Ketegangan antara Adelia dan Hillary semakin kentara saat secara tidak sengaja mereka bertemu di lorong istana. Hillary akan menuju kamar Margareth dan Randall bersama Adelia baru saja dari ruang kerja King Juan. Adelia menatap Hillary dari atas sampai bawah dengan pandangan yang menurut Hillary sangat merendahkan.
Wanita ini hanya wanita biasa, apa sih yang dilihat Randall darinya? Pikir Adelia dalam hati.
Dia pikir karena dia seorang putri lalu dia merasa lebih cantik dariku? Apanya? Lihat saja bokongnya yang tipis itu… tidak menarik sama sekali. Apa yang dilihat Randall dari wanita itu dibandingkan aku coba? Batin Hillary juga memikirkan hal yang kurang lebih sama.
Randall memanggil seorang pengawal untuk menghampirinya dan memerintahkan pria itu untuk mengantarkan Putri Adelia kepada supir pribadinya yang ada di luar istana. Pengawal tersebut mengangguk, tapi tidak demikian dengan Putri Adelia. Wanita itu menatap Randall dengan ekspresi kesal dan tidak terima. “Maksudmu kau lebih memilih wanita desa ini daripada mengantarku keluar Prince Randall?” protesnya sambil melirik ke arah Hillary.
“Aku akan bicara denganmu besok Adelia,” ujar Randall sambil tersenyum tipis.
“Sebenarnya kalian ini ada hubungan apa?!” tanya Adelia.
Alih-alih menjawab pertanyaan Putri Adelia, Randall malah memandang ke arah Hillary yang terkesan menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut Randall. Kalau jawaban Randall sesuai dengan harapanku, sekali lagi aku akan memperjuangkannya, tapi jika sebaliknya, bisa kupastikan aku tidak mau menemuinya lagi, janji Hillary dalam hatinya.
Namun, pria itu menggeleng, “Tidak ada hubungan apa pun, Hillary sudah seperti adik juga bagiku,” katanya. Dan Hillary bersumpah dalam hati melihat senyum kepuasan di bibir Adelia.
Hillary membuang pandangannya jauh ke arah lain. “Sebaiknya kau antarkan saja Putri manja itu Randall… aku yakin dia tidak bisa bangun sendiri jika terjatuh nanti,” ujar Hillary sambil melirik sini ke arah Putri Adelia.
Mata Adelia membesar, “Apa kamu bilang?” Dia memalingkan wajahnya kepada Randall, “kamu dengar wanita ini bilang apa?”
“Sudahlah Adelia… pergilah.” Randall memberi kode kepada pengawal untuk membawa Putri Adelia pergi.
Bersamaan dengan itu Hillary juga memutar tubuhnya untuk kembali ke kamarnya. Randall mengikutinya dan membiarkan Putri Adelia dengan kekesalannya. “Hills… tunggu!”
Hillary malah semakin mempercepat langkahnya untuk menghindar dari Randall. Sampai akhirnya dia harus terpaksa berhenti karena pria itu menarik tangannya dan membuat tubuhnya berputar menghadap ke arahnya. “Randall, apa-apaan sih?!” responnya kesal.
“Aku ingin bicara denganmu,” kata Randall.
“Terakhir kita bicara kau ingin menciumku kalau kau ingat! Dan aku tidak mau itu terjadi lagi.”
“Aku minta maaf soal itu…,” katanya.
“Kita seharusnya memang tidak bertemu lagi Randall. Aku tidak tahu harus berbuat apa kalau di dekatmu,” ucap Hillary.
“Kau hanya hanya harus mengikuti kata hatimu sih,” jawab Randall.
Hillary menghela napasnya panjang. Semakin lama berada di depan pria penuh daya tarik ini, dia akan semakin kehilangan akalnya. Jadi dia memutuskan untuk menjauh selama hal itu masih bisa dilakukan. Gadis itu semakin sadar jika Randall adalah tipe pria yang tidak hanya cukup dengan satu wanita saja. Putri Adelia adalah bukti jelas yang sudah dihadirkan di depan mata. Dia tidak boleh besar kepala saat Randall tadi memutuskan untuk lebih memilih bicara dengannya daripada Putri Adelia. Besok, pria itu pasti akan mengutarakan hal yang sama pada wanita manja itu.
“Kata hatiku mengatakan aku harus menjauhi pria sepertimu, Randall.”
“Oya?” Randall berjalan mendekati Hillary dengan satu langkah saja. “Kau yakin?”
“Jangan mendekat.” Hillary melangkah mundur beberapa senti meter ke belakang demi menghindari aroma memabukkan yang menguar dari tubuh Randall. “Kau tidak seharusnya mempermainkan perasaanku Randall.”
Randall mendengus pelan sambil menghela napasnya, tapi dia tidak maju selangkah lagi pun. “Jika itu yang kau inginkan Princess Hillary, maka aku akan mengabulkannya.”
“Terima kasih,” jawab Hillary sambil melangkah menjauh dari sepupu kakak iparnya itu.
“Tapi kau boleh kembali padaku kapan saja kau inginkan Hills!” teriaknya ketika melihat Hillary mempercepat langkahnya bahkan hampir setengah berlari.
Hillary mendumal dalam hati. Besar kepala dan percaya diri sekali pria itu! Dia pikir aku tidak ada pria lain yang bisa kuajak kencan!
***
Ruby tidak membuang waktunya untuk meminta bantuan Juan agar segera mengembalikan keluarganya ke Bumi secepatnya. Tanpa bertanya alasannya secara detail Juan berjanji akan mengabulkan permintaan istrinya itu.
“Kau pasti sudah tahu permintaannya kan?”
Juan mengangguk. “Gerald sedang mencari barang itu. Kupastikan Porsche itu sudah ada di mansion sebelum hari wisuda Hillary,” katanya.
“Huh? Juan. Kenapa kau terlalu memanjakan Hillary sih?”
“Dia kan adikmu, dan itu artinya dia adalah adikku juga,” jawab Juan enteng. “Aku pun akan membelikan apa pun yang kau inginkan, Sayang,” katanya sambil memeluk Ruby.
Ruby harus mendongak ketika harus berdekatan seperti itu dengan suaminya, “Tapi, bukankah harga mobil itu terlalu mahal, Juan? Hillary harusnya berusaha lebih keras dulu untuk memiliki barang mewah seperti itu,” katanya.
Juan mengeratkan pelukannya sambil menggoyangkan tubuhnya, “Anggap saja ini adalah takdir yang menguntungkan untuk Hillary, My Queen. Dia tidak perlu seperti orang lain yang harus bersusah payah dulu untuk mendapatkan sesuatu. Semua takdir manusia itu sudah digariskan, Sayang. Kita hanya harus mengikutinya saja,” beber Juan.
“Kau memang paling bisa bermain kata-kata, My King,” timpal Ruby.
“Ruby, apa anak-anak kita baik-baik saja?”
“Tentu saja mereka baik-baik saja, Juan. Memangnya kenapa?”
“Aku cemas karena kau banyak memikirkan hal lain….”
Kedua tangan Ruby berpindah ke bagian perutnya, “Anak kembarmu aman di dalam sini, My King.”
“Kau pikirkan saja mereka, mulai sekarang,” ujar Juan lebih seperti sebuah perintah untuk Ruby.
Ruby mengangguk pelan sambil kembali memeluk suaminya dengan manja. “Besok pagi, kau harus mengirim mereka kembali ke Bumi, Juan.”
“Itu bukan hal yang sulit My Queen.”
***
Margareth baru saja akan membuka mulutnya untuk protes karena Ruby menyampaikan bahwa mereka harus segera kembali lagi ke Bumi, tapi hal itu urung dilakukannya ketika melihat Juan. Wanita itu hanya bertanya, “Kenapa secepat itu?”
“Karena memang tidak ada yang bisa dilakukan lagi di sini, Ma. Lagipula Mama dan Papa juga Hillary kan harus mempersiapkan hari wisuda Hillary yang tinggal beberapa hari lagi, ya kan?”
“Ya tapi kita ini kan belum membantu apa-apa di sini. Mama sudah capek pingsan lho untuk sampai di sini, masak iya sudah harus pulang lagi? Setidaknya ajak Mama Papa berkeliling Cxarvbunza….” Ronny yang akhirnya mengajukan protes keras pada anaknya.
Ruby menghela napasnya panjang. Keluargaku merepotkan bukan? Dumalnya lewat telepati kepada Juan.
Menurutku mereka ada benarnya. Aku akan menyuruh seseorang untuk mengantarkan keluargamu jalan-jalan. Kurasa banyak tempat yang belum mereka kunjungi di Cxarvbunza ini, Sayang.
Kepala Ruby menoleh ke arah Juan, dia cukup terkejut dengan usul suaminya itu. Kamu serius?
Dan Juan pun mengangguk. Kau juga bisa ikut bersama mereka, kurasa itu baik untuk kehamilanmu. Ya kan? Odiv akan ikut bersamamu.
Ruby menarik napas panjang lalu melihat ke arah Ronny, “Memangnya Papa mau ke mana?”
“Pantai mungkin? Kami belum pernah ke pantai di Cxarvbunza, bukan begitu Ma?”
“Huh? Iya pantai Carbuza pasti sangat indah ya Pa. Ayolah By… setelah jalan-jalan kami akan pulang. Mama sebagai cucu dari putri bangsawan di sini rasanya berhak merasakan keindahahan tanah kelahiran leluhur Mama….” Margareth memberikan alasan yang Ruby sendiri tidak bisa menyanggahnya. Aneh rasanya mengetahui kalau keluarganya masih ada turunan bangsawan dari Negeri Cxarvbunza ini.
“Ya sudah, kita pergi sekarang dan kembali ke Bumi setelahnya. Setuju?”
“Memang kenapa harus terburu-buru sih By?” tanya Margareth penasaran.
Tidak mungkin aku ungkapkan alasannya kan Juan? Aku hanya tidak ingin Hillary berdekatan atau bertemu dengan sepupumu itu.
“Setelah perbaikan istana selesai dengan sempurna dan setelah wisuda Hillary, maka aku sendiri yang akan menjemput kalian lagi ke sini…,” ujar Juan yang akhirnya membuat kedua orang tua Ruby itu tersenyum puas.
Hillary, yang baru saja bergabung bersama mereka dan menerima berita akan pergi jalan-jalan sebelum kembali ke Bumi—tentu saja sangat bersuka cita. Gadis itu memang sebenarnya tidak ingin kembali ke tanah kelahirannya terburu-buru. Hanya saja dia memang harus melakukan itu jika tidak ingin membuat hatinya kecewa karena melihat Randall dan wanita lain yang dibawanya. Malam tadi dia membawa Putri Adelia, siapa yang tahu pria itu akan membawa wanita yang mana lagi untuk makan malam nanti. “Yeay! Aku juga ingin ke pantai!” serunya gembira. “Dan kita juga harus mencoba datangi pusat perbelanjaan terbaik di Negeri Cxarvbunza ini, ya kan Kak?”
***
Tepat sebelum matahari terbenam, Ruby dan keluarganya sudah kembali lagi di Istana Cxarvbunza. Tangan Hillary menjinjing banyak kantong belanja. Dia seperti belum pernah datang ke mall saja dan hampir membeli semua yang dlihatnya. Kali ini Ruby membiarkan adiknya itu membelanjakan uang sakunya untuk keperluannya tersebut.
Setelah mengemas barang-barangnya dan berkumpul di kamar Margareth dan Ronny, dan setelah Hillary membuat Ruby dan Juan berjanji untuk hadir dalam acara wisudanya, maka Juan dalam sekali jentikan jari sudah memindahkan keluarga Ruby kembali ke mansion Juan di Bumi.
Ruby menghela napas lega dan mengucapkan terima kasih kepada suaminya itu. Juan mendatangkan Reynold—sepupunya yang dokter untuk memeriksa Ruby dan calon anak kembarnya dan memastikan semua dalam kondisi yang diinginkan. Reynold memastikan bahwa kondisi Ratu Cxarvbunza dan calon bayinya itu sangat baik-baik saja, tidak ada satu pun yang harus dicemaskan. Wajah janin yang terbentuk sudah dilengkapi mata, hidung dan mulut. Tulang dan otot juga sudah terbentuk. Kuku pada jari-jarinya yang mungil sudah mulai terlihat. Alat kelaminnya juga mulai terbentuk walau belum sempurna.
“Mereka pasti laki-laki, kan?” tanya Juan berharap.
“Masih terlalu dini untuk memastikan hal itu, tapi menurutku kemungkinan besar iya. Mereka berjenis kelamin sama denganmu, Juan.”
Reynold berpamitan dan mengucapkan terima kasih pada Ruby karena sudah merawat ibunya—Lady Arnetha selama di Bumi.
“Aku tidak berbuat banyak Reyn. Lady Arnetha adalah wanita yang tangguh dan kuat, menurutku,” ujar Ruby.
“Terima kasih Queen Ruby,” balasnya formal.
***
Tiga hari berlalu, Istana Cxarvbunza sudah kembali berdiri megah seolah tidak pernah rusak sedikitpun. Aktivitas dan suasana kerajaan berjalan seperti sebelumnya. Ruby bangkit dari tempat tidurnya dan tidak menemukan Juan di kamar mereka.
Juan? Dia memanggil suaminya melalui telepati.
Selamat siang My Queen. Aku tidak tega membangunkanmu. Aku harus pergi mengurus sesuatu. Kau istirahat saja hari ini, oke?
Huh? Kau bukan mengunjungi istri keduamu kan? Ledek Ruby. Dan Juan diam saja, tidak membalasnya. Pria itu tidak suka jika Ruby bercanda seperti itu dengannya. Maaf Juan, aku bercanda.
Dan Juan masih tidak menyahut. Ruby harus beberapa kali memanggil pria itu dan meminta maaf atas ucapannya barusan.
Aku akan menghukummu nanti My Queen, katanya setelah Ruby hampir putus asa karena meminta maaf.
Ruby tersenyum geli membayangkan hukuman yang akan dia terima nanti. Dia berjalan ke arah balkon dengan gaun tidurnya yang panjang. Tangannya mendorong pintu balkon dan angin dingin berhembus menerpa wajah dan rambutnya yang panjang. Matanya terpaku pada seekor kupu-kupu cantik yang indah yang hinggap di ujung pagar balkonnya. Dayangnya pernah menceritakan tentang kupu-kupu tersebut. Sapho Longwings, kupu-kupu yang memiliki cotak biru laut dengan hiasan putih di tengah pinggiran sayapnya. Sungguh sangat menawan, sehingga membuat Ruby berjalan semakin ke pinggir balkon demi meraih kupu-kupu tersebut. Dia hampir saja berhasil memegang kupu-kupu tersebut kalau saja gaunnya tidak terinjak kakinya sendiri dan membuat tubuhnya tergelincir deras menuju ke luar balkon dan terjun bebas ke lantai bawah. Padahal tinggi balkon tersebut kurang lebih sejauh 100 meter dari pondasi menara.
Para dayang yang baru saja masuk ke kamar ratunya tersebut tercengang dan terserang kepanikan luar biasa melihat Ratu Cxarvbunza melayang bebas ke lantai bawah tanpa mereka bisa berbuat sesuatu apa pun.