bc

Pusaka Sumpah Abadi

book_age18+
16
IKUTI
1K
BACA
adventure
reincarnation/transmigration
tragedy
demon
male lead
supernature earth
rebirth/reborn
supernatural
horror
war
like
intro-logo
Uraian

Sebuah sumpah memulai segalanya. Sumpah berdarah yang menjadi sumber kutukan. Neo Amarantos kembali dilahirkan dari kehidupan sebelumnya. Kembali bereinkarnasi untuk menyelesaikan takdir yang dimulai sejak berabad-abad yang lalu. Terlahir karena perjanjian dengan Iblis Terkuat yang menjadi Iblis Penjaganya, Arthur Dimitrius.

Pertumpahan darah.

Sumpah.

Benda pusaka.

Reinkarnasi.

Kutukan.

Takdir.

Peperangan yang besar akan kembali terulang, benda-benda pusaka akan kembali bergesekan. Memulai lagi pertempuran yang mengerikan. Menciptakan bayang-bayang kutukan yang terasa menakutkan.

chap-preview
Pratinjau gratis
Mata yang Menyala
  Merah. Panas. Pekak. Bunyi kekacauan memenuhi udara. Teriakan yang bersahutan menulikan telinga. Bau anyir darah yang tertumpah memenuhi udara. Api yang berjilatan memberi nuansa seakan hari masih menyala. Padahal bulan merah bersinar dengan ukuran besar di atas mereka. Senjata-senjata dengan kekuatan mistis mulai kehilangan tuan. Tuan-tuan yang berteriak sampai terdengar seperti racauan saat iblis tidak berhati menyerang beringas. Burung-burung pebangkai terbang kesenangan dan hinggap di tubuh-tubuh yang bergeletakkan tanpa nyawa. Tapi seketika udara melambungkan sunyi saat seorang laki-laki mengiris nadinya sendiri tanpa rasa takut, seakan telah kesemutan karena duka mendalam, lalu berteriak nyaring. Suaranya yang lantang merapalkan sebuah sumpah. Sumpah yang memulai segalanya. . . . Badai salju begitu kencang dan bulan dengan cahaya biru ikut menyatu bersama salju putih. Sementara di sebuah ruangan di sebuah mansion, cahaya berpendar kuning. Api lilin yang bergoyang-goyang dan bergetar menyala banyak di ruangan. Namun, perapian bahkan tidak menyala saat dia duduk di sebuah kursi di dekat sana. Wajah orang itu sangat tampan tapi berisi sendu dan mata yang tampak melayang jauh hingga kemudian pintu kamarnya diketuk dengan sangat sungkan. “Tuan, saya tidak bermaksud untuk mengganggu. Tapi gerbang diketuk oleh seseorang. Saat kami pergi memeriksa, ada anak laki-laki di sana dan hampir tidak sadarkan diri.” Salah seorang pelayan di mansion itu yang mengetuk pintu. Tapi pintu tidak dibuka dan dia hanya berbicara dari luar. “Anak manusia?” Suaranya serak dan nyaring, hampir seperti sangat jarang dipakai untuk berbicara. Namun nada suara antusias tidak dapat disembunyikan dalam suaranya. “Ya, Tuan. Saya jelas merasakan kehidupan di dalam tubuhnya. Anak itu anak manusia.” Tubuh itu membatu sebentar dan mata iris cokelatnya berkilat merah. Dia bangkit perlahan dan meraih sebuah mantel sebelum keluar dari sana. Wajahnya agak pucat meski masih sangat gesit saat memasang mantel. Berjalan secepat mungkin, ia berusaha untuk segera bertemu dengan anak itu. Tapi tiba-tiba saja berhenti dengan pembuluh darah yang menyembul di dahi dan warna mata yang berpendar antara merah dan cokelat. Memegang kepala sendiri, dia menahan raungan. Sakit ini telah menyiksanya dalam beberapa ratus tahun. Dia butuh anak itu, anak manusia itu, untuk dapat melanjutkan kehidupan yang harus dia jalani. Sampai seseorang datang dan berusaha membantunya, dengan keras kepala dia menolak dan berbicara dengan suara tertahan, “aku bisa sendiri. Aku akan menemuinya sendiri.” Setelah terlalu kepayahan karena kekeraskepalaannya sendiri, dia mencapai sebuah ruangan di ujung lorong. Ruangan yang merupakan ruangan paling dekat dengan aula, paling dekat dengan gerbang kayu besar dan merupakan ruangan yang juga paling terang. Satu-satunya ruangan yang menggunakan perapian di mansion itu. “Anak itu di dalam, Tuan.” Pintu kayu dibuka dari dalam, seakan sudah mengetahui kalau tuan mereka telah berada di depan. Lalu pelayan itu memutuskan untuk menunggu di luar saat melihat tubuh besar itu masuk. Sepatu tembus air yang basah kuyub adalah sesuatu yang pertama kali menyambutnya. Dia berjalan lebih jauh dan melihat tubuh seorang manusia dibalut beberapa lembar selimut tebal. Ketika seseorang itu menggerakkan sedikit tubuhnya, dia dapat melihat rambut agak panjang yang basah. Dia jelas melihat kalau seseorang itu bukan anak-anak. Tapi dia memang adalah seorang manusia, kehidupan menguar dari dalam dirinya. “Aku Arthur Dimitrius, siapa namamu?” Ketika laki-laki bertubuh besar yang memasuki ruangan itu berbicara, laki-laki yang sedang kedinginan itu jelas terkejut. Dia tersentak, tapi tidak bangun dari posisinya duduk. “Aku …” Suaranya serak, jadi dia berdeham sebentar. “Aku Neo Amarantos.” Singkat sekali, tapi Arthur dapat mendengarnya dengan jelas. Lalu dapat ingat dengan jelas juga tubuh yang tadi tersentak, jadi dia menggumam agar manusia itu tahu kalau dia masih di sana. Nama itu jelas asing, tapi eksistensinya terasa tidak asing. Arthur melangkah perlahan saat merasakan sesuatu yang lain mulai muncul di hatinya. Ia belum melakukan apapun, tapi hatinya telah bereaksi. Apakah itu pertanda kalau hari itu telah tiba? Neo terlihat seperti sangat kelelahan hingga hampir tertidur beberapa kali dan Arthur bisa mengintip baju tipis dari dalam selimut. Jadi, dia mengulum bibir dan dalam hati mulai merasa kalau manusia itu jelas akan mati kedinginan kapan saja jika tidak menemui mansionnya. Mansion yang dengan mengerikan berada di dataran kosong yang luas dan sepi. “Apa yang kamu lakukan di sini?” Pertanyaan baru itu kembali mengejutkan. Seorang laki-laki dengan tubuh besar tiba-tiba telah merendahkan tubuh sampai setara dengan tubuhnya. Wajahnya luar biasa tampan dengan mata cokelat dan rambut pirang, tapi auranya terlalu berbahaya. “Mencari sebuah peruntungan. Orang tuaku meninggal dan orang desa mengatakan kalau seseorang yang tinggal di mansion seorang diri senang mencari anak muda yang berusia kurang dari 25 tahun.” Neo menjawab takut-takut. Dia tidak bisa melihat keramahan di mata yang bersinar itu saat melirik dan segera mengalihkan pandangan. Kesombongan dan haus darah terpancar jelas dengan cara yang sangat anggun. Tidak berhenti, Arthur tidak berhenti menatap dan itu membuat kepanikan di dalam diri Neo muncul. Lalu entah dorongan dari mana, dia merasakan sebuah hawa panas membelai dagunya. Hawa itu tidak memiliki tulang tapi memaksa kepalanya naik. Jadi dengan enggan dia menatap laki-laki yang masih merendahkan tubuh dan mata mereka bertemu tatap, dalam hati merasa menyesal karena pergi ke tempat ini. Tapi Neo tidak tahu kalau saat mata mereka bertemu, Arthur dapat melihat kilasan ingatan ribuan tahun yang lalu. Mata itu adalah mata yang ia cari. Mata biru laut yang berisi kekuatan sejati. “Akhirnya ….” Gumaman itu hanya mereka berdua yang dapat mendengar. Lalu Neo dikejutkan dengan tubuh yang tiba-tiba hampir jatuh berlutut. Mata kecokelatan memerah dan kening memunculkan urat biru yang menonjol. Arthur memejamkan mata dan berusaha berdiri dengan lutut yang gemetar. Sikap tubuh ini selalu muncul saat bertemu dengan mata itu. Terlebih bau darah manusia yang membuat sakit kepalanya kambuh. Manusia pilihan, manusia yang selalu dia cari di sepanjang kehidupan. Napas dihembuskan dengan garang dan sebuah erangan tertahan muncul di belakang tenggorokan. Tubuh besar itu menegak dengan paksaan dan terlihat kepayahan. Perlakuan itu membuat Neo merasa mengekerut tapi juga penasaran. Setelahnya suara terengah muncul dan mata yang dibuka kembali menunjukkan warna aslinya. Neo mengalihkan pandangan saat laki-laki itu menatapnya dan berbicara serak, “kamu bisa tidur di kamar ini, Nak. Besok, setelah lebih baik, kamu bisa menemuiku sendiriran.” Kemudian tubuh itu menjauh dengan rasa pahit yang terasa hadir di ujung lidah. Dia tidak seharusnya memanggil manusia itu dengan cara itu. Tapi bagaimanapun, Neo belum ingat. Dia tidak dapat melakukan apapun karena manusia itu belum ingat.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Rebirth of The Queen

read
3.6K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
639.8K
bc

FATE ; Rebirth of the princess

read
35.9K
bc

Marriage Aggreement

read
86.9K
bc

Rise from the Darkness

read
8.2K
bc

Life of An (Completed)

read
1.1M
bc

Scandal Para Ipar

read
707.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook