bc

Wedding Bussiness END

book_age18+
2.2K
IKUTI
14.3K
BACA
billionaire
revenge
possessive
contract marriage
arrogant
drama
sweet
mxb
city
office/work place
like
intro-logo
Uraian

Karena wasiat sang ayah Erica terpaksa menikah dengan Al William Herriot. Tujuan diadakannya pernikahan mereka adalah demi menyelamatkan perusahaan keluarga Erica.

Erica berusaha untuk melepaskan diri dari Al namun, sayangnya, pria itu seakan tidak ingin melepaskan Erica meskipun Cassandra--kekasih Al sering mengancam Erica agar berpisah dari Al.

chap-preview
Pratinjau gratis
BAB 1
Erica melempar buket bunga pengantinnya di lantai. Sekarang dia sah menyandang status sebagai Nyonya Herriot. Istri dari Al William Herriot. Anak ketiga keluarga Herriot. Pria keturunan Inggris dari ayahnya.             Suatu pagi, Erica menemukan ayahnya tergeletak di lantai dengan wajah biru. Ibunya menjerit ketakutan dan adiknya yang lemah pingsan. Seseorang yang mengaku sebagai lawyer sang ayah memberikan surat wasiat dimana di sana tertulis kalau Erica harus menikah dengan Al William Herriot karena perjanjian antara ayahnya dan ayah Al.             Dan sekarang di sinilah Erica berada di dalam kamar Al. Masih mengenakan gaun pengantinnya. Menunggu kedatangan Al dan membicarakan bahwa tak seharusnya dia dan Al berada di dalam kamar pengantin. Dan meminta Al untuk berpisah setelah beberapa bulan pernikahan. Ya, itu rencana Erica tapi apakah Al setuju pada rencananya?             Pintu terbuka.                                       Erica menoleh pada pria berwajah tampan itu.             Dia melempar jas ke atas ranjangnya. Membuka beberapa kancing kemejanya.             Erica hanya menatap Al tanpa berkomentar. Untuk beberapa saat dia mencoba untuk menenangkan diri sebelum membicarakan rencananya pada suaminya itu.             “Apa kamu akan terus menggunakan gaun pengantin itu?” tanya Al dengan dingin.             Pertanyaan itu entah bagaimana membuat tubuh Erica seketika menegang. Tatapan mata Al yang memiliki sorot tajam membuat Erica seakan tak bisa berkutik.             “Kita perlu bicara?” katanya memberanikan diri.             “Apalagi yang harus dibicarakan? Orang tua kita menginginkan kita menikah, memiliki anak dan hidup bahagia. Kita hanya perlu berpura-pura saling mencintai di depan mereka. Ayahku sedang sakit, Erica. Aku tidak ingin membuatnya bertambah sakit dengan mengikuti keinginanmu.” Al tahu kalau Erica memang ingin berpisah. Dia ingin menikah hanya karena demi surat wasiat sang ayah.             Al menatap wajah Erica yang menunduk sendu.             “Dengar, kalau kita menikah perusahaan ayahmu tentu saja akan menjadi satu perusahaan dengan perusahaan ayahku itu artinya, perusahaan ayahmu tidak akan bangkrut, Erica. Kamu tahu berapa banyak orang yang akan kehilangan pekerjaannya kalau sampai perusahaan ayahmu bangkrut?”             Hening.                                                                               “Aku akan mandi.” Kata Erica. “Apa kamu ada dua handuk? Aku lupa tidak membawa pakaian apa-apa ke sini.”             “Aku akan menelpon adikmu dan menyuruhnya membawa pakaianmu ke sini. Aku akan mandi lebih dulu.”             Saat menunggu Al mandi, ponsel Erica berdering. Sebuah pesan bernada ancaman dari seorang wanita.             Aku akan membuatmu ketakutan selama menjadi istri Al, Erica.             Erica menelan salivanya. Erica tahu siapa wanita yang mengiriminya pesan. Dia adalah Cassandra—seorang desainer muda yang tak lain adalah kekasih Al. Wanita itu pernah mendatanginya saat pernikahannya dengan Al dua bulan lagi. Cassandra meminta Erica untuk menjauhi Al dan membatalkan pernikahan mereka.             “Aku sangat mencintai, Al.” Ujarnya.                            “Ini wasiat ayahku dan aku tidak bisa menolaknya.”             “Ayahmu sudah meninggal, kamu tidak perlu menuruti wasiatnya.”             “Karena ayahku sudah meninggal aku harus melaksanakan wasiatnya!” Erica tampak marah pada wanita muda yang seumuran dengan adiknya itu.             “Kamu—“ Cassandra menatap Erica tajam.             “Kalau Al yang membatalkannya pernikahan ini bisa batal. Tapi, kalau kamu memintaku untuk membatalkan pernikahannya, aku tidak bisa. Mintalah pada Al.”             “Dia tidak bisa membatalkan pernikahannya. Ayahnya sedang sekarat.”             “Kalau dia memprioritaskanmu dia pasti akan memilihmu dan membatalkan pernikahan ini.”             “Dia memprioritaskan aku! Tapi, pada saat ini ayahnya sedang sekarat dan ayahnya ingin melihat Al menikah.”             “Kamu bisa menawarkan diri pada ayah Al untuk menggantikanku.”             Dan lalu, Erica pergi meninggalkan Cassandra.                                 “Kak!” suara Susan terdengar dari balik pintu. Erica membuka pintu dan melihat Susan membawa satu koper pakaiannya.             “Semua pakaian sudah aku masukkan ke koper, sisanya untukku saja ya, Kak?” mahasiswi berusia 20 tahun itu mengedipkan sebelah matanya pada kakaknya.             “Tidak boleh! Awas kalau kamu memakainya.” Ancam Erica.             “Astaga, pelit sekali! Ngomong-ngomong, selamat malam pertama ya!” Susan cekikikan.             Erica menatap adiknya dengan jijik.             Malam pertama apa?!             Dia menutup pintu dengan keras hingga Susan terlonjak.             Saat Erica berbalik dia melihat Al dengan handuk yang melilit bagian pinggang sampai lututnya. Erica membuang wajah. Dia tidak seharusnya melihat pria itu hanya dengan mengenakan handuk saja.             “Cepat mandi.” Perintahnya.             Erica tidak menyahut apa-apa. Dia mengambil pakaiannya dan langsung meluncur ke kamar mandi sebelum Al mengenakan pakaiannya.             Selesai mandi dan mengenakan piyamanya, Erica melihat Al masih dengan handuk yang melilit bagian bawahnya.             Al menoleh pada Erica.             “Kamu tidak memakai pakaianmu?” tanya Erica gugup.             “Untuk apa?” bukannya menjawab Al malah balik bertanya sembari mendekati Erica. Saat dia berdiri tepat di depan Erica, Al kembali meluncurkan pertanyaannya. “Seharusnya, aku yang bertanya kenapa kamu mengenakan piyama di saat malam pertama kita? Aku lebih suka melihatmu tanpa sehelai benang pun.” ***             Mungkin Al berpikir kalau hanya dengan mengenakan handuk dia bisa membuat Erica mau menghabiskan malam yang memang seharusnya menjadi milik mereka berdua. Karena, ya, Al menyadari potensi dirinya yang bisa membuat wanita luluh seketika hanya dari melihat dirinya yang bertelanjang d**a. Tapi, Erica bukanlah seperti wanita yang Al pikirkan. Pria itu salah. Erica bahkan berani menamparnya saat Al mengatakan hal yang paling kurang ajar yang pernah Erica dengar dari seorang pria.             “Seharusnya, aku yang bertanya kenapa kamu mengenakan piyama di saat malam pertama kita? Aku lebih suka melihatmu tanpa sehelai benang pun.”             Erica menampar tanpa perlu mencerna lebih lama maksud dari kalimat yang diluncurkan Al, apalagi menimbang-nimbang kalimat itu. Menjijikan! Memangnya, dia pikir aku wanita macam apa? Di sisi lain Al mungkin tidak bersalah karena dia mengatakannya dari sudut pandangnya sebagai seorang suami.             Al mengelus pipinya dengan cara seorang pria dewasa tanpa menggunakan emosinya atas apa yang dilakukan Erica padanya. “Kamu berani sekali menamparku seperti itu.” dia menatap Erica tajam lalu sebelah sudut bibirnya tertartik ke atas. “Aku suka itu.” dia menyeringai nakal pada Erica.             Jantung Erica berdegup kencang. Berpikir keras apa yang harus dilakukannya. Tidak mungkin dia lari di saat malam pertama pasangan pengantin baru yang dinantikan. Atau meminta tolong pada keluarga Al. Itu hal tersinting yang pernah ada di otak Erica.             “Dengar, Al, kita menikah karena ayah kita. Mereka berbisnis dengan cara menikahkan kita. Dan kita tidak perlu melakukan hal yang seharusnya kita lakukan sebagai pasangan suami-istri.”             Pria itu menyeringai sinis. “Tapi mereka menginginkan agar kita juga saling mencintai kan?”             “Terserah, pakailah pakaianmu sekarang.”             “Kenapa?”             “Aku tidak nyaman kamu mendekatiku tanpa mengenakan pakaian seperti itu.”             Al kembali tersenyum sinis. “Aku tidak mau mengenakan apa-apa malam ini, Erica. Ini malam pertama kita.”             “Al, berhentilah memintaku seperti aku ini istrimu yang sesungguhnya. Aku ini bukan—“ Erica terdiam seketika saat menyadari bahwa Al dan dia sudah menikah.             “Bukan apa? Kamu istriku.”             “Aku mohon padamu, jangan menggangguku.” Erica meninggalkan pria itu keluar dari kamarnya, tapi Al mencegahnya.             “Mau kemana kamu?” tanyanya tajam.             “Keluar. Aku butuh udara.”                                                 “Jangan membuat orang-orang rumah curiga.” Katanya yang lebih mirip seperti perintah.             “Maksudmu, aku harus tetap di dalam kamar dengan perasaan was-was—“             “Diam, Erica!” Al berkata dengan nada tinggi.             Tok... tok... tok...                                        Kedua pasang mata itu menatap ke arah pintu secara bersamaan.             “Jangan membuat masalah.” Bisiknya pada Erica. “Berbaringlah di ranjang sekarang.”             Erica hanya menatap suaminya. Dia tidak mungkin menolak perintah Al saat seseorang mengetuk pintu kamarnya. Erica hanya bisa mengulum keprotesannya.             Al membuka pintu.             Nick. Pria berlesung pipi itu tersenyum pada sang adik.             “Halo, Kak. Aku mendengar suaramu meninggi. Ada apa ya?”             “Bukan urusanmu.”             “Aku hanya merasa ada yang salah dari pernikahanmu.”             “Jangan banyak bicara. Urusi saja urusanmu!” kata Al penuh amarah karena merasa Nick akan membuat banyak masalah setelah tahu istri dari kakaknya adalah Erica Marry Anna.             “Apa yang kamu lakukan di kamar adikmu, Nick?” tanya ibu mereka yang datang menghampiri kedua putranya itu.             Mamah menatap putranya yang bertelanjang d**a yang hanya mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya. Lalu tatapannya beralih ke Nick. “Adikmu sedang bersenang-senang, kenapa kamu malah ada di sini?” tanyanya pada putra keduanya yang enggan berkomitmen itu.             Nick tahu kalau Erica dan Al bermasalah. Dia mendengar samar suara Al dengan nada tinggi pada Erica. Nick menatap ibunya sembari tersenyum hangat. “Erica tadi berisik sekali. Jadi, kurasa mereka seharusnya bisa mengecilkan volume suaranya.” Lalu Nick segera melesat pergi.             Al bernapas lega setelah Nick tidak mengatakan hal yang membuatnya mendapat masalah karena ibunya pasti akan mengoceh setiap saat kalau tahu apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Erica.             Dalam keluarganya, Al adalah putra kesayangan sang ibu. Wanita paruh bayah yang sangat suka mengenakan gaun vintage itu tersenyum pada sang putra. “Cepat beri ibumu cucu, Sayang.” Katanya sembari membelai sebelah pipi Al. “Tutup dan kunci pintunya.” Katanya sebelum meninggalkan Al seakan Al anak polos yang tidak mengerti apa-apa.             Al melihat Erica yang menutupi tubuhnya sampai wajahnya dengan selimut. Dia tersenyum sinis pada wanita itu.             “Oke, malam ini kamu bisa lolos. Kita lihat malam-malam berikutnya, Erica.” ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook