Usai di Sini

2273 Kata
Bila kau merasa tak ada lagi kebahagiaan, maka cara yang bisa kau lakukan adalah melepaskan. Bertahan tak selamanya adalah jalan terbaik yang bisa kau pilih. Jenny contohnya, ia pernah mencoba semua itu. Berpura-pura buta dan menulikan telinga, namun hatinya tak bisa ikut mati juga. Ia tersakiti dan dirinya merasa heran mengapa ibunya mampu bertahan begitu lama dengan pria yang mengkhianati cinta. Jenny bukan ibunya dan tak ‘kan pernah bisa seperti wanita itu yang membuatnya tumbuh dalam keluarga tanpa cinta. Beberapa orang yang menikah akan merasa berat untuk bercerai dikarenakan anak, harta, ketidakmampuan untuk mandiri, dan juga mengharapkan hal mustahil. Suatu saat pasangan mereka akan berubah dan semua akan kembali seperti sedia kala. Sayang, tak semua orang yang bisa sependapat dengan Jenny yang telah mengarungi pahitnya tumbuh di dalam keluarga yang penuh keterpaksaan itu. Ia sebagai anak tak merasa bahagia karena mampu merasakan tidak adanya lagi cinta di antara kedua orang tuanya. Jenny merasa kedua orang tuanya sangat egois, membuatnya ikut terjebak dalam ketidakbahagiaan yang mereka jalani. Semua itu membuat Jenny sadar, jika tak ada yang perlu dipertahankan dari hubungan yang tak lagi memiliki cinta di dalamnya. Kau bisa banyak pasangan yang terjebak dalam hubungan toxic yang perlahan membunuh mereka dan Jenny tak ingin menjadi salah satunya. Lebih baik sendiri daripada terus terluka. Kini, Jenny telah resmi menjadi seorang janda. Status yang seharusnya tak dibanggakan oleh wanita manapun di dunia ini. Status yang kerap dipandang rendah oleh sebagian banyak oranag di dunia ini. Sayangnya, wanita yang selalu dipandang jelek karena perceraian, seakan-akan hanya wanita yang tak becus saja yang akan memutuskan bercerai. Pemikiran yang menyedihkan. Nyatanya, ada sebagian pria yang menjadi penyebab perceraian terjadi. “Kita harus setuju jika memang nggak adanya kecocokan lagi yang membuat kita sepakat bercerai,” ucap Altair sebelum mereka melakukan sidang perceraian. Lelaki itu begitu takut jika Jenny akan mengungkapkan sederetan nama selingkuhannya. Lelaki itu bahkan menambahkan sebidang tanah yang berada di Bogor sebagai bonus agar Jenny tak berulang di saat terakhir, sedang Jenny memanfaatkan pemikiran matre yang sudah terlanjur tersemat di pikiran pria itu. Tak hanya satu atau dua orang yang menjadi akibat patahnya hati dan juga semangat berjuang Jenny, namun selusin wanita. Belum terhitung wanita panggilan yang lelaki itu tiduri atas rekomendasi para rekan sesama pejabatnya. Menjijikkkan bagaimana bisa pria merasa bangga karena mampu meniduri wanita cantik yang memiliki nama di panggung hiburan. Jenny yang pernah berada di dunia hiburan tahu benar permainan seperti ini, namun tak menyangka suaminya mampu melakukan hal yang sama. Apa yang pernah diceritakan rekan sesama artisnya, kini malah memangsa pria yang seharusnya menjaganya hingga mereka menua nanti. Miris, namun hal ini jugalah yang membuat Jenny muak berada di dunia hiburan. Altair adalah kuncinya menuju jalan keluar sebelum ia terjebak akan kemewahan yang ada di dunia itu. Ia pun tak mempedulikan banyak orang yang mengatainya munafik atau jual mahal, dirinya hanya ingin menafkahi keluarganya dengan uang yang berasal dari kerja keras. Bukan menjual layanan ranjang untuk para lelaki hidung belang. “Kamu harus hati-hati dengan suamimu, Jen,” ucap mantan manager Jenny ketika mereka bertemu dan melihat Jenny yang seakan kehilangan cahaya pada wajahnya, “Kamu tahu Casandra?” wanita yang lebih tua beberapa tahun dari Jenny dengan potongan rambut bob itu menatap Jenny lekat-lekat, sedang yang ditatap hanya menggeleng. “Dia artis baru dan banyak diincar pada hidung belang. Tarifnya untuk menidurinya juga sangat tinggi karena dia memenangkan beberapa penghargaan. Kamu tahulah, Jen. Semakin terkenal di dunia hiburan, maka kita bisa pasang tariff yang tinggi.” Jenny menautkan kedua alisnya. “Lalu apa kaitannya dengan suamiku, Mbak Diah?” Jenny menatap wanita itu dengan tatapan meneliti, “Tentu saja, aku tahu benar bagaimana kelamnya dunia hiburan. Memang nggak semua, tapi sebagian besar kehidupan di sana berat dan mengerikan. Jika kau nggak hati-hati, maka kau bisa terjebak dalam dunia prostitusi ataupun obat-obatan terlarang. Oleh karena itu, aku meninggalkan semuanya walau saat itu kamu marah besar padaku. Kebetulan saja aku mendapatkan cinta yang tepat, yang membuatku mampu melihat masa depan yang cerah saat bersamanya,” Jenny mengenang masa lalu itu. Diah menggenggam tangan Jenny yang berada di meja dan menatapnya lekat, membuat Jenny tahu jika ada hal yang sangat serius yang akan wanita itu sampaikan. “Suamimu masuk daftar orang yang memesannya untuk minggu ini,” Diah menatap Jenny yang tampak terkejut itu dengan sendu dan mengeratkan genggaman tangannya. Jenny tertawa sumbang. “Kamu berbohong kan, Mbak! Nggak lucu bercandanya!” Jenny berkata dengan setengah memekik, sedang Diah tak menunjukkan ketakukan akan sikap Jenny itu, membuat Jenny sadar, jika wanita itu tak sedang bergurau dengannya. Perlahan semua potongan akan teka-teki yang disusunnya mulai terlihat jelas. Pantas aja, pria itu mulai berubah dingin, mengabaikan, dan tak betah dengan kebersamaan mereka. Pria itu hanya memanjakannya dengan uang berlimpah, hadiah-hadian mewah, dan juga tiket liburan yang tak pernah ingin Jenny lakukan. Alasan tak ingin Jenny kesepian atau merasa bersalah karena terlalu sibuk adalah alasan handalan pria itu saat memberikan semua hal mewah itu padanya. Sungguh, Jenny tak ingin menerima semua itu, jika kenyataan pahit inilah yang akan didengarnya tentang pria yang dipercayainya, pria yang begitu dicintainya sepenuh hati. “Kamu tahu sendiri kalau aku mengenal germonya dan dia sangat membencimu yang nggak pernah berhasil dia pasarkan. Oleh karena itu dia menunjukkan daftar tamu yang memesan Casandra untuk ditiduri dengan tariff yang luar biasa.” Tubuh Jenny gemetar mendengarkan kenyataan itu. Bagaimana bisa pria itu melakukan hal keji ini padanya? Saat ia selalu menanti di rumah dan belajar menjadi istri idaman, pria itu malah mencari kesenangan di luar. Menghamburkan uang yang seakan tak bisa habis. Sungguh, apa kurang dirinya? Apa ia tak mampu memuaskan pria itu di tempat tidur, hingga ia mencari yang lain dan rela membayar mahal? Ya Tuhan … bagai diiris sembilu, teramat sakit hati Jenny. “Jenny … maaf karena kita sudah lama nggak bertemu dan aku harus mengatakan semua ini padamu. Nancy, Si g***o juga punya video saat mereka sedang bercinta. Ini bukan pertama kalinya suamimu meniduri Casandra, suamimu adalah pelanggan tetapnya. Tampaknya, Casandra sangat menikmati permainan mereka dan diam-diam merekam semuanya.” “Menjijikkan,” suara Jenny bergetar hebat dan air matanya mengalir deras. “Jenny … maaf,” Diah menatap Jenny dengan iba, Jenny langsung berdiri dan pergi. Saat itulah Jenny memutuskan akan menguras sebanyak mungkin harta yang dimiliki Altair. Bukan karena dia serakah, namun merasa begitu jijik dengan pria yang ia sebut suami. Pria yang mampu membayar mahal hanya untuk memuaskan hasrat birahinya. Pria yang seakan tak pernah puas dengan apa yang ia miliki dan pria itu harus membayar mahal atas apa yang Jenny rasakan hari itu. Pria itu harus tahu, jika Jenny bukan seorang wanita bodoh walau ia hanyalah seorang wanita lulusan SMA. “Jenny .. maaf sudah lama menunggu,” cengkraman pada pundak Jenny membawa wanita itu kembali ke masa kini. Ia tersenyum saat menemukan Diah di balik punggungnya. Diah segera duduk di kursi depan Jenny dan memesan minuman. “Aku bangga melihat aktingmu di konferensi pers kemarin,” wanita itu memuji Jenny, “Apa kali ini, kamu mau bertemu karena ingin kembali ke dunia model?” Diah tampak begitu bahagia dan tak sabar menantikan niat Jenny memintanya bertemu setelah mengadakan konferensi pers dengan mantan suaminya. Semua itu baru saja terjadi kemarin. Perceraian keduanya sama hebohnya dengan pernikahan mereka. Bagaimana tidak menjadi hal yang mengejutkan bila mereka yang tak pernah tertangkap kamera bersama, tiba-tiba menikah dan merayakannya secara besar-besaran. Dalam sehari, keduanya membuat banyak orang di Indonesia mengalami patah hati, bahkan dunia internet diramaikan dengan pembicaraan ‘hari patah hati nasional’. Si cantik dan Si tampan yang tampak sangat serasi, terlihat begitu indah saat bersama bagai sebuah lukisan. Sempurna. Begitupun dengan perceraian mereka. Kehidupan setelah pernikahan yang selalu romantis dan jauh dari pemberitaan miring, membuat Altair mendapatkan gelar suami idaman. Siapa sangka, status dan juga gelar yang kau dapatkan tak bisa menjamin jika kebahagiaan yang kau jalani adalah nyata dan bisa berlangsung untuk selamanya. Percerain mereka membuat heboh dunia internet yang mulai bertanya-tanya alasan di balik keputusan mereka. Keduanya tak pernah diterpa isu miring. Tak ada perselingkuhan ataupun hal yang memungkinkan untuk bercerai. Apalagi Jenny yang dulu selalu membuat skandal, tak lagi pernah berulah sejak menikah. Tak ada berita tentang bertengkar dengan rekan sesama artis ataupun menolak mentah-mentah rekan sesama artis yang jatuh hati padanya. Jenny bersih. “Mungkin nggak untuk saat ini, Mbak. Aku mendadak muak menjadi orang terkenal,” Jenny tersenyum lirih, “Lepas dari dunia model, aku nggak bisa tenang karena menikahi seorang pejabat yang disukai banyak orang. Hidupku selalu menjadi sorotan, apalagi pria yang kunikahi tampak sempurna, sedang aku terlihat bagai model yang tak memiliki otak.” Diah mendesah gusar. “Aku yang paling mengertimu, tapi karena perceraianmu banyak agensi yang mulai mencarimu melaluiku. Mereka pikir, dulu Altair yang melarangmu berkarir dan perpisahan kalian membuat mereka melihat peluang untuk kembali menggunakanmu. Bukankah kamu butuh pekerjaan? Kamu kan nggak mungkin bisa berharap dari uang kompensasi untuk seumur hidupmu, Jen.” Jenny tahu, jika Diah adalah orang yang paling mempedulikannya. Saat masih menjadi managernya, wanita juga yang kerap memperingati Jenny untuk tak terjerumus dalam kemilaunya dunia hiburan. Wanita itu tak hanya mengurus pekerjaan Jenny, namun mampu mengetahui suasana hati Jenny, membuat Jenny begitu nyaman dengan kehadiran Diah. “Aku sudah memikirkan semua itu, makanya aku meminta bertemu denganmu. Aku membuka butik, jadi aku meminta bantuan agar kamu merekomendasikan butikku kepada para rekan artis yang sekarang kamu tangani,” Jenny tersenyu manis. “Ah, aku tahu akan ada udang di balik bakwan saat kamu memaksa bertemu,” Diah memutar mata jengan, “aku akan melakukannya untukmu, Jen. Sebenarnya, aku bahagia melihatmu hari ini. Aku pikir, kamu akan sama hancurnya seperti saat terakhir kita bertemu. Sejak itu, kamu nggak pernah lagi menghubungiku. Maaf, aku harus memberitahumu semuanya dengan cara seperti itu. Kamu pasti tahu kalau aku melakukannya karena peduli padamu.” Jenny tersenyum dan mengangguk. “Tentu saja aku tahu, Mbak. Berkatmu aku bisa terbebas dari cinta yang penuh kesemuan,” Jenny menyandarkan punggung pada sandaran kursi, “Maaf karena aku sibuk mencari cara dan bukti, membuatku nggak menghubungimu sejak saat itu. Aku nggak marah sama sekali, malah merasa sangat beruntung atas kejujuranmu.” Diah menatap sepasang netra Jenny dengan tatapan meneliti. “Kemarin, saat di konferensi pers. Kamu tampak begitu tenang, Jen. Aktingmu membuat nggak ada yang bisa menebak apa yang sebenarnya menjadi alasan kalian bercerai. Bahkan hingga saat ini, namamu ramai di dunia internet karena rasa penasaran orang-orang tentang perceraian kalian.” Jenny tersenyum tipis. Semua itu tak mudah baginya. Ia menahan diri di depan kamera agar tak menangis dan memberitahukan semua kebusukan Altair. Entah anugerah atau petaka, kemampuannya berakting sungguh mengerikan, membuat banyak orang hingga saat ini masih meyayangkan keputusan mereka berdua yang sudah menjadi pasangan paling serasi. “Apa kamu juga berpikir seperti banyak orang kalau aku bodoh karena bercerai darinya?” Diah menggeleng keras. “Tentu saja tidak, Jen. Jika aku berada di tempatmu, aku nggak mungkin sekuat dirimu dan akan langsung menjelek-jelekkan Altair. Aku akan membuat semua orang membencinya dan menjatuhkan namanya.” Jenny tersenyum tipis. “Aku akan melakukannya.” Jenny dapat melihat keterkejutan pada wajah Diah, “Awalnya, aku berencana melakukannya, namun kali ini aku ingin mempercayai Tuhan. Biarlah Tuhan yang membuka semua aibnya di saat yang tepat. Jika dia nggak menyenggolku, maka aku juga nggak akan bersikap gila dengan menjatuhkan namanya.” Diah menatap Jenny lekat-lekat. “Ternyata, cintamu untuknya begitu besar,” ada kesedihan di dalam nada suara Diah, Jenny yang ia kenal tak memiliki kesabaran seperti itu, wanita itu dengan senang hati menjatuhkan orang yang menyakikit hatinya. Ia merasa begitu kasihan pada Jenny. Gadis yang datang padanya dengan semangat bergebu-gebu dan berkata dengan percaya diri jika ia akan menjadi bintang. Diah tak mungkin menyesal bila membimbingnya dan wanita itu melakukan perkataannya, ia bersinar seperti bintang. Jenny tersenyum miris. “Aku pikir, bukan karena cinta, melainkan apa yang pernah kami bagi bersama. Ada saat di mana-mana kami pernah bahagia, meski cintaku sudah mati setelah dibunuh begitu kejam olehnya.” Jenny tersenyum menenangkan, ia tak ingin Diah mengkhawatirkannya, “Aku memiliki banyak bukti untuk menjatuhkannya dan akan kugunakan di saat yang tepat. Kamu tahu sendiri, Mbak. Jika hatiku nggak sebaik itu.” “Ya, aku paling mengenalmu,” Diah tersenyum, “Jika kamu mau kembali ke dunia model, aku akan membantumu seperti hari itu. Aku akan membuatmu kembali bersinar dan membuatnya sadar, jika mantan suamimu itu telah membuang berlian yang begitu berharga.” Jenny tersenyum tipis. “Aku pasti akan menghubungimu, Mbak. Tapi, nggak untuk saat ini, jika aku kembali sekarang, maka aku akan membuat banyak skandal buruk dan orang-orang akan mengaitkan semua yang kulakukan dengan perceraian kami,” Jenny sudah memikirkan semuanya secara matang dan tak tampil di depan umum sebagai public figure adalah keputusan yang tepat untuk dirinya yang tak mungkin bisa menahan amarah atau mengendalikan diri. Tidak di saat pikiran dan hatinya masih sekacau ini. “Suatu saat nanti, aku akan membuatnya merasa seperti itu, Mbak. Perlahan, tapi pasti, dia akan merasakan apa yang kurasakan. Aku harap, Tuhan melancarkan semua urusanku dan membuatnya mendapatkan ganjaran yang setimpal atas perbuatannya padaku,” Jenny menggertakkan gigi dan menatap ke hadapannya penuh amarah. Ia akan kembali bersinar. Pria yang telah membuangnya itu tak mungkin bisa membuat sinarnya redup. Ia akan semakin berkilau indah. Jenny tak mungkin bisa dijatuhkan begitu mudahnya. Saat ini, Jenny hanya ingin menikmati kesendirian, kebebasan, dan juga saat-saat di mana semua beban hatinya diangkat dari dirinya. Diah mengangguk dan tersenyum. “Inilah Jenny yang kukenal. Bersemangat dan penuh percaya diri. Aku seperti kembali bertemu Jenny yang berusia delapan belas tahun itu.” Keduanya saling berbagi senyum dan pembicaraan dilanjutkan dengan rencana Jenny yang meminta Diah memajukan butik yang baru saja ia buka dengan kompensasi yang diterimanya dari Altair. Semua di antara dirinya dan Altair cukup usai di sini. Jenny tak mau terluka lebih dalam lagi. Pria itu memang tak pernah mencintainya. Jenny akan mengamati pria itu dari kejauhan dan menunggu saat pria itu terjatuh. Bila masa itu tiba, Jenny akan menjadi orang pertama yang tersenyum puas dan merasa bahagia. Ya, Tuhan maha adil, bukan?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN