BERTENGKAR DENGAN PERENSPRIA

2049 Kata
BAB 3 Vivi POV Citra adalah perpaduan yang aneh antara sebuah sifat egois, kekanak-kanakan dan sifat pengertian yang terkadang ia sangat dewasa. Aku merasa sangat cocok dan seimbang akan kehadirannya. Di satu sisi aku lah yang sering jadi pihak yang 'meluruskan dan mengkoreksi' tingkah aneh nan gila Citra namun begitu pula sebaliknya. Disisi lain aku selalu bisa menunjukan kerapuhanku pada sahabat ku itu yang bahkan pada orangtuaku pun tidak pernah aku tunjukkan. Tiap kali mengingat fakta itu membuat hatiku sedikit lega bahwa aku berteman dengan makluk seperti nya. Citra seperti bagian yang melengkapiku yang aku yakin tidak bisa di isi oleh sosok teman-teman ku yang lain. Seperti pagi ini Citra yang datang dengan wajah jutek nya, mungkin mood nya sedang tidak baik hari ini ? "Lu ngasih nomer gue ke cowok buaya itu ya ?" ucap nya sewot. "Siapa pun itu bukan gue serius, gue gak tau apa apa" ucapku sambil mengangkat kedua tanganku tanda bukan aku pelakunya. "siapa lagi yang suka jomblangin gue kecuali elu, jujur aja lu. Pusing banget gue di chatin dia mulu, mana ngajak makan ngajak belanja yang gilanya lagi dia ngajak main ke hotel. Udah ga waras tu orang emang" Citra mulai berbicara dengan menghentak-hentakan kaki nya. "Yauda nih gue chat Rokcy, wihh langsung di bales. Emang sih cintaku ini. Tuh katanya dia dapet dari orang kantor dia yang kenal lu, bukan gue kan" bela ku sambil memperlihat kan chat ku dengan Rocky. Muka nya mulai melunak lalu duduk di kursinya. Tiba-tiba Tobi Pria yang selalu mengejar-ngejar Citra datang dengan membawa kopi dan Cheseecake, tau juga dia kesukaan Citra. Ia meletakkan secangkir kopi yang masih mengepul itu pelan-pelan ke atas meja Citra dan tersenyum malu. "Nih buat kamu Cit, semangat ya" ujar nya pelan lalu pergi sambil sesekali menengok ke arah kami, tepat nya ke arah Citra. Orang- orang yang melihat drama mereka bersiul-siul ria, ada juga yang menggoda terang-terangan. "Ciee Citra" berbanding terbalik dengan Citra yang hanya tersenyum canggung ke arah Tobi dan berterimakasih, lalu berpura-pura sibuk dengan hpnya setelah di goda oleh rekan- rekan kantor kami. "cie dapet kopi dari ayang beb, tapi dia tu kenapa selalu gak nyapa gue ya ?Emang gue patung apa! Emang ya kalau jatuh cinta serasa milik berdua" " Berdua ? Dia doang kali ! tapi kan dia kaya lu juga! Semalem suap-suapan gak tau tempat! Mana gak liat gue kaya cacing kepanasan diampit dua cowok aneh yang satunya diem kayak tembok mana dia bos kita yang satunya lagi kayak kucing di kasih ikan asin. Gabisa diem!" "Yaaaaa maaf namanya juga pacar baru jadi lagi anget-anget nya, eh btw itu mau lu makan gak ? Buat gue aja deh gue laper" " Yaudah nih buat lu aja gue udah sarapan lagi" Katanya 'krukkkkk' namun perutnya berkata lain. "Gue bisa makan yang lain" lanjutya sambil meringis. Tuhkan dia orang nya memang pengertian. Di Ruangan Presdir "Kak Jim, gue tadi kan udah bilang untuk tunggu di luar kan?" Ucapan Chiko terpotong ketika seseorang membuka pintu ruangan nya dengan tidak sopan. Seseorang itu adalah Nico, Sepertinya dia habis berlari. Terlihat dari keringat dan nafasnya yang tidak beraturan. Nico langsung membalikkan badan dengan cengiran khasnya, ia membawa beberapa kue serta bentou di tangan nya. "Sorry" ucap Nico. Chiko hanya menggeleng pelan sudah lama ia kenal dengan dua orang ini.Selain karna mereka teman kakak nya waktu SMA, Jimmy adalah wakil presdir di perusahaan ini sedangkan Nico adalah pacar nya ia mempunyai Toko kue yang tahun lalu sangat berkembang pesat sehingga sangat terkenal di penjuru kota, bahkan orang-orang rela antri untuk membeli kue di sana. Awal nya ia kaget kenapa Jimmy yang hidup nya bergemilang harta ternyata seorang gay dan tak kalah kaget lagi ternyata pasangan nya adalah teman nya sendiri Nico. " Jadi ada apa ?" tanya Chiko sambil melihat berkas-berkas mana yang akan dia tanda tangani. "Kami biasanya makan disini sama Tito juga, nih buat lu" jawab Jimmy sembari membuka bungkusan demi bungkusan. "Gue gak suka makanan manis, gue juga udah makan siang" jawab Chiko sambil mengangkat gelas kopi nya. "itu sangat gak sehat ko" Nico menimpali sambil melempar satu croissant ke arah Chiko "itu rasa kopi sedikit pahit dan manis, resep ku yang terbaru" "thanks, kak" jawab Chiko kemudian, terpaksa dia makan karna tak enak jika tak ia makan 'enak, sedikit pahit' batin nya kemudian ia melanjutkan kembali menandatangani berkas yang menumpuk. Satu fakta yang Nico ketahui tentang Chiko, ia sering sekali telat makan bahkan hampir tidak pernah. Meski perutnya berteriak meminta makan, namun jika andai kata ia belum merasa lapar, maka ia tidak akan makan. Atau saat sewaktu-waktu, terkadang malah ia hanya akan menghabiskan harinya dengan mengisi perutnya dengan sebuah sandwich. Namun herannya biarpun begitu badan nya tetap saja bagus. Sungguh beruntung "Abaikan saja kami Ko" Chiko mengangguk, mengabaikan Jimmy dan Nico dan terus membaca berkas yang menumpuk di depan nya. . . Jimmy menatap horror kearah Nico, yang ditatap mulai mengalihkan pandangannya dari handphonenya pura-pura membuka bungkusan kue. "Bisa kah kamu meletakan benda itu sebentar sayang ? Kita lagi makan" Jimmy menyindir Nico yang masih saja melirik handphone nya. "Aku bisa gak ketemu Citra sebentar ?" " Kalau sama aku boleh" "Aku takut kalian baku hantam" "Tergantung Citra bisa jaga sikap tidak" "Hmmm baik lah aku chat dia sekarang, tapi aku bilang jika cuma sendiri di ruangan presdir" 10 menit kemudian, pintu pun terbuka Citra mulai masuk ke dalam ruangan dengan perlahan. Ia mendapati Chiko melihat nya dengan tatapan kaget namun kembali menormal kan muka nya ketika Citra melihat nya juga, Nico yang tersenyum dan Jimmy yang melihat nya sinis. Citra POV Tak henti-hentinya Aku menghela nafas. Berharap dengan begitu akan mengurangi kebosanan ku. Entah sudah berapa jam aku duduk dikursi panas ini tangan ku mulai pegal dan mata ku mulai mengantuk. Aku menggerakan sedikit badan ku kekanan dan kekiri. Aku sedikit melirik jam di layar komputer sudah jam '11.50' tinggal sepuluh menit lagi jam makan siang. Handphone ku bergetar lagi, aku melirik malas. Ke arah handphone ku di layar terlihat nama 'Nico' mengirim chat. 'Jangan marah please T-T' 50 panggilan tak terjawab oleh Nico ' Jangan cuma di read' "Rasain itu lah balasan dari orang yang tidak setia kawan" Gumam ku sambil bersungut-sungut. 'Gue lagi diruangan presdir sendiri. Lu kesini deh kita bicarain lagi, gue bakal bujuk pacar gue tapi lu kesini dulu' 'lah ngapain dia disitu ? Sendiri pula. Tapi gue kesitu aja deh gapapa mungkin ada kabar baik. Asikkk akhirnya gue punya anak' Batinku tersenyum senang begitu pula bibirku mulai tersenyum. "Na na na na na" aku bersenandung senang. "Seneng amat mau makan enak ya ? Vivi bertanya kepada ku, ia heran melihat ku senang. "ada deh, entar lu makan sendiri ya. Gue mau pergi sebentar nemuin Nico" "gak gue temenin nih?" "gak usah takut nya lama" Jam 12.00 pun Aku segera naik ke atas, ke ruangan presdir berada. "Tumben lift nya sepi, kaya nya pada rapat. Pantes Nico nunggu di situ. Nah ini dia lantai nya" " Lah sekretaris nya juga ga ada didepan kaya nya bener-bener pada rapat deh" Aku pun masuk tanpa mengetuk karna didalam aku tau hanya ada Nico teman ku, Namun betapa terkejutnya aku melihat Chiko presdirku sedang duduk sambil memegang pena ia melihat ke arah ku dengan wajah yang sama kagetnya namun segera ia ubah ketika aku melihat nya, beralih ke kiri aku melihat Nico ia tampak menyengir tanpa dosa dan terakhir dengan muka jutek nya Jimmy melihat ku dari atas sampai bawah 'apa yang lu lihat dasar ulat bulu' batin ku menjerit marah. Setelah agak sadar aku segera akan pergi dari sini jika Nico dengan sengaja menarik tangan ku lalu dengan sengaja mengapit lengan ku dan mengajakku duduk di sebelah Jimmy. "jangan ada perang dunia oke ? Tenang- tenang sayang kamu jangan jutek begitu muka nya, Cit cit tenang- tenang muka lu serem banget tau senyum dikit ya hehe" Nico mulai menenangkan ku. Normal POV Aura panas permusuhan jelas terasa antara Jimmy dan Citra, sedangkan Nico tengah sangat berusaha mendingin kan suasana itu. Chiko yang melihatnya sedikit tertarik ia mulai memperhatikan pertikaian itu walaupun ia tak tahu menahu kenapa mereka bisa saling kenal dan ada permasalahan apa sehingga Citra yang ia kenal sebagai sahabat dari pacar teman nya sampai keruangan nya. dokumen yang didepan nya sedikit demi sedikit ia sisihkan. Ia mulai melipat tangan nya kedepan d**a, mata nya memincing tajam , bibir nya tersenyum tipis telinga nya terbuka agar terus mendengar percakapan mereka. "Denger ya cit pacar gue minta lu kesini bukan karna dia setuju permintaan lu" Jimmy memulai pembicaraan. "Sayang kata nya mau dipikirin" Nico berbisik pelan. "Gak jadi sayang liat aja muka nya dia, ga niat dia minta tolong nya" "berisik benget sih lu. Dasar ulat bulu!" Citra membalasan perkataan Jimmy, "lagian gue minta tolong sahabat gue NICO SAPUTERA bukan elu!. "Tapi NICO SAPUTERA itu PACAR GUE! Calon TUNANGAN GUE! Jadi gue berhak juga atas segala pertimbangan dia" Ucap Jimmy kini sedikit berbohong. "Heh! Mana ada tunangan dalam mimpi lu! Hidup- hidup Nico jadi terserah dia. Semua keputusan mutlak ada di tangan dia inget ya lu ULAT BULU" Citra mulai berteriak. Chiko yang duduk agak jauh mulai kaget ia tak menyangka Citra akan berani berteriak kepada Jimmy, walaupun mungkin Citra mengenal Nico atau Jimmy dengan dekat. Disini Jimmy adalah atasan nya. "SIAPA YANG LU SEBUT ULAT BULU! DASAR ORANG GAK WARAS !" Jimmy kini juga mulai berteriak. "LEBIH GAK WARAS LU! LU GAK SADAR APA!" balas Citra sengit. "HEH YANG GAK SADAR ITU ELU! LU DAN SEMUA IDE GILA LU BIKIN GUE BERTENGKAR SAMA PACAR GUE!" Jimmy kini mulai mendekat ke arah Citra. Jimmy yang mendekat ke arah Citra segera di tarik oleh Nico takut terjadi hal yang tidak di inginkan, namun Citra yang tidak di halangi oleh siapapun segera maju ke arah Jimmy lalu menjambak rambutnya, biarpun ia laki-laki rambutnya memang sedikit panjang maka dari itu rambutnya mudah di jambak. Jimmy yang kaget rambutnya di jambak pun segera mendorong badan besar Nico dengan kencang dan menyebabkan Nico jatuh mengenai meja . "ADUHH JANGAN JAMBAK GUE! MINGGIR SAYANG!" "Rasain nih" Citra yang tadi nya menjambak pelan kini menjambak semakin keras karna Jimmy mencengkeram tangan nya. "Awwwwwww" Jimmy berteriak kesakitan, ia mulai mengeratkan cengkeraman tangan nya. Tangan kanan nya meraih-raih rambut Citra namun tak segera mengenai rambutnya. Citra berasa di atas angin, amarah nya mulai mereda karna membuat Jimmy tak bisa membalas nya. Nico yang tadinya jatuh mulai berdiri walau pinggang nya sedikit nyeri terkena pinggiran meja, ia mencoba melepaskan tangan Citra dari rambut Jimmy. Tangan Citra mulai melonggar membuat Jimmy dapat bergerak bebas, kedudukan kini berbalik Rambut Citra yang di kucir kini ditarik oleh Jimmy. "AWAWW DASAR GILA!!!!" Citra menjerit jerit karna tak hanya kepala nya tangan nya mulai perih karna terkena kuku Jimmy. "yang gila itu elu, awaw sakit jangan cakar gue" Jimmy menguatkan jambakan nya. Citra mulai mencakar asal Nico pun terkena cakaran Itu. Chiko yang melihat itu sedikit khawatir, ia sedikit tidak tega dengan Citra karna ia bertengkar dengan laki-laki. Walaupun Jimmy lemah gemulai ia tetap laki-laki begitu pula tenaga nya. "Kak lu pegang Jimmy gue pegang Citra" Chiko mulai memang tangan Citra, sedangkan Nico memeluk Jimmy sekuat tenaga. Akhirnya mereka terpisah. " Dasar gila!!" Citra menjerit " Elu yang gila! Gak waras ! dasar pemburu s****a !" ucap Jimmy dengan lantang. Nico kaget, Chiko kaget, Citra tak kalah kaget. Sedangkan Jimmy yang keceplosan kini mulai menyesali kata-kata nya, ia memang marah tapi ia tak pantas memberberkan rahasia dari Citra. Mulai hening. Citra yang telah sadar lalu mulai bergerak, tangan Chiko pun terlepas. Ia merasa malu karna di hadapan boss nya rahasia nya terbuka, mungkin setelah ini ia dianggap sebagai perempuan yang buka s**********n sana- sini. Ia melihat ke arah Jimmy dengan marah, lalu mulai menghampiri Jimmy. Ia mendorong Nico sangat kencang, hingga membuat Nico jatuh untuk kedua kalinya kini ke lantai yang keras. "DASAR ULAT BULU BUSUK EMBER!!!!!" tangan nya mengepal lalu mulai meninju pipi Jimmy. Semua begitu cepat tubuh Jimmy kini terkapar di lantai. Hidung nya mulai mengeluarkan darah, mimisan. Dengan langkah kasar ia mulai keluar ke pintu ia sedikit melirik ke atasan nya Chiko lalu menggumam kan kata 'maaf' dengan pelan. Ia keluar ruangan dengan dongkol, muka nya memerah karna malu. Sedangkan didalam ruangan, Nico panik karna melihat pacar nya mimisan. Jimmy mulai sadar jika mimisan dan ikut panik, sedangkan Chiko hanya memikirkan kata-kata dari Jimmy 'pemburu s****a ?'
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN