CHIKO, PRESDIR BARU

2176 Kata
"ngalain lu kesini dek ? Inget rumah juga lu akhirnya" Tanya Tito kepada Chiko adiknya. Tito yang sedang membaca majalah menengok adiknya yang masuk ke ruang tamu lalu berjalan ke arah dapur. "Sekalian bikinin kopi dong gula nya satu sendok aja" perintah Tito. "Nah ini yang bikin gue gak betah dirumah, gak elu gak bunda gak ayah semua nyuruh nyuruh gue. Mending gue tinggal di apartemen gue lebih nyaman lebih tentram" ucap Chiko sambil menyeduh kopi, biarpun ia tak suka disuruh ia tetap melaksanakan perintah kakaknya. Namun karna tak melihat tulisan salt di toples Chiko malah memasukan garam di kopi yang sedang mengepul lalu mengaduknya. "Nih kak kopinya, udah ya gue mau ke atas dulu mau mandi air dingin kepala gue pening banget habis diracun pegawai lu" ucap Chiko "Dih ada ada aja deh lu, bweeeh..!!apaan nih kopi nya asin" Tito tak sengaja menyemburkan kembali kopi nya. Malam itu sangat ramai di iringi gelak tawa Chiko dan sumpah serapah Tito. . . Bab 2 "Gimana cerita nya lu bisa keracunan obat perangsang ?" tanya Tito saat Chiko selsai menceritakan hal yang memalukan di basement supermarket. "kek lu juga kak,Gue gak sadar aja langsung gue minum minuman pemberian Sinta. Lama-lama panas banget gak sadar gue dia langsung maksa masuk mobil dan cium gue" Chiko melanjutkan ceritanya. "untung tadi ada wanita Bar-bar setidak nya bikin gue bisa kuasain diri" "ada gila- gila nya juga Sinta, dia kan udah mau married sama Daniel. Belum juga tuh anak tobat gangguin lu" "wajar kak gue ganteng gini" ucap Chico narsis. "By the way kak besok kita udah bisa ganti kantor lu dicabang seletan biar gue yang di barat" "Thanks ya dek. lu memang paling bisa di andalkan" "ya ga masalah. Titip salam untuk ayah dan bunda ya gua balik dulu" . . . Nama Nico kembali muncul di layar handphoneku. 'cuih ngapain lu dasar pengkhianat' batinku terus bergejolak menyumpah serapah Nico. 'pusing kan lu gue diemin rasain lu , andai lu mau cari partner gue mungkin kita bakalan punya anak lucu walaupun lu cuma bisa ngaku jadi uncle nya aja si' Citra berusaha mengesampingkan panggilan dari Nico, ia terus saja mengetik laporan dan mengecek nya satu persatu. Citra memang sangat rajin ia sangat cepat jika berkerja, tangan nya sangat cekatan matanya memindai sangat cepat hingga lembaran yang tadi nya bertumpuk kini hanya tinggal sedikit. 'yes tinggal dua kertas lagi kerjaan beres'. Mood Citra kembali bagus melupakan sejenak masalah yang ada. " Udah selsai belum kerjaan lu Vi?" " Lu ga liat gue belum selsai ? Ini kok kayaknya ga kurang kurang ya ? Ini beneran gaksih masih setumpuk gini kerjaan gue ? Ya lord. Lu kok udah selsai aja sih? Aduh bantu gue dong pleaseeee" pinta Vivi dengan mata memohon. "Ga ah gue lagi males, kecuali kalau lu traktir gue makanan pranciss yang mahal itu. Bisa gue pikirkan" "Oke Gue traktir. Nih tolong bantu gue dan keluarkan gue dari neraka ini" Citra mengiyakan permintaan Vivi, Vivi memberikan setengah tumpuk kertas kertas berkas agar di kerjakan oleh Citra. Citra menggangguk ngangguk senang. Membayangkan menu dari Restourant Pranciss yang terkenal enak dan jangan lupakan harga yang bikin mengeluh yaitu sebesar seperempat gajinya, lumayan makan gratis, mahal, dan enak pula. Di Restourant "Sir saya pesan Ratatouillie dua, dan orange juice dua parfait satu dan macarons nya ya" Citra segera memesan makanan ia sangat senang bisa makan disini lagi tak sia-sia ia menyelesaikan tugas dari Vivi. Berbanding terbalik dengan Citra, Vivi uring-uringan karna harga yang dipesan Citra sangat-sangat menguras dompetnya. "makasih ya kawan telah membuat temanmu miskin" ucapnya sambil memasang wajah sedih. "Oui, Aucun Probleme" jawab ku sok memakai bahasa pranciss, Vivi hanya melihatku sinis. "Lu udah liat belum pengganti Pak Tito ? Gila ganteng banget. Andai gue belum punya Rocky udah pasti gue gebet." Vivi bercerita bersemangat setelah memakan satu macaronnya. " Kaya mau sama lu aja" ucapku menimpali. Vivi pun hanya mengerucutkan bibir, dan kami pun mulai menikmati hidangan. jam menunjukan jam 12.48 sebentar lagi jam makan siang akan habis. Citra dan Vivi. Keluar dari restourant dan kembali ke kantor. . . . Saat saat menaiki lift Citra dan Vivi berada satu lift bersama Seorang pria yang Citra tak asing melihatnya. Citra mengingatnya dan lalu menegurnya "Eh mas ? Mau ngapain disini?" tanya Citra dan Vivi pun hanya panik melihat teman nya bertanya tidak sopan kepada pria yang ada didepan nya. "kerja" jawab pria itu singkat. "oh ya bagus deh itu lebih baik mas kerja yang halal jangan jual diri mas, lagian disini emang lagi buka lowongan ya ? kaya nya belum ada deh. Mending mas nya turun dulu terus ketemu customer service terus tanya disitu" Citra masih berbicara panjang lebar pintu lift pun terbuka, setelah pria itu keluar dari lift semua pegawai menundukan kepala kepada pria itu. "Hm seneng bertemu denganmu. Saya Chiko Presdir baru disini" jawab Chiko lalu pergi meninggalkan Citra yang menganga dan Vivi yang sedang mengguncang guncangkan tubuh Citra. . . "isss kenapa lu diem aja sih tadi" "gue termenung melihat ketampanan dia Cit anjir mana ganteng banget suaranya seksi banget." "tapi dia kemarin mau hahahihi dibasement sama Shinta..." Citra pun menceritakan kejadian di basement dan juga menceritakan bahwa ia bertemu Andre serta di beri undangan pernikahann mereka. " anjing banget tu cowok udah selingkuh sekarang mau nikahin selingkuhan nya. Iya kalo cantik itu si Sandra Sandra itu kan muka nya jelek kaya nenek lampir" Vivi terus menerus menjelekan Sandra, " itu juga Shinta dia waras gaksih ? Tapi gue pikir emang tu Pak Chiko di jebak beneran mana mau dia sama Shinta, emang sih body nya bagus tp muka nya ga cantik cantik amat masih cantikan kita iya gak hahaha" Vivi terus tertawa dsn berbicara dengan sangat keras tanpa melihat sepasang mata menatap dia marah. "Heh Body gue emang bagus apalagi muka gue! Sirik ya lu. Lagian ini jam kerja bukan jam gosip ! Gue aduin sama pacar gue ya!!" Shinta berbicara lantang membuat semua orang memeperhatikan mereka. Aku memandang meja ku dan meja Vivi meja kami sudah bersih dan rapi tanda pekerjaan telah selesai. Tinggal menunggu jam pulang saja sekitar tiga jam lagi.Saat hendak membalas perkataan Sinta tiba-tiba "Nih saya kasih kerjaan mumpung kalian udah santai" yang ternyata Chiko memberikan setumpuk dokumen baru kepada mereka. Melihat pun itu aku tidak bisa protes karna dia atasanku gaji ku pun dari dia. Semua karyawan pun mendengus geli ingin tertawa, Sinta bahkan sudah tertawa terbahak-bahak namun berhenti karna di tegur oleh maganer yaitu Pak Genta. "Semua diam" ucap Chiko sambil berlalu kembali menuju ruangan nya. Aku sempat memandang Shinta yang berbicara lirih kepadaku "rasain". Aku segera menyalahkan Vivi atas kejadian ini "Gara-gara lu sih suara lu itu loh kalau bicara semua orang kayaknya harus denger!" "Ya maaf Cit" ia hanya bisa merutuki kesalahan nya. Memang benar jika karyawan disini telah selesai mengerjakan tugas maka mereka akan berpura-pura mengerjakan hal lain agar tak di beri tambahan pekerjaan, memang para petinggi tidak suka karyawan nya terlihat berleha-leha. Pukul 18.10 Citra membuka blazer yang ia kenakan berlahan lahan ia mengangkat tangan nya ke atad ,membuat gerakan sederhana seperti itu saja sudah membuat punggung terasa sakit sekali.Badan nya ia gerakan kekiri dan kekanan membuat tubuhnya sedikit tidak kaku, ia bersandar pada kursi dan berusaha mengatur nafasnya. Badannya berasa pegal apalagi persendiannya, keringatnya mulai mengucur, penglihatannya berkunang-kunang. Sekarang mulutnya terasa tidak enak karna kering mengebut pekerjaan nya agar cepat selsai dan bertemu pacar sejatinya yaitu kasur. Ia menengok ke kanan Vivi sudah pasrah akan semua yang terjadi ia kelihatan sudah tak sanggup lagi mengerjakan semua itu, aku sedikit tidak tega namun naas aku juga sudah tidak sanggup mengerjakan lebih dari ini. Aku tak mau membantu dia. "Yuk pulang aja" kata Vivi dan di Iyakan olehnya. 'Tringgg ' lift mulai terbuka disana terlihat Chiko Presdir baru yang sedang membuang muka melihat Citra di depan nya. Citra pun melakukan hal yang sama sedangkan Vivi melirik kanan kiri antara Citra dan Presdirnya Suasana menjadi hening. Hanya suara mesin lift yang terdengar, angin dari acc semilir berhembus memasuki lift di antara Citra dan Chiko saat pintu tertutup. "ehemm" Vivi mulai membuka obrolan "Pak Chiko rumah nya dimana? "Emang kenapa mau mampir ?" "Eh iya.. Ehh enggak pak saya nanya aja. Semoga betah ya pak disini" " HM" jawab Chicko cuek lalu segera pergi. Sedangkan Citra yang mendengarkan nya hanya diam melihat jam tangan karna dia sudah mulai lelah dan mengantuk. "Temenin gue sebentar dong, please Cit" pinta Vivi dengan memelas. Ternyata pacar tersayang nya sedang berada di Bar karena ada reuni teman SMP nya di kota kami, karna tak ingin Rocky digoda oleh wanita lain Vivi pun ingin menemani nya namun ia tidak berani sendiri. Ia pun memberikan sogokan ke Citra "Gue traktir di Dago deh" "no no no lagi ga pengen makan korea koreaan" " atau mau ke Bleu alley ?" " udah tadi" " yaudah deh mau kemana ? Disitu pasti banyak cowok juga yuk ah temenin siapa tau nanti ada jodoh lu disitu" "Besok anter gue makan sushi aja deh, gak usah kenalin gue ke cowok cowok lagi apalagi cowok yang ada di Bar dan satu lagi, gue gakmau lama lama disitu" "oke siap bos. Lu emang temen terbaik gue walaupun harus ada sogokan nya dulu sih" seru Vivi sambil mengampit tangan Citra menuju mobil. . . . . Dentuman suara musik dan lampu yang berkelap-kelip mengalun di Bar BLUE DRAGONS . Di sebuah meja ada empat orang laki-laki dewasa duduk disitu, diatas meja sudah ada beberapa gelas dan alkohol. "Sini sini woy bro" ucap seorang laki laki berambut pirang sambil berteriak dan melambai- lambaikan tangan nya. " Dia udah kesini turunin tangan lu" ucap seorang laki-laki sambil menghisap rokoknya. Seorang yang baru saja datang lalu langsung duduk tanpa berbicara ia duduk dengan muka datar tanpa senyuman. "Sorry bro gue malah ngundang lu disini. Gue tau lu capek habis lembur, maklum gue udah lama gak ketemu kalian" Ucap laki-laki berlesung pipit. " Heh ky ngapain minta maaf Chiko itu hidup nya cuma di apart dan di tempat kerja. Justru harusnya dia berterimakasih karna lu udah ajakin dia seneng-seneng disini" Pria berambut pirang berbicara sambil menuangkan wine di gelas yang kosong lalu memberikan nya pada Chiko. "Gue nanti nyetir Rey" tolak Chiko sambil menggelangkan kepala nya, ia lebih memilih menghisap rokok. " Yaudah sini buat gue aja, anjing gue kaget banget lu ternyata pindah ke kantor gue. Pantes kak Tito kemarin bilang nitip anak ternyata nitip elu toh, ya Tuhan jadi sekretaris temen sendiri " Galih menimpali sambil merebut gelas dari tangan Rey. " Memang tuan muda kita ya" komentar laki-laki berambut merah. " Haha yang tuan muda itu justru elu bram gakusah kerja duit tinggal minta" Rey tertawa menimpali, Bram yang di juluki tuan muda hanya tersenyum jenaka dan menganggukan kepala mengikuti irama musik lalu berdiri dan ikut menari di lantai dansa siap mencari mangsa. "woy lah malah ditinggal gue ikutan deh, come on let's dance together" Rey pun mengikuti Bram namun Chiko , Galih dan Rocky hanya melihat saja lebih memilih mengobrol. " sorry ya bro cewek gue maksa mau kesini nih. Maklum pacar baru jadi masih agak protective" ucap Rocky "paling seminggu lagi putus, ya gak co?" Galih menimpali "Gak man gue gak bakal main-main lagi kali ini gue bakal nikahin dia. Dia type gue banget gue gak mau lepasin dia" ucap Rocky sambil memperhatikan pintu masuk. " Nah itu dia" Rocky pun tersenyum bahagia sambil tangan nya melambai-lambai lalu menyuruh pacarnya ke meja nya. "Maaf ya sayang lama tadi lembur, Presdir aku yang baru nyebelin banget masa aku nanya gak dijawab pokonya ih apasih Cit ini baru cerita sama pacar gue.." "itu.." Citra pen yang sedari tadi menoel-noel Vivi langsung menunjuk Chiko dengan dagu nya. Vivi pun langsung diam seribu bahasa. Orang yang di bicarakan pun langsung melihat mereka dengan tajam. "hehe maaf pak" setelah menceritakan masalah Vivi segera minta maaf, iya juga melebih-lebihkan bahwa Presdirnya walau pun menyebalkan tapi asli nya baik. Citra hanya tertawa dalam hati 'rasain'. "Oh jadi ini teman kamu Citra yang kamu ceritain" Rocky dan teman-teman nya mengajak Citra berkenalan. Setelah berkenalan lalu mereka berbincang terkecuali Chiko yang sedari tadi hanya setia mendengarkan. Rey dan Bram yang sudah kembali ke meja pun segera berkenalan dengan dua gadis itu. Bram yang notabede adalah Playboy tak ingin menyianyiakan kesempat untuk berkenalan dengan gadis secantik Citra. Ia mulai melancarkan jurus-jurus gombalan nya pada Citra walaupun di cuekin tentu nya. " Eh Cit gue minta nomer lu dong" " Tapi cuma punya satu , gimana dong ?" " Ih bisa aja sih si cantik, bagi dong contact lu nanti biar bisa jalan lagi berdua aja tapi. Gimana mau gak?" "Aduh tapi batrei gue habis nih gak hapal nomernya" Citra memakai alasan. "Yaudah gue minta dari Vivi aja deh. Sini vi" " Waduh Hp gue juga habis nih liat aja" ucap jujur Vivi tadi ketika sudah dijalan ternyata handphone nya mati karna kehabisan batrei. " yaudah next time gue bakal ngehubungin elu gimana pun caranya" ujar Bram lagi sambil mengedipkan mata ke Citra. Citra pun hanya tertawa terpaksa, hal itu tak luput dari penglihatan Chiko. Dan Chiko pun tersenyum tipis melihat tingkah Citra.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN