MENGAGUMIMU

2604 Kata
Gedung pernikahan ini sebenarnya cukup dingin, tapi mungkin karena Nashby masih setia menggenggam tanganku, hawa disekitarku jadi sedikit panas. Jantungku yang terasa berdegup kencang, belum lagi pipiku yang memanas. Sepertinya aku merasa telingaku juga tidak kalah panas. Untuk meredam kegugupanku, aku mengamati sekitarku. Aku yakin ini bukan pesta biasa melihat para tamu yang hadir sepertinya bukan orang biasa. Jika tidak salah lihat aku melihat beberapa artis dan pejabat negara yang juga berbaur di dalam ruangan ini. Saat aku mengantri untuk bersalaman, aku mengamati sepasang orang tua yang mungkin seumuran Mama dan Papa. Dandanannya terlihat mewah dan parlente. Melihat mereka aku harusnya berterima kasih kepada Nashby, berkat dia aku jadi tidak terlihat memalukan untuk menemaninya ke acara ini. Coba saja aku pulang terlebih dahulu, aku tak yakin akan menemukan setelan baju yang pas. Mataku terus menyusuri ruangan itu sampai akhirnya aku begitu dekat dengan pelaminan dan menyadari bahwa ini pesta anak konglomerat Indonesia yang juga berprofesi sebagai artis, Tasya Sutedja. Aku sampai menelan kasar air liurku lalu termangu sejenak. Aku mimpi ya? Kok bisa aku kesini? Aku juga tidak membawa kado pula. Ya Tuhaaaannn.. cantik sekali. Beneran deh, mimpi apa aku semalam sampai bisa hadir di pernikahan termewah tahun ini. Mungkin karena sangat bahagianya aku, sampai aku tidak sadar bahwa aku sudah naik ke pelaminan. Hingga sebuah suara mengagetkanku. “Nash, udah besar nih. Udah gak dateng sama Mama dan Papa lagi. Sama siapa?” ucap Ibu dari mempelai putri, yang jelas terkenal seantero Indonesia, Tiara Sutedja. “Ini bawa gandengan Mi. Udah disambung nanti ngobrolnya. Habis ini kita masih ada acara kolega,” ucap Ayah mempelai putri sambil menunjukku dengan dagunya karena tangannya sedang bersalaman denganku. “Ck, itukan acara bisnis. Eh, bukan sekretaris kamu kan?” “Mamiii.. Ayo. Nanti aja. Masih banyak tamunya,” peringat pria paruh baya yang masih terlihat kegagahannya. “Iya.. iya.. yaudah nikmatin acaranya ya, Nash.” “Iya Tante, sekali lagi selamat.” Nashby mencium pipi kanan dan kiri dan kemudian berganti aku yang maju untuk mengucapkan selamat. Aaaarghh.. Mimpi apa aku bisa salam pipi dengan orang terkenal di Indonesia ini. “Kamu cantik sekali, nak. Nikmati acaranya ya,” ucap Tiara Sutedja dengan ramah yang kujawab dengan anggukan dan senyuman lebar. Kami akhirnya berlalu ke arah pengantin. “NASH!” teriak pengantin perempuan sambil memeluk erat Nashby. “Gue kira lo gak dateng. Gara-gara omongan sialan anak-anak.” “Tasyaaa..” koor mempelai pria dan Nashby secara bersamaan. “Ih, gue ngomong bener lho. Eh, by the way makasih ya udah dateng. Keith…” Tasya tidak melanjutkan perkataannya dan menoleh ke arahku. Aku yakin karena cengkraman tangan suaminya di pundak perempuan itu. “Hai, Frans,” ucap mempelai laki-laki itu yang sudah mengulurkan tangannya. Aku sadar tanganku masih digenggam oleh Nashby. Aku jadi bingung mau melepaskannya gimana. Nash yang maha tidak peka’ ini ikut bingung dengan ekspresiku. “Nash, buru lepasin gandengan tangan lo. Tamu gue masih banyak. Posesif banget sih,” ucap Tasya. “Eh, iyaa..” Nashby lalu melepaskan genggaman tangannya dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Astaga Nash!” cibir Tasya. “Alshamira..” ucapku sambil bersalaman dengan Frans. “Alshamira, selamat ya Kak Tasya semoga langgeng sampai maut memisahkan,” ucapku beralih menjabat tangan Tasya dengan senyuman yang lebar. Hatiku sudah berteriak senang sekali karena salah satu artis favorit dan panutan per make-up an ku ada di depan mataku. Aku cukup kaget dia membalas uluran tanganku dan langsung memelukku erat. Pribadinya memang hangat sesuai yang diperlihatkan di publik. Tidak salah kalau banyak orang yang kagum dengannya. “Aamiin.. Makasih yaa..” ucapnya sambil melepaskan pelukannya lalu beralih tersenyum manis ke arahku. Wajahnya tidak ada bedanya antara yang keluar di media dengan aslinya. Bahkan auranya makin terpancar malam ini. aku sepertinya gak mau mandi dan cuci muka. Aku habis bertemu idolaku dari jarak sedekat ini. “Enjoy pestanya,” ucap Tasya sambil mengusap pundakku. Akupun membalasnya dengan senyuman lebar dan kembali tersadar ketika Nashby menggenggam tanganku dan mengangguk ke arahku seolah memberikan kode, ‘ayo jalan’. aku pun mengangguk ke arah Nashby dan kami melanjutkan untuk bersalaman dengan orang tua mempelai pria, lalu turun dari pelaminan. Nashby yang masih setia menggandeng ku berusaha memecah lautan manusia yang berada di depannya dan berjalan ke satu arah yang entah kemana karena disini sangat ramai sampai aku tidak bisa melihat jalan yang ada dihadapanku. Beberapa kali Nashby berhenti dan mengobrol dengan kenalannya dan mengenalkanku pada mereka tanpa menyebutkan status kami. Udara yang tadinya kurasa panas, kini berubah jadi agak dingin dan membuatku ingin buang air kecil. Mau ke toilet tapi tidak tahu disebelah mana. Apalagi tanganku terasa seperti di borgol oleh Nashby karena tidak lepas dari genggaman laki-laki ini dari tadi. Saat Nashby tidak sedang mengobrol, aku mendekatkan bibirku ke telinganya untuk berbisik. “Pak..” “Ck! Naash!” ucap Nashby dengan reflek menoleh ke arahku dan tidak sengaja jarak wajah kami sangat dekat. Kami jadi terdiam sesaat. Namun, semuanya harus ditepis karena rasanya aku sudah ingin sekali buang air. “Mas..” aku tak bisa memanggil namanya saja tanpa embel-embel apapun. Bagaimanapun juga, dia lebih tua daripada aku. “Kenapa?” “Kebelet pipis..” Nashby menghela nafas berat. Lalu menarik tanganku untuk menjauh dari kerumunan. Setelah berhasil membelah kerumunan itu, kami sampai juga di toilet. Aku segera berjalan terburu agar cepat sampai ke dalam bilik toilet. Aku sudah tidak tahan. Sesudah buang air aku sempatkan untuk mengamati penampilanku dahulu. Untung aku cantik, jadi tidak terlalu membuat malu Nashby untuk diajak ke kondangan. Ku pikir ini adalah acara dimana aku diajak mencari client. Tapi anak baru gede juga paham, ini si Nashby gak ada gandengannya makanya ajak aku berkedok untuk pekerjaan. Hm.. bisa aja jomblo! Aneh juga sih kenapa tampan begitu malah jomblo. Sifatnya memang kaku dan workaholic. Itu aja sih minusnya. Tapi selain itu, aku rasa dia tipe laki-laki ‘tsundere’. Tau kan tsundere? Itu kalo di komik jepang orangnya tuh dingin, tapi sebenarnya hangat didalam. Macam kue cubit, kalo digigit lumer dimulut. Apa sih? Aku memutuskan untuk keluar dari toilet sebelum akhirnya kembali masuk saat mendengar Nashby sedang bercakap-cakap dengan seorang wanita. “Nash! Gue bisa jelasin semuanya!” “Semuanya udah gak perlu lagi Keith. Semua ini udah cukup buat gue. Gue udah lelah banget, Keith.” “Gue janji gak akan minum lagi, gue akan ninggalin mereka semua. Asal lo balik, Nash! Balik sama gue.” “Jadi, kalo gue gak balik sama lo. Lo bakalan tetep sama pergaulan lo yang sekarang? Hah?” “Oke, gue tinggalin semuanya.. gue..” “Ini semua demi diri lo sendiri, Keith! Bukan gue! Yang rugi elo, bukan gue. Lo paham gak sih sampai sini? Hah?” Wow, jadi ini Nashby dengan si Katty? Ada hubungan apa mereka. Aku hanya mendengarkan mereka dengan posisi tubuhku yang berada di depan pintu dengan sesekali mengintip. Aku baru ini melihat Nashby marah-marah dengan kata-kata panjang. Biasanya dia kan berwibawa banget kalau di kantor. Mana pernah ngomel. Pasti cuma diliatin aja dan kami semua sudah mati kutu dibuatnya karena tatapannya seolah bisa membunuh kami seperti serial drama Korea itu. “Nash, Please! Apa baiknya dia daripada gue?! Siapa sih dia?! Gue gak pernah tau dia?” “Oh.. wait – wait Keith. Ini soal rasa Keith! Bukan siapa, anak siapa. Gue gak nyari itu dan lo tau.. Emang ada norma tertentu yang nyuruh gue harus milih yang kayak apa?! Gak kan?” “Lo pikir rasa aja cukup? Dia bisa emangnya masuk ke dalam lingkaran kehidupan kita? Lo tau kehidupan kita sama dia itu beda Nash! Gak cukup cinta!” “Makanya lo jangan terlalu mikir pake logika lo, Keith. Lo pikir lo lebih baik gitu? Apa sih yang ada di pikiran lo, Keith? Duit? Hah? Status sosial? Iya? Apa Keith?!” “Nash..” “Mas..” ucapku bersamaan dengan Katty yang sudah akan berbicara lagi dengan Nashby. Aku gemas sekali. Gak kuat aja dengarnya. Daripada makin emosi, sepertinya aku harus membawa Nashby pergi dari sini. “Sudah?” ucapnya menoleh ke arahku dengan wajah yang lelah tapi senyuman teduh yang menghiasi bibirnya. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan dan senyuman. Aku mendekat ke arah Nashby dan laki-laki itu sudah siap dengan tangan kirinya yang akan merengkuhku. Benar saja sesampainya aku disampingnya, dia segera meletakkan tangannya di bahuku dan mengusap pelan bahuku. Katty hanya mendengkus kasar dan mengalihkan pandangannya. Setelah berdecak kesal, Katty melangkahkan kakinya menjauh tanpa mengatakan apapun pada kami. Saat ia sudah agak jauh, wajahku yang penuh dengan senyuman seketika berubah menjadi masam dan perasaan dongkol yang menumpuk. Gak salah sih dia ngomong aku gak bisa masuk dalam lingkaran pertemanan Nashby atau masuk dalam kehidupan Nashby, tapi gak perlu di perjelas juga. Lagipula laki-laki macam Nashby memangnya mau melirik ku? Sungguh, aku tidak menyangka kelakuan Katty sangat berbeda antara di belakang dan didepan kamera. Mendengarnya bicara saja sudah sangat mengesalkan. “Kamu denger semuanya?” ucap Nashby sambil menghela nafas kasar. Ia mengusap pundakku pelan. Aku hanya mengangguk dengan raut muka yang kuyakin sudah tidak enak dipandang. “Maaf ya..” “Kenapa Bapak minta maaf?” “Huufftt.. Nash! Ada orang, gak ada orang kamu panggil saya Nash.” Aku hanya terdiam mendengarkan permintaannya. Kelakuannya membuatku agak sedikit senang, tapi karena kata-kata Katty yang mengatakan bahwa aku dan Nashby berbeda. Aku jadi kesal dengan semua kelakuan Nashby malam ini. Aku merasa diberi harapan palsu oleh laki-laki ini! Sial! “Jangan cemberut. Ayo kita makan,” ucapnya sambil mendorongku dengan tangannya yang masih merengkuh pundakku. Mau tidak mau aku jadi harus mengikuti langkah kakinya. Sesampainya di depan makanan yang dihidangkan, aku harus mengambilkan apa saja yang dia mau karena tangan Nashby masih belum mau terlepas dari pundakku. Walaupun sudah ku gerakkan pundakku, nyatanya tangan Nashby masih bertengger manis disana tidak terganggu apapun. Beruntungnya Nashby masuk jajaran tamu VVIP sehingga kami tidak perlu berjubel dan suasananya sedikit privat, kami juga tidak perlu terburu-buru utuk mengambil makanan. Setelah kami sudah mengambil makanan yang kami inginkan, Nashby mengarahkanku untuk mendekati sebuah meja yang memang sudah agak penuh dengan orang-orang yang duduk, dan hanya tersisa satu kursi disana. Setelah mendekat barulah aku sadar bahwa itu teman-teman Nashby yang biasa ku jumpai di konten-konten Vlog yang dibuat oleh teman Nashby. “Eeeyy.. Naaasssh!!” Sapa seorang lelaki yang kutahu namanya Adam. Nash segera menurunkan tangannya dari pundakku dan tersenyum sumringah untuk menghampiri teman-temannya. Ia bersalaman dan memeluk teman-temannya satu-persatu. Aku sengaja memelankan langkah kakiku agar tidak mengganggu pertemuannya dengan teman-temannya. Sejujurnya aku sekarang sedang terpesona dengan Nash yang lebih terlihat ceria daripada saat dia berada di kantor. Walaupun tidak terlalu ekspresif, tapi senyumannya sudah mampu mematahkan statement kanebo kering yang sering ku buat. Melihatnya dengan teman-temannya aku semakin tahu bahwa sepertinya tingkat mengagumi tanpa harus memiliki itu sudah cukup bagiku. Seperti kata Katty, yang juga ada di segerombolan teman-teman Nashby saat ini, aku tidak akan pernah cukup untuk Nashby. Aku menghembuskan nafas panjang. Aku semakin dekat ke arah Nashby, tapi rupanya laki-laki itu masih belum sadar dia membawaku. Apa aku harus pisah meja saja ya? aku mulai celingukan mencari kursi kosong dan mataku tidak sengaja bertemu dengan mata Katty yang memandangku dengan tatapan meremehkan dan senyuman miring. Pengen rasanya makanan yang kubawa ini ku lempar dari sini pas di mukanya. Boleh gak sih? Kesel banget soalnya. “Sha.. Aku kenalin sama temen-temenku.” Suara Nashby membuatku mengalihkan pandanganku. Tangannya kembali bertengger di pundakku dengan senyuman sumringah yang terpancar dari wajahnya. Aku hanya mengangguk sambil menatap manik matanya dalam. Sungguh, aku sudah terpesona dengan laki-laki dihadapanku ini. “Ciiiieeee.. Aku kamu..” Sorak semua teman-temannya yang ada disana. Beberapa yang lain mengejek dengan bersiul ada juga yang tertawa renyah entah untuk apa. Aku jadi tersipu malu ke arah teman-teman Nashby. “Duduk sini deh, biar gue ambil kursi baru,” ucap seorang laki-laki dengan muka oriental yang sudah bersiap berdiri mencari kursi tambahan. Nashby menaruh makanannya dan membantuku untuk menaruh makanan di tanganku. “Pantesan, dari kemarin gue tanyain nih, ‘lo dateng sama siapa Nash?’. Dia jawab udah belagu banget gayanya. Ada, gak kosong pokoknya gue. Anjir.. ternyataaaa…” kata seorang temannya yang kutahu namanya Raven. “Ntar aja ceritanya, kenalan dulu!” ucap Adam terdengar bersemangat. “Kenalin ini Alshamira. Alsha, ini temen-temenku.” Begitulah perkenalan Nashby yang jelas bikin seluruh teman-temannya bersorak. “Anjim! Gue juga bisa, njim! Kalo cuma ini, Alsha! Kampret!” ucap Tony, teman Nashby yang lain. Aku hanya tersenyum menanggapi semua obrolan mereka setelahnya. Mereka masih saling ejek satu sama lain, hingga mereka sadar aku dan Nashby belum duduk dan salah satu diantara mereka berceletuk, “Duduk kali ngobrolnya, biar enak.” Aku memegang ujung kemejanya saat Nashby akan duduk. Mungkin itu cukup mengejutkannya hingga ia reflek menoleh dengan cepat. “Kenapa?” “Mas, mau minum apa? Aku mau ambil minum?” tanya Nashby. “Orange jus aja. Makasih,” ucapnya dengan senyuman yang manis sekali bagiku. Aku hanya mengangguk dan segera berlalu. Baru beberapa langkah aku berjalan, aku mendengar celetukan dari mereka. “Cieee.. Maaass.. duh, kok gue jadi ikutan deg-degan sih.” Ku dengar suara wanita yang entah siapa dari meja Nashby. Kata-kata itu sukses membuat teman-teman Nashby jadi riuh ikut menggoda Nashby. Aku tidak tahu apa yang terjadi setelahnya karena setelah mengambil minum dan kembali ke mejaku, mereka masih bercanda dan saling ejek tapi bukan topik tentang aku dan Nashby. Beberapa kali aku ikut mengobrol dengan mereka soal topik-topik yang aku tahu. Menurutku mereka cukup seru juga. Padahal aku pikir, dengan perlakuan Katty sebelumnya sepertinya akan sulit untukku bisa masuk pada lingkar pertemanan mereka. Tapi ternyata tidak juga, banyak topik pembicaraan yang untungnya banyak aku tahu apalagi soal bisnis dan pemasaran. Nashby tidak sepenuhnya salah mengajakku untuk mengenalkan produk baru yang akan kami launching. Kenyataannya memang aku beberapa kali masuk untuk menjelaskan produk jasa baru milik kami yang siap untuk dipasarkan. Mereka bahkan merekomendasikan pasar-pasar siapa saja yang bisa kami masuki untuk produk baru dari perusahaan kami. Tidak terasa kami sudah mengobrol sampai berjam-jam hingga pesta berakhir di jam 11 malam. “Rasanya gue gak pengen pulang. Seru banget. Lo nemu dimana sih cewek kayak Alsha? Gila di ajak ngomong apa aja nyambung! Teknologi, liburan, marketing, semuanya deh,” celetuk Tony yang ku balas dengan senyuman. “Pinter kan gue?” ucap Nashby sambil kembali merengkuh pundakku ‘lagi’. “Iya.. iya.. iya.. Selera lo sama emang sama Hans. Paket komplit, gak bisa kalau ala carte.” ujar Adam. “Anjim lo pikir makanan! Mulut lo, dam!” kata Tony. “Udah-udah, gue balik dulu deh,” ucap Nashby. “Yaahh.. Kok balik? Lo gak ikutan?” tanya Revan yang aku tak tahu maksudnya apa. “Nggak deh. Kasihan Alsha.” “Gak nyusul?” tanya Tony. “Gak deh, ntarlah. Kapan-kapan.” “Yaaaa…” koor mereka beramai-ramai. “Yaudah deh, ati-ati ya kalian,” ucap Tony sambil bersalaman dengan Nashby lalu lanjut bersalaman denganku. Kami semua akhirnya saling berpamitan dan memisahkan diri setelahnya. Nashby kembali menggenggam telapak tanganku dan kami pun berlalu menuju ke depan gedung. “Makasih ya untuk hari ini, Sha.” “Sama-sama, Mas. Aku juga makasih ya, sudah diajak ketemu temen-temen Mas yang super kece. Ini pengalaman yang menyenangkan banget buat aku. Aku seneng banget bisa kesini, apalagi aku nge-fans banget sama Mbak Tasya.” “Kamu nge-fans sama Tasya?” tanya Nashby dengan raut muka tak percaya. Aku hanya mengangguk dan disahuti dengan decakan yang entah berarti apa. Aaahh.. bahkan aku juga mengagumimu, Nash.. gak hanya Tasya. Begitulah kira-kira bunyi kata-kata yang hanya sanggup aku ucapkan dalam hatiku. Hal-hal yang sudah terjadi hari ini membuatku semakin kagum dengan sosok Nashby. Ya.. kagum. Hanya kagum, kok. Semoga saja. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN