Chapter 9

1252 Kata
Author Pov Mahesa menyudahi pelukan gawat daruratnya ketika ia sudah melihat sosok mantannya pergi melengos. Ya, itulah alasan Mahesa memeluk tubuh Tria tanpa aba-aba. Dia hanya ingin menunjukkan pada sang mantan bahwa dirinya sudah bisa move on dan tidak lagi bergantung pada dirinya. Lagipula, bukankah Mahesa sudah menekankan segala sesuatunya pada mantannya itu. Mahesa sudah tidak mau memiliki hubungan apapun lagi dengan dia, maka jangan salahkan Mahesa jika pada akhirnya ia harus melakukan sesuatu yang akan melukai perasaan mantannya itu. Hingga setelah melihat mantannya pergi dengan wajah yang kesal dan dongkol, Mahesa pun akhirnya bisa bernapas lega sembari melonggarkan lingkaran tangannya di tubuh adik tingkatnya itu. "Syukurlah dia udah pergi. Seenggaknya, gue gak perlu bersandiwara lagi setelah dia gak ada dalam jangkauan gue seperti tadi," bisiknya mendesah lega. Lalu kini, ia pun menurunkan pandangannya ke arah wajah Tria yang masih setia memejamkan matanya. Melihat itu, Mahesa pun refleks mengernyit. Untuk sesaat, ia pun mengerjapkan matanya di tengah pikirannya yang sedang bertanya-tanya. "Kenapa dia malah tutup mata kayak gini? Dia tidur?" gumamnya samar. Lantas, ia pun sedikit merendahkan posisi tubuhnya agar sejajar dengan tubuh sang gadis yang lebih pendek darinya. Maka, ketika kini wajahnya sudah tampak sejajar juga dengan wajah Tria yang masih senantiasa memejamkan kedua matanya rapat-rapat, dengan senyum jahilnya Mahesa pun mencoba berniat iseng dengan mendekatkan wajahnya hingga kini jaraknya hanya tersisa beberapa centi saja di depan wajah sang gadis. Sampai ketika Mahesa meniup wajah Tria, dalam sekejap kedua mata gadis itu pun lantas terbuka dan langsung mendapati wajah tampan Mahesa yang kini sedang menyeringai di hadapannya. Menemukan pemandangan sejenis itu, sontak Tria pun membelelak diiringi dengan teriakannya yang menggelegar. "Kyaaaaa." Selain itu, ia pun membenturkan keningnya ke kening Mahesa yang seketika membuat cowok itu turut memekik sembari mengusap keningnya di sela tubuhnya yang kembali menegak. Sementara itu, Tria pun berusaha melarikan diri setelah sejumlah pikiran buruk merasuki benaknya kala melihat sedekat apa wajah kakak tingkatnya tadi di detik ia membuka mata. "Dasar cowok m***m! Bisa-bisanya dia curi-curi kesempatan selagi gue tutup mata kayak gitu. Gimana jadinya kalo misalkan dia--kyaaaa!" Di tengah aksi misuh-misuhnya, tiba-tiba saja tangannya ditangkap oleh seseorang. Membuat Tria seketika berbalik badan sekaligus menemukan lagi sosok kakak tingkatnya yang ternyata telah mengejarnya di kali pertama gadis itu berlari. "Elo lagi!" pekik Tria tak habis pikir. Tanpa pikir panjang, ia pun mencoba memberontak dengan cara menarik pergelangan tangannya yang semula berada di genggaman si cowok. "Mau apa lagi sih lo pake acara kejar gue segala? Mau niat jahat ya sama gue? Demi Tuhan! Gue gak sudi kalo sampe lo macem-macemin gue di tempat sesepi ini, gue--" "Jadi lo bakal sudi kalo gue macem-macemin lo di mana, hem? Di hotel? Atau, lo mau gue seret ke dalam gubuk aja biar segala sesuatunya terlindungi?" potong Mahesa makin ngaco. Kemudian, kali ini Tria pun menginjak kaki kakak tingkatnya tanpa ampun. Lagi, Mahesa pun memekik kesakitan sembari mengangkat kaki kanannya yang sudah diinjak oleh sang gadis. Sementara itu, Tria pun kembali berlari meninggalkan si ketua senat yang sudah menyerah untuk tidak mengejar gadis itu di tengah dirinya yang meringis-ringis pasca kakinya diinjak kuat oleh kaki sang gadis tadi. "Dasar cewek absurd! Dikiranya gue beneran penjahat kelamin apa. Main injek kaki gue aja. Gak tau rasanya sakit banget apa dia. Huh, gak lagi-lagi deh gue isengin cewek sebar-bar dia!" desis Mahesa penuh sesal. Kemudian, ia pun mulai melangkah dengan kakinya yang sedikit pincang sewaktu digunakan untuk berjalan. *** Siang ini pihak panitia akan melakukan penjelajahan. Mengingat acara kempingnya tidak akan berlangsung lama, maka setiap acara harus dilaksanakan dengan durasi yang sudah direncanakan. Sebelum nanti malam berlanjut ke acara api unggun, maka kini para panitia sudah siap guna memandu para peserta kemping yang siap mengikuti even penjelajahan yang sudah dirancang semestinya. "Siang, Guys! Untuk acara siang ini, kita akan mengadakan penjelajahan. Bagi seluruh peserta, kalian akan dibagi ke dalam beberapa regu. Nanti, masing-masing regu akan dipimpin oleh dua atau tiga panitia sebagai penanggung jawab. Tugas peserta itu sendiri, mereka harus mengumpulkan bendera dengan dua warna sebanyak-banyaknya. Setiap bendera akan diberi nilai sebanyak dua poin. Kalian bisa menemukan bendera itu di setiap semak, pohon dan apapun yang kalian lewati di setiap jalur yang kalian ambil. Setelah mencapai finish, kalian bisa kumpulin bendera yang di dapat ke dalam fish ball yang sudah disediakan. Lalu, nanti para panitia yang memimpin setiap regu akan menghitungnya dan mengumumkan hasil total dari bendera yang didapat. Regu mana pun yang mendapatkan paling banyak bendera, maka regu itulah yang menang dan berhak mendapat reward di malam api unggun. Dan regu yang paling sedikit mendapatkan bendera, merekalah yang akan menanggung setiap beban di malam api unggun yang sudah kami siapkan secara matang. Sampai sini, ada pertanyaan?" urai salah seorang panitia mengumumkan rules-nya. Sementara itu, para peserta hanya bertugas menyimak dan melakukan setiap acuan yang sudah diberitahukan. "Tri, kira-kira, regu kita bakalan dipimpin sama siapa ya? Lo berharap gak sih kalo regu kita nanti bisa dipimpin sama Kak Esa yang menurut gue superduper ganteng dan juga berkharisma itu? Duh, semoga doa gue dikabul deh. Soalnya, gue kepengin banget tuh bisa mandangin muka gantengnya dari jarak yang agak deket gitu paling enggak," cetus Viona berharap. Membuat Tria yang mendengar harapannya itu seketika melirik dan menatap Viona dengan sorot yang tak dapat dijelaskan. Entah sahabatnya itu sedang mengigau atau apapun itu, yang jelas, Tria tidak habis pikir saja atas ucapannya tersebut. Apa dia bilang? Ingin memandang wajah tampan si ketua senat yang sudah Tria cap sebagai kakak tingkat menyebalkan itu? Yang benar saja! Viona tidak tahu saja kalau Tria sudah mengalaminya lebih dulu meskipun itu tak diharapkan. "Plis deh, Vi, sejak kapan lo mengidamkan wajah cowok lain di luar si Meo? Bukannya selama ini lo selalu mendamba-dambakan friendzone-an lo itu ya? Tapi, kenapa mendadak siang ini lo jadi berubah haluan?" tukas Tria menggelengkan kepala. Sejenak, menolehkan pandangan Viona yang merengut sebal pasca mendengar komentar dari sahabatnya. "Apaan sih, Tri. Iya, gue emang akan selalu mendambakan Romeo sampe kapan pun. Tapi kan gak ada larangannya juga buat gue yang mengagumi cowok lain. Sebatas mengagumi gak akan mengubah perasaan gue sama Meo, kok. Tenang aja, Meo selalu menjadi yang utama di dalam hati gue ini," ujarnya penuh perasaan sembari menunjuk bagian dadanya kala menyebutkan soal Romeo. Tria menghela napas. Seperti itulah Viona. Terjebak dalam cinta tanpa kepastian dari cowok sejenis Romeo. "Oke, Guys. Kita mulai pembentukan regunya ya. Seperti yang kita tau, kita semua adalah teman. Dan gue selaku panitia yang ingin membuat kalian semua mengenal satu sama lain akan mencoba menentukan regu sesuai nomor yang kalian dapat setelah mengambilnya dari dalam fish ball yang gue pegang ini. Jadi, setiap regu akan berisi sebanyak 6 sampai 7 peserta. Dan siapa pun yang mendapat nomor serupa, maka kalian adalah satu regu. Lalu setelah itu, kami selaku panitia peninjau pun akan meminta mereka yang menjadi penanggungjawab setiap regu untuk melakukan hal yang sama. Jadi, kalian bisa terbentuk dalam satu regu setelah mendapatkan urutan nomor yang sama juga. Sampai ini kalian mengerti?" Pembicara yang tadi kembali berkicau. Memberikan pengumuman soal pembentukan regu yang akan didirikan dengan cara yang unik. Setelah mendengar pengumuman tersebut, Viona pun merasa kaget hingga kini ia mencengkeram lengan Tria seraya berkata, "Jadi artinya, kita gak bakal satu regu gitu? Astaga, terus gue bakal satu regu sama siapa dong?" "Ya mana gue tau. Lo berdoa aja yang banyak, barangkali lo sama gue kebagian nomor urutan yang sama, kan bisa jadi tuh kita satu regu lagi," tukas Tria menggedikan bahu. Kemudian, ia pun mulai menyiapkan diri untuk mengambil giliran dalam mendapatkan nomor urutan di dalam fish ball yang sudah disediakan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN