Chapter 10

1213 Kata
Setelah semuanya dipersiapkan dan sepuluh regu pun sudah terbentuk, kini masing-masing regu diharuskan untuk memulai penjelajahannya dipandu oleh penanggungjawab masing-masing. Kebetulan, Tria dan Viona mendapatkan nomor urutan yang sama. Jadi artinya, mereka berada di dalam satu regu bersama dengan Romeo juga yang mendapatkan nomor urutan serupa. "Ayo regu dua, kita harus gerak cepat. Kalian gak mau kan menjadi tim yang kalah. Hukumannya lumayan berat loh misalkan regu kita gak bisa memenangkan pertandingan ini," tukas salah seorang panitia memberi semangat. "Oh ya, gue selaku penanggungjawab akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Teruntuk kalian anggota regu yang bakal gue pandu, kenalkan, nama gue Regivo Pratama. Kalian bisa panggil gue dengan nama kecil gue yaitu Givo. Ya, dan tentunya gue gak sendirian menjadi pemandu kalian. Tapi gue bersama sahabat gue yang juga akan turut serta bertanggungjawab atas regu ini. Tapi by the way, temen gue itu lagi ada urusan sebentar. Jadi sebelum kita mulai penjelajahan ini, alangkah lebih baiknya kalo kita tunggu dia sebentar ya, guys!" celoteh cowok itu panjang lebar. Membuat Tria dan yang lainnya hanya berusaha menyimaknya saja tanpa mau banyak bertanya. Lagipula, kakak tingkatnya itu tidak sedang open pertanyaan, maka tidak ada alasan bagi mereka untuk hanya tetap diam di kesempatan ini. "Tri, kira-kira, siapa ya yang bakal jadi pemandu kita satu lagi. Lo punya harapan gak sama seseorang?" "Maksud lo?" tanya Tria sembari melirik Viona. Dia merasa tidak paham dengan apa yang baru saja temannya itu katakan. Sejenak, Viona mendecak. Lalu menghela napas sabar guna menjelaskan secara pelan-pelan demi membuat Tria memahami apa yang diucapkannya sesaat lalu. "Maksud gue, lo punya harapan gak kalo misalkan pemandu kita yang satu lagi itu adalah kakak tingkat yang misalnya Kak Dirly. Karena setau gue, lo udah lumayan akrab juga kan sama dia. Jadi misalkan Kak Dirly emang merupakan pemandu yang satunya lagi setelah Kak Givo, gue rasa lo bakalan diterpa kebahagiaan. Bener gak?" cerocos Viona asal menebak. Menyebabkan Tria lantas mendengkus seraya menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Namun di saat Tria yang belum memberikan jawaban atas pertanyaan sahabatnya, tiba-tiba saja Givo melontarkan seruannya di tengah sebelah tangannya yang melambai sempurna. "Nah, Guys. Akhirnya, pemandu satunya lagi udah datang. Jadi gak lama lagi, kita bisa langsung memulai penjelajahannya tanpa perlu menunggu siapa-siapa lagi," tukas Givo memberitahu. Lalu tak lama kemudian, sosok yang dimaksud oleh Givo pun mulai beringsut mendekat sekaligus menampakkan wajah tampannya yang seketika membuat Viona menganga lebar tatkala matanya menemukan sosok tampan tersebut selagi Tria yang masih menghadap ke arahnya. Sementara itu, Romeo yang kebetulan melihat Viona sedang megap-megap bersamaan dengan kedua matanya yang membelalak pun dengan cepat menghampirinya seraya mengguncang sebelah lengannya. "Vio, Beibi. Kamu kenapa, Vi? Kenapa tiba-tiba aja kamu megap-megap kayak gini? Apa jangan-jangan, kamu kerasukan setan koi-koi ya. Makanya kamu megap-megap begitu kayak ikan koi kekurangan air," celetuk Romeo heboh sendiri. Dalam sekejap, Viona dan Tria pun mendesis keki kala mendengar ucapan Romeo yang teramat konyol. Bukan hanya itu, bahkan Viona pun kini telah memukul tangan Romeo setengah gemas dan memelototinya. "Sembarangan aja kalo ngomong. Emangnya aku salah apa sampe setan ikan koi ngerasukin tubuhku. Gak masuk akal banget kamu kalo ngomong!" omelnya merengut sebal. Kemudian, Romeo pun cengengesan gak jelas sembari menggaruk-garuk kepalanya yang sedikit gatal. "Tau nih friendzonan lo, omongannya makin ngelantur aja. Masih betah lo deket-deket sama dia? Kalo gue sih udah males duluan yang ada," tukas Tria bergidik. Sontak, membuat Viona makin merengut dan bersidekap kesal seakan tak terima akan kalimat yang baru saja sahabatnya itu lontarkan. Hingga ketika tiga orang tersebut masih sibuk berceloteh sesuka hati, tiba-tiba sebuah dehaman kencang muncul terdengar dan dalam sekejap membuat ketiga orang itu menoleh kompak ke sumber dehaman. Untuk sesaat, Tria adalah orang yang paling merasa terkejut ketika ia mendapati sosok pria berwajah tampan yang kini berdiri di sebelah kakak pemandu regu. Lantas, setelah melihat tatapan semi laser yang sempat sosok itu sorotkan tepat ke arahnya, tanpa diduga Tria pun tengah menelan ludah kasar sembari melirik Viona dengan wajah yang sedikit memucat. Menyadari akan perubahan warna kulit Tria yang agak pias dari sebelumnya, Viona pun hanya turut meringis. Sampai ketika cowok bernama Mahesa itu mengenalkan diri sebagai partner pemandu dari kakak tingkat satunya lagi, barulah Tria yakin bahwa penjelajahannya di siang ini tidak akan berjalan sempurna hanya karena adanya kakak tingkat menyebalkan itu yang notabene merupakan penanggungjawab regunya juga yang membuat Tria merasa ketiban s**l. *** Regu tim 2 sudah mulai menelusuri setiap jalan yang dituju. Penjelajahan siang ini seharusnya berjalan sempurna dan menyenangkan, tapi yang terjadi pada Tria justru malah sebaliknya. Alih-alih merasa senang, dia malah dibuat risih tiada habisnya oleh kakak tingkatnya yang menyebalkan. Bukan Givo, melainkan Mahesa yang selalu saja mengusik dirinya di kala Tria sedang memokuskan pandangannya guna mencari bendera yang harus ia dan anggota lainnya segera kumpulkan. "Tria lo tau, dulu gue pernah ada di posisi lo. Dan rasanya menyenangkan ketika gue diberi tugas buat cari bendera sebanyak-banyaknya supaya tim gue menang dan dapat reward di malam api unggun. Itu sebabnya, lo harus meniru gue di kesempatan ini. Lo dan anggota lainnya, harus punya semangat juang buat cari seluruh bendera itu di setiap tempat yang udah dikasih clue-nya. Lo tau? Reward untuk si pemenang itu bukan main-main. Baik lo maupun anggota lainnya, mereka bakal dapetin sesuatu yang gak pernah mereka sangka-sangka. Bahkan gue dan si Givo selaku pemandu pun bakal ikut terlibat. Jadi, gue menyarankan supaya lo dan--" "Berisik tau gak!" seru Tria menyela. Alih-alih bisa fokus, dia justru merasa terganggu karena ocehan si kakak tingkat itu. Sungguh, di antara sekian banyaknya anggota di regu 2, kenapa harus selalu Tria yang cowok itu dekati. Kenapa gak Viona atau gadis lainnya saja yang ia usik. Lagipula, ada angin apa juga sampai dia terus merepotkan dirinya sendiri hanya demi mendekatkan dirinya kepada Tria. Padahal Tria tahu betul seketus dan sedingin apa dia di pertemuan pertama dulu. Namun tanpa disangka, semenjak kejadian Mahesa yang meninggalkannya di tengah hutan pada malam tadi, entah kenapa sikap cowok itu mendadak berubah 180 derajat dan tidak pernah merasa bosan untuk terus mengganggu dirinya. Membuat Tria merasa jengkel sekaligus keki di waktu yang bersamaan. "Kalo lo terus menerus ngoceh tanpa henti kayak gitu. Mana bisa gue berhasil nemuin satu bendera pun. Yang ada, fokus gue malah kepecah dan ujung-ujungnya gue gak akan dapet apa-apa. Plis deh, emangnya lo gak ada kerjaan lain apa selain gangguin gue kayak gini, ha?" lirik Tria dengan sorot kesal. Sementara itu, Mahesa tampak menunjukkan raut wajah bak orang yang sedang berpikir. "Gue punya kerjaan lain sih. Tapi bahkan lo tau sendiri kerjaan gue di even penjelajahan ini tuh apa. Memandu regu dan bertanggungjawab atas seluruh anggota regu yang terpilih. Dan kebetulan gue adalah pemandu regu ini kan? Itu artinya, kerjaan gue ya tentu aja memantau setiap anggota di regu ini. Terus, apa gue salah kalo gue mencoba buat pantau lo yang notabene salah satu anggota di regu ini, hem?" cerocos Mahesa membalikan keadaan. Sontak, menyebabkan Tria merasa dongkol dan tidak tahu lagi harus berbuat apa selain hanya diam dan fokus saja pada tujuannya di penjelajahan ini. Melihat Tria yang tak bisa lagi berkata apapun, Mahesa pun tersenyum puas. Adakalanya, sangat perlu untuk membuat gadis yang hobi mencak-mencak itu terdiam seperti ini. Dengan begitu, Mahesa pun akan sedikit bisa mengendalikan si gadis agar dia tidak terus nyerocos berbicara di saat seharusnya ia hanya perlu diam dan mematuhi perkataannya saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN