"Kalau begitu kita harus cepat, ayo larilah secepat mungkin, " ucap Marta juga menggendong Befra di punggungnya, "Kita benar-benar tidak mempunyai banyak waktu.
Sekuat tenaga mereka keluarkan untuk kembali berlari. Daerah lightning pun sudah terlihat, dan mereka hanya perlu berlari sebentar lagi. Iya, sebentar lagi yang terasa sangat lama.
"Sedikit lagi ... kita akan sampai sebentar lagi ...." Itu yang terus Tier gumamkan sambil berlari, memberi semangat pada dirinya sendiri.
Tak jauh hal dengan Marta, "Befra, Perly, bertahanlah demi kami dan demi semua pengendali. Jika kalian bertahan, kami juga akan melakukan cara apapun untuk bertahan. Kumohon, bertahanlah ...." ucap Marta juga terus berlari.
Tubuh Perly semakin dingin dan bibirnya kembali memutih. Sedangkan tubuh Befra sudah sangat dingin, membuat Marta mati-matian menahan dingin yang ikut menjalar di tubuhnya.
"Marta! Cepatlah. Perly semakin dingin!" teriak Tier.
Marta menambah laju larinya, nafasnya kini sudah tidak beraturan dan energi mereka kembali terkuras. Jangan tanya keadaan kaki mereka, sudah seperti tidak berada di tempatnya.
Hingga pada akhirnya, perjuangan mereka berlari tidak sia-sia. Mereka sekarang sudah menginjakkan kaki di daerah lightning.
"Tolong! Siapapun tolong kami! Kumohon tolong kami!" teriak Tier dengan Perly yang masih digendongannya.
Satu persatu pengendali lightning keluar dari rumahnya saat mendengar teriakan Tier. Meski begitu, mereka hanya menatap penuh kebingungan tanpa membantu.
"Tolonglah. Mereka berdua perlu sinar lightning. Selamatkan mereka, atau mereka akan mati ..." ucapnya lagi menatap para pengendali itu dengan suara yang mulai melemah.
Tier terjatuh ke tanah dengan lututnya sebagai tumpuan, begitupun dengan Marta yang juga sudah tidak kuat untuk berdiri.
Namun, masih mempertahankan posisi kedua temannya dalam gendongan. Membiarkan diri sendiri yang menanggung beban.
"Earth, Froz. Kenapa kalian bisa ada di sini?" Seorang laki-laki bertanya pada mereka.
Tier menatapnya yang terlihat buram di matanya yang mulai mengabur, "Selamatkan mereka. Atau mereka akan mati ..." Hanya itu yang dapat Tier ucapkan sebelum dia kehilangan kesadarannya, setelah sebelumnya meletakkan tubuh Perly penuh kehati-hatian di atas tanah.
"Tier! Tier!" teriak Marta.
"Paman. Tolong kami, kami sangat memerlukan bantuan kalian. Aku mohon ...," ucap Marta memohon.
"Siapa pun, bantu angkat mereka dan bawa mereka ke rumahku. Ayo cepatlah, anak-anak ini benar-benar butuh pertolongan," ucap paman itu menatap pengendali lainnya di sana.
Pengendali yang lainnya yang mendengar itu langsung bergegas menolong ke empat remaja itu dan membawanya ke rumah paman.
•
"Bagaimana keadaan mereka?" tanya Marta pada pria yang sudah menolong dia dan teman-temannya.
Si paman menoleh sekilas, "Bagaimana keadaanmu? Bukankah tenagamu juga terkuras habis?" pria itu balik bertanya.
"Kondisiku tidaklah penting. Katakan bagaimana mereka? Bagaimana keadaan Froz itu? Maksudku, yang tadi pertama kau tolong," tanya Marta beruntun.
"Apa sebelumnya dia terkena serangan dari Froz yang lainnya?"
Marta mengangguk membenarkan, "Ya, gadis ini, Befra namanya. Dialah yang melakukannya. Tapi itu karena dia tidak sengaja. Itulah kenapa kami ada di sini, untuk menyembuhkan gadis itu, Meski Befra sudah membantu menyembuhkannya sedikit," jelas Marta panjang lebar.
Paman mengangguk tanda mengerti, "Aku menemukan bola es pada jantung gadis ini, apa dia yang melakukannya?" Lagi paman bertanya.
"Iya, itu benar."
Paman tampak menghela nafas pelan, "Sebenarnya, jantung gadis ini sudah membeku hampir sebagian," ucapnya membuat Marta terkejut dan menutup mulutnya.
"Aku menemukan sedikit bisa ular di dalam tubuhnya, dan aku tidak mengerti bagaimana, tapi bisa ular itu bereaksi pada es yang hampir membekukan jantungnya, membuat es itu mencair," jelasnya lagi.
Bagaimana bisa itu terjadi? Bukankah tadi Perly memakai perisai? Lalu bagaimana caranya bisa ular itu ada dalam tubuhnya? Dan yang penting, bisa ular itu tidak membunuh Perly, bagaimana itu terjadi? Itulah pertanyaan yang berputar di pikiran Marta.
Tapi Marta bisa bernafas lega karena bisa itu menyelamatkan hidup Perly.
"Lalu, apa dia sudah baik-baik saja?" tanya Marta lagi.
Kali ini, paman mengangguk, "Dia hanya perlu waktu untuk memulihkan kembali kekuatan dan energinya. Dia akan sadar dalam beberapa hari," jawabnya.
"Bagaimana dengan mereka berdua?" Marta beralih menatap Tier dan Befra yang juga terbaring di samping Perly.
"Earth itu baik-baik saja. Hanya saja temanmu yang Froz itu tidak akan bisa menggunakan kekuatannya dalam waktu beberapa hari. Dia terlalu banyak menggunakannya untuk membuat bola es. Kau pasti tau apa yang terjadi jika seorang Froz menggunakan bola es-nya untuk membungkus jantung seseorang?" jelas pria itu.
Ya, Marta tau itu pasti akan terjadi pada Befra.
"Ya kami tau. Tapi kami sudah tidak tau berbuat apa lagi untuk menyelamatkan gadis itu. Jika aku yang menjadi Befra, aku pasti juga melakukan hal yang sama," ucapnya menatap Perly.
"Memangnya apa yang membuat kalian sangat menjaganya sampai kalian berkorban terlalu jauh untuknya?" tanya paman membuat Marta terdiam.
Harus dia jawab apa pertanyaan itu? Apakah sikapnya barusan sangatlah mencolok untuk membuat paman bertanya demikian?
Paman berlalih menatap Marta, menatap intens, lengkap dengan senyumnya, "Apa karena dia adalah penyelamat itu?"
•
"Bagaimana kamu bisa tau?" tanya Marta dengan ekspresi terkejut.
Tentu saja terkejut, dari mana dia mengetahuinya? Padahal 'kan tadi Tier sudah menyembunyikan tanda yang ada di tangan Perly. Siapa sebenarnya pria ini? Apa dia memang mengetahui tentang Perly dan perjalanan mereka?
"Kalian membawanya ke daerah Lightning. Sinar Lightning bahkan bisa menembus jantungnya. Seharusnya kalian tau itu," ucapnya sambil menggenggam kedua tangan Perly.
Marta, dirinya sudah hapal di luar kepala apa saja isi dari buku takdir yang ada padanya, mendadak lupa dengan yang satu ini. Tidak, bukan melupakan bahwa sinar lightning bisa menembus sesuatu yang tersembunyi, tapi, dia lupa, bahwa sinar lightning bisa melihat sesuatu tanpa membukanya terlebih dahulu. Apakah itu ada tertulis di bukunya?
"Jadi aku tidak perlu bersusah payah untuk melihat penghalang yang kalian buat untuk menyembunyikan tanda ini," lanjutnya seraya melepaskan genggamannya dari tangan Perly dan terlihatlah lambang-lambang itu.
"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Marta menatap intens pria itu.
Paman berdiri, mensejajarkan diri dengan Marta, "Aku adalah salah satu penjaga kesatria itu. Aku adalah orang yang dipercayakan King Guardio untuk menjaga Pangeran Lightning," jawabnya membuat Marta kembali terkejut.
Ternyata perjalanan mereka ke sini memang tepat. Buktinya mereka langsung menemukan orang yang mereka cari.
"Salamku Paman," ucap Marta sedikit menunduk, "Aku senang kami bisa langsung bertemu denganmu. Bisakah kamu memberitahu aku di mana Pangeran Lightning berada?" tanya Marta to the point membuat pria itu tertawa pelan.
"Bukankah ini adalah perjalanan dan salah satu bentuk perjuangan kalian? Itu adalah tugas kalian untuk mencarinya, bukan untuk bertanya padaku di mana keberadaannya," jawabnya.
"Tapi Paman. Itu tidak dilarang bukan? Bukankah akan lebih baik jika Paman langsung memberitahu kami?" tanya Marta lagi masih mencoba membujuk agar paman menberitahunya.
"Ya memang. Dan itu berarti kalian tidak menjalankan tanggung jawab kalian dengan baik," ucapnya lagi.
Marta menghela nafasnya panjang. Percuma saja dia membujuknya, paman itu juga tidak akan memberitahukannya, pikir Marta.
"Uhuk! Uhuk!" Marta langsung mengalihkan perhatiannya pada Tier yang tiba-tiba saja terbatuk.
Si paman langsung berjalan ke samping Tier, sebelum itu dia menatap Marta, "Ambilkan dia air, aku akan memeriksa kembali keadaannya," ucap paman itu yang langsung dituruti oleh Marta.
"Kamu merasakan sakit?" tanya paman itu pada Tier. Pemuda itu menggeleng, "Tidak. Hanya kepalaku yang sedikit pusing," jawabnya.
"Baguslah kalau begitu. Kamu hanya perlu istirahat sebentar, dan kekuatanmu akan segera pulih," ucapnya dan Tier mengangguk.
"Tier, ini minumlah," ucap Marta memberikan secangkir air pada Tier.
Tier menerimanya dan meminumnya.
"Bagaimana Perly dan Befra? Mereka baik-baik saja?" tanyanya setelah menghabiskan airnya.
"Mereka baik-baik saja. Hanya saja Perly akan sadar dalam beberapa hari lagi, dan Befra ...." Marta menghembuskan nafas pelan, terasa berat untuk dirinya katakan, "Dia tidak bisa menggunakan kekuatannya untuk sementara ini. Kau juga pasti tau itu," jawab Marta sedih, menatap kedua temannya yang terbaring tak sadarkan diri.
Tier pun merasakan sedih yang Marta rasakan. Tapi itu lebih baik daripada mereka tidak selamat. Rasanya Tier lega karena mereka berdua tidak cedera yang cukup serius. Perjalanan mereka masih sangat jauh, mereka tidak boleh menyerah hanya karena masalah ini.
"Tidak masalah. Setidaknya mereka masih selamat," ucap Tier tersenyum tipis melihat wajah pucat mereka berdua.
Ah, rasanya sangat sepi tanpa ocehan Perly, apalagi jika gadis itu sedang dalam mode penasaran, pertanyaannya bisa merambat ke mana-mana hanya untuk menuntaskan rasa ingin tahunya.
Tier beralih menatap paman, "Paman, terimakasih banyak. Berkat Paman, teman-temanku selamat," ucapnya mengulas senyum yang hanya dibalas senyuman oleh paman.
"Tier. Paman ini, adalah penjaga Pangeran Lightning," ucap Marta membuat Tier sedikit terkejut.
Segera dia kembali menatap paman saat sesaat yang lalu matanya menoleh pada Marta. Dirinya langsung bertanya, "Paman dima--"
"Dia tidak akan memberitahukannya. Dia mau kita sendiri yang mencarinya." ucap Marta menyela ucapan Tier.
Tier masih menatap paman dan paman itu mengangguk membuat Tier sedikit kecewa.
Tapi ... kenapa Tier merasa ada yang janggal di sini? Paman ini adalah penjaga sang pangeran, lalu ...
"Tunggu!" Masih dengan keadaan lemah, Tier berdiri, menatap penuh curiga pada si paman, "Kenapa Paman ada di sini? Bukankah para penjaga sudah tidak boleh lagi menjaga Pangeran atau Putri setelah mereka berusia sepuluh tahun?" tanya Tier.
Paman menanggapi dengan santai, "Aku tidak sedang menjaga Pangeran. Aku hanya tinggal di daerahku sendiri, apa itu salah?" Paman balik bertanya.
Dan itu membuat Tier semakin curiga. Langsung saja, dirinya tergerak untuk berdiri di depan Marta, seolah dia sedang memasang badan untuk gadis itu, berniat melindungi. Marta pun sedikit merasa aneh dengan sikap Tier, ada apa dengannya? Apa ada yang tidak dia ketahui tentang kesatria dan penjaganya?
"Paman, aku bukanlah bocah yang bisa Paman bohongi. Aku tau semua penjaga akan kembali ke istana, dan tidak tinggal di daerah pengendali," ucap Tier memicing menatap si paman.
Marta yang ada di belakang Tier pun akhirnya ikut mengambil posisi siaga, apalagi kedua temannya masih belum sadarkan diri. Dia juga harus melindungi mereka. Bisa saja paman ini ternyata orang yang berbahaya.
Tapi ... jika iya, kenapa pria ini mau membantunya? Menyembuhkan luka Perly dan Befra dan merawat mereka? Siapa sebenarnya paman ini? Dan apa tujuannya?
"Siapa kau sebenarnya?" tanya Tier menatap tajam paman.
Paman berdiri dari duduknya dengan tetap tersenyum menatap Marta dan Tier, "Ya kamu benar. Aku seharusnya sudah tidak berada disini," ucapnya.
"Katakan siapa dirimu? Dan apa sebenarnya tujuanmu?" tanya Marta.
Si paman mengulas senyum, lebih lebar dari sebelumnya, "Tetap bersama akan menjamin keselamatan kalian. Jangan tinggalkan salah satunya, ataupun melepaskan salah satunya. Entah itu untuk kebahagiaan ataupun penderitaan, tetaplah kalian bersama sampai nanti kalian memulai pertarungan kalian."
Mereka berdua, sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya paman sampaikan, tapi mereka juga tak punya keinginan untuk bertanya lebih lanjut tentang itu.
"Percayalah, bukan kalian yang melindunginya, tapi dialah yang sedang melindungi kalian. Jangan bertindak gegabah selagi dia tak memutuskan. Dengarkan dia dan bantu dia."
Tier dan Marta masih diam mencerna kata-kata paman itu. Siapa 'dia' yang di maksud paman? Siapa yang sedang melindungi?
Ceklek!
Tier dan Marta menoleh ke belakang saat mendengar suara pintu dibuka.
Dan tak lama, masuklah seorang pria berbadan cukup besar ke dalam ruangan mereka. Tampak terkejut melihat mereka yang berdiri memasang posisi siap tempur.
"Oh, kalian sudah bangun rupanya, padahal aku baru saja mencarikan bunga ini untuk menambah energi kalian," ucapnya mengangkat beberapa tangkai bunga kehidupan di tangannya.
Marta dan Tier juga tak kalah heran. Mereka tak melihat orang ini sebelumnya, bahkan Marta tidak merasa orang ini ada di sini semenjak malam tadi. Dia menunjuk paman itu, "Paman siapa?" tanya Marta.
Lagi, raut bingung mereka dapatkan, paman itu menunjuk dirinya sendiri, "Aku?" tanyanya, "Aku yang tadi malam merawat kalian di sini. Orang-orang memanggilku Bupo, dan yaa ... aku sedikit mengerti dengan ilmu tabib," jawabnya di akhiri dengan senyuman.
"Lalu siapa Paman i--"
Ucapan Tier menggantung di udara saat melihat ke belakangnya dan paman tadi sudah tidak ada di sana.