendiri. "Chiko, kenapa sih gue harus suka sama elo? Terus kenapa juga elo gak suka sama gue?, Gue cantik, imut, pinter matematika. Iya sih, gue bodoh bahasa Inggris sama ilmu komputer, tapi kan itu gak ngaruh!" Gerutunya sepanjang koridor menuju gudang dibelakang sekolah yang sudah sepi karena bel pulang sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu. Chaca terus berjalan dengan sumpah serapah yang terus saja diucapkannya, hingga gadis itu tergejolak kaget tak kala melihat seorang cowok bertubuh tegap dengan mata tajam tengah berdiri tegap di balik pintu gudang. "Astaga!" Kejut Chaca, gadis itu langsung menjatuhkan kursi itu karena kaget. "Lo siapa? Ngapain disini?" Tanya Chaca kembali mengambil kursinya. Cowok itu tak menjawab, ia hanya memandang Chaca dengan tatapan super datar dan dingin. "Elah, gue ngomong sama elo kali!" Keluh Chaca.Cowok itu tetap dalam posisinya. "Woy, mentang-mentang ganteng gak mau jawab pertanyaan gue lo?, Sombong amat!" Ucap Chaca. Tetap saja, cowok itu tak berkutik. "Jawab kali, gue ngerasa ngomong sama patung tau gak!" "Ah, udah lah. Gak penting juga elo disini atau enggak" ketus Chaca langsung berjalan melewati cowok bermuka datar itu untuk mengambil kursi barunya yang berada di pojok gudang. Chaca membalikkan badannya, "Tunggu dulu!" Cowok itu membalikkan badannya menghadap ke arah Chaca yang meringis memperlihatkan deretan giginya yang rapih. Cowok itu masih tak berbicara satu katapun, ia hanya memandang Chaca dari tempatnya berdiri. "Bantuin gue bawa kursi ke lantai tiga" Pinta Chaca. Tak ada jawaban, Chaca sebal akan hal itu. Gadis itu terlihat seperti orang gila yang tengah berbicara dengan patung. Yang lebih membuat Chaca sebal, cowok itu pergi begitu saja tanpa mau menjawab pertanyaan Chaca atau hanya sekedar mengangguk sebagai jawaban. "Amit-amit deh punya anak kek dia" Seru Chaca sebal sebari menendang kan kakinya ke udara. "Tunggu, jangan-jangan dia bisu?" Kejut Chaca. "Ah, bodoh lah. Masa orang seganteng dia bisa bisu" kekehnya lalu mengambil kursi barunya. Lagi-lagi Chaca dibuat kaget tat kala saat dia membalikkan badannya, tepat didepannya berdiri tegap sosok Rian. "Astaga, kenapa sih sama hari ini. Tuhan masih nguji jantung gue mas-" "Lo gak bisa diem?" "Serah gue lah mau diem apa enggak, ini kan mulut gue! Kalo lo ngerasa keberatan ngapain dengerin?" "Gimana caranya supaya gue gak denger? Huh?" Tanyanya dengan nada tegas. "Yaah, elo kan bisa pura-pura gak denger" ucap Chaca ngawur, "Good gak tuh ide gue?" "Mana kursi lo?" Tanyanya membuat Chaca memanyunkan bibirnya. "Kenapa sih cowok suka banget mengabaikan ucapan cewek, pad-" "Diem bisa?" "Oke-oke, tapi anterin gue pulang mau gak? Hem?" Pinta Chaca dengan muka dibuat-buat agar terlihat imut. Matanya juga ia sengaja kedipan seperti memohon. "Mana kursi baru lo?" Tanya nya lagi. "Kenapa?, Jangan-jangan lo mau bawain ya? Ngerasa bersalah atau gimana? Om?" Tanya Chaca. Rian mulai sebal akan tingkah Chaca yang tak bisa berhenti bicara. "Mana kursi baru lo, mau gue bawain gak?!" Ucapnya sedikit tegas. Chaca tersenyum lebar sebari mengacungkan jari telunjuk dan tengah nya dengan bentuk huruf 'V' kearah Rian. "Terserah elo mau milih yang mana, gue keluar duluan ya. Kebelet soalnya" ucap Chaca.  Tanpa mau menunggu jawaban dari Rian, Chaca langsung berlari menuju WC yang memang dirinya sangat kebelet. Dan yang membuat hari pertama gadis itu tambah sial, letak WC dan gudang lumayan jauh. Dan itu membuat Chaca sangat tersiksa. Sekitar sepuluh menit gadis itu berada di WC, gadis itu keluar dengan bibir yang tersenyum bahagia. "Waaa, lega juga" kekehnya sebari mengelus perutnya dan berjalan keluar WC. "Ya Tuhan, dosa apa gue?" Kejutnya. Gadis itu lagi-lagi dibuat kaget, kali ini ia kaget karena melihat Rian yang berdiri tepat di samping pintu masuk WC dengan gaya bad nya, Rian menyenderkan punggungnya dengan tangan yang ia lipat didepan dadanya, rambutnya akan berwarna biru kemerah-merahan jika terkena cahaya membuat Rian sangat terlihat bad. "Ngapain lo disini? Ini kan taloil-" "Chaca, nama yang cantik" ucap Rian menengok kan kepalanya kerah Chaca yang berdiri disampingnya. "Ingatan elo ternyata bagus juga" kekeh Chaca. "Hem, lo gak inget gue?" "Elo Rian, temen satu meja gue lah" kekeh Chaca. "lagi ngelawak lo?" Lanjut Chaca. "Sekedar itu?" Tanyanya mulai mendekatkan diri ke Chaca yang malah tertawa. "Iy-" mata Chaca membulat takala Rian tiba-tiba membekapnya. "Sejak kapan lo kenal Dian?" Tanyanya dengan tangan mengunci tangan kecil Chaca. "Rian, lo lagi ngapain sih?" Ucap Chaca dengan susah payah, cowok bertubuh tinggi itu tak main-main untuk menyakiti Chaca. Benar kata Dina bahwa Rian tak pandang bulu. "Jawab, atau lo bangun di rumah sakit" ucap Rian tepat di telinga Chaca. Bugh,,, Chaca meringis, berbeda dengan Rian yang malah tersenyum devil bukanya kesakitan. Ya, gadis mungil itu memundurkan langkahnya hingga membentur tembok dan seketika Rian melepaskan bekapannya. "Gue kasih peringatan lagi, jauhi Dian!" "Ye, lo pikir elo siapa ngelarang gue bergaul sama siapa aja? Hah?, Udah ah gue mau balik. Bay!" Ucap Chaca lalu berlari kecil meninggalkan Rian yang masih duduk bersandar tembok. Rian memang tak ada niatan untuk menyakiti Chaca, cowok itu hanya berniat memperingati gadis pendek itu. "Lagi-lagi, lo cewek pertama yang berani ngelawan gue" kekeh Rian masih memandang Chaca yang mulai menjauh, lalu mengambil ponselnya yang berada di saku celana nya karena bergetar bertanda ada panggilan masuk. "Hallo?" "Beres?" "Ada perusuh" "Perusuh?" "Tapi tenang aja paman, dia sepertinya gak tau apa-apa"  "Oke, awasi perusuh itu!" Perintah seseorang dari seberang telepon. Rian langsung mematikan sambungan telepon setelahnya. °°° See you next part ya..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN