"Eh?" Kagetnya, dia kemudian menatap Marta, "Dia pergi ke mana?" tanya Tier heran.
"Aku pikir dia masih berdiri di sana," jawab Marta yang juga sama bingungnya dengan Tier.
"Paman siapa yang kalian maksud?" tanyanya sembari duduk di samping Perly untuk memeriksa keadaan gadis itu, "Hanya aku yang tinggal di sini, tidak ada orang lain," ucapnya lagi menoleh sebentar pada mereka.
Sedangkan Marta dan Tier sama-sama tidak mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi pada mereka. Jelas-jelas tadi ada seorang laki-laki yang mengaku sebagai penjaga pangeran lightning dan dia berbicara pada mereka. Lalu kenapa dia tiba-tiba menghilang? Dan kenapa Bupo tidak tau tentang paman itu?
Ada apa ini sebenarnya?
"Kalian sudah mengobatinya? Dia sudah sangat membaik, padahal aku hanya memberi penghangat pada tubuhnya tadi malam, aku belum memberinya sinar Lightning," tanya Bupo menatap Marta dan Tier bergantian.
"Tidak. Saat aku terbangun sudah ada seseorang yang duduk di sana. Aku pikir paman yang malam tadi menolong kami menitipkan kami pada paman tadi," jelas Marta membuat kening Bupo berkerut.
"Kamu pasti belum benar-benar sadar waktu itu. Aku meninggalkan kalian untuk mengambil bunga kehidupan, dan tidak ada yang masuk ke rumah ini lagi setelah aku pergi." ucap Bupo. Bupo menyimpan bunga kehidupan yang tadi dia bawa, "Dan juga, paman yang malam tadi menolong kalian adalah ayahku, dia menyuruhku merawat kalian karena dia akan pergi ke laut waktu itu," jelasnya lagi.
Tier menggeleng. Dirinya sudah sadar sepenuhnya tadi saat mereka berhadapan dengan paman sebelumnya, "Tidak, dia benar. Dia bahkan berbicara pada kami berdua tadi sebelum kamu datang. Itu nyata, kami sudah sadar sepenuhnya," timpal Tier memberi penegasan ulang yang diangguki Marta.
Bupo menghela nafas, menatap lelah pada mereka berdua. Pikirnya, mereka sungguh keras kepala, "Ya sudahlah. Mungkin kalian masih lelah," ucap Bupo membuat Marta dan Tier ikut menghela nafas panjang.
Biarlah, percuma menjelaskannya, Bupo juga tidak akan percaya pada mereka.
"Ngomong-ngomong, aku belum tau nama kalian," ucap Bupo lagi, kembali mendudukkan diri di sana setelah mempersilahkan Tier dan Marta untuk ikut duduk.
"Aku Tier," Tier menunduk pelan.
"Namaku Marta, yang ini Befra dan yang di sampingmu itu namanya Perly," ucap Marta membuat Bupo mengangguk.
"Kalian Earth, dan mereka Froz. Kalian dari daerah yang sangat jauh dari daerah Lightning. Tentunya kalian punya tujuan bukan?" tanya Bupo.
Kali ini pertanyaan itu terdengar lebih santai, dengan posisi mereka yang duduk bersila di lantai.
"Perly. Dia dulu terkena serangan es Befra, tapi itu tidak disengaja. Dan kami ke sini untuk membantu Perly untuk menyembuhkannya secara total, bisakah?" tanya Tier.
Dan entah untuk apa di sana Bupo malah memasang raut bingung, "Maksudmu serangan es abadi?" tanya Bupo dan Tier mengangguk.
"Aku tidak menemukan es abadi di jantungnya, di sana hanya ada bola es yang membungkus jantungnya," ucap Bupo yang lagi-lagi membuat Marta dan Tier terkejut, "Bagaimana bisa!" ucap mereka bersamaan.
Marta menambahkan melihat Bupo yang masih terkejut karena teriakan mereka, "Sungguh. Kejadian itu terjadi di depan mata kami sendiri. Memang, Befra sudah mengobatinya. Tapi bukankah hanya Pengendali Lightning yang bisa menyembuhkannya secara total?" ucap Marta diangguki Tier.
"Ya kamu benar. Tapi aku tidak menemukan es abadi di sana. Jika ada, aku tidak mungkin hanya memberinya penghangat, aku pasti langsung memberinya sinar Lightning. Aku tidak setega itu membunuh gadis cantik sepertinya dengan membiarkannya membeku," jelas Bupo lagi dengan matanya melirik Perly saat menyebut gadis cantik.
Sungguh. Mengapa semuanya menjadi seperti ini? Semuanya menjadi tidak masuk akal sama sekali.
"Kalau tidak ada es abadi, mengapa tubuhnya sangat dingin dan bibirnya memutih saat aku membawanya?" tanya Tier.
"Kalian pernah membaca, kalau seorang Froz yang terkena serangan es abadi tidak akan berakibat fatal padanya?" Bupo Bertanya
Marta dan Tier mengangguk, ya itu ada dalam buku takdir milik mereka, "Ya. karena jantung mereka juga sekuat es," jawab Marta.
Lagi, Bupo mengernyit heran. Mereka tau tapi kenapa masih memikirkan hal itu? Pikirnya.
"Lalu? Apa yang kalian takutkan? Hal yang kamu sebutkan tadi hanya terjadi pada selain Froz, tapi dia adalah seorang Froz," ucap Bupo menjelaskan.
Dan saat itulah Tier juga Marta terdiam. Baru sadar dengan identitas Perly sebelumnya dan yang sekarang. Kenapa tidak terpikir oleh mereka sedari tadi?
Bupo menatap mereka penuh curiga, "Atau ... apakah dia bukan Froz yang sesungguhnya?" tanya Bupo menatap mereka intens.
•
Dua hari yang lalu, di mana kejadian yang hampir saja merenggut nyawa Perly sudah berlalu. Namun sampai sekarang Perly belum juga sadarkan diri. Bupo bilang, keadaannya sudah baik-baik saja. Hanya saja kekuatannya belum kembali mungkin itu yang membuatnya belum sadarkan diri.
Sedangkan Befra sudah sadar kemarin, namun seperti yang paman dulu katakan, Befra belum bisa menggunakan kekuatannya. Yaa, itu resikonya.
Berbicara tentang paman itu, mereka belum juga mendapatkan kejelasan apa-apa. Namun yang pasti, dia bukanlah orang biasa. Dan mereka yakin kalau dialah yang sudah menyelamatkan Perly. Karena semuanya menjadi aneh ketika dia pergi, dan itu pasti ada hubungannya dengannya.
"Kapan dia akan sadar?" gumam Befra menggenggam tangan Perly, menatap sendu gadis itu
"Dia pasti akan sadar. Kita hanya perlu menunggu," ucap Marta.
"Bagaimana dengan kekuatanmu? Apa masih belum berfungsi?" tanya Tier. Befra menggeleng tanpa menoleh, seolah Perly adalah satu-satunya pusat yang dapat dia lihat, "Aku masih belum bisa menggunakannya."
Sungguh, dia sangat mencemaskan keadaan Perly.
"Seharusnya kamu tidak menyalurkan seluruh kekuatanmu untuk membuat bola es itu. Kamu lupa kalau dia bukanlah Froz yang sesungguhnya. Jantungnya berbeda dengan jantung Froz lainnya. Sedangkan sedikit saja kamu gunakan bola es untuk membungkus jantung seseorang, itu akan berdampak buruk bagimu, apalagi semuanya," ucap Tier panjang lebar.
Dan itu cukup membuat Befra akhirnya beralih menatapnya. Sedikit menatap tak suka pada Tier, tak setuju dengan apa yang Tier katakan, "Kalau aku tidak melakukannya, mungkin dia sudah tiada sekarang. Seharusnya kamu ingat, kalau dialah yang akan menyelamatkan banyak nyawa nantinya. Sudah seharusnya aku mementingkan keselamatannya," jawab Befra.
Dan gadis lain yang ada di sana mendecak. Memijat pangkal hidungnya yang terasa berdenyut, "Apakah ini saat yang tepat bagi kalian untuk bertengkar? Ayolah, ini bukan saatnya. Kita harus memikirkan bagaimana cara agar Perly cepat sadar dan kekuatan Befra kembali. Kita juga harus memikirkan petunjuk untuk menemukan Pangeran Lightning. Apakah dengan bertengkar kalian bisa menemukan solusi untuk semua itu?" tanya Marta menatap mereka bergantian. Dirinya sudah lelah, dan mereka malah bertengkar, yang benar saja.
Tier menghembuskan nafas panjang memilih mengalah karena dia memang salah, "Aku mengaku salah. Aku minta maaf, akulah yang memulainya," ucap Tier.
Begitupun Befra, "Aku juga tidak seharusnya berbicara seperti itu," balasnya tak lupa menyampaikan maaf.
"Kalian di sini rupanya." Bupo datang dengan membawa buah-buahan di sebuah wadah yang cukup besar. Sebuah keranjang yang terbuat dari akar pohon.
"Makanlah, tadi banyak yang memberiku buah-buahan ini untuk kalian. Karena mereka tidak bisa membantu menyembuhkan kalian maka dari itu mereka memberi kalian buah-buahan ini," jelas Bupo menaruh wadah itu di atas lantai.
"Mereka baik sekali. Tolong sampaikan rasa terimakasih kami pada mereka," ucap Marta tersenyum.
"Ya, akan aku sampaikan. Ayo makanlah," ucapnya mempersilahkan. Bupo beralih menatap Perly, "Dia belum sadar?" tanyanya.
"Ya begitulah. Apa kamu tidak bisa memperkirakan kapan dia akan sadar?" tanya Befra.
Bupo menggeleng lemah, "Itu bukan keahlianku," jawabnya.
Dan mereka hanya mendesah lesuh. Harus banyak bersabar dengan keadaan ini.
"Bolehkah aku bertanya?" tanya Bupo menatap mereka satu persatu.
"Apa itu?"
Bupo menunjuk Perly dari ekor matanya, "Apa dia bukan Froz yang sesungguhnya?" tanyanya.
•
Semuanya terdiam mendengar pertanyaan Bupo. Mengapa Bupo sampai menanyakan hal itu? Apakah tadi Bupo mendengar pembicaraan mereka? Apa yang harus mereka katakan kalau memang Bupo mendengarnya?
"Tentu saja dia seorang Froz, kau pikir dia apa? Apa dia tidak terlihat mirip denganku?" jawab Befra menunjuk dirinya sendiri. Mencoba untuk berbicara biasa saja meski jantungnya kini berpacu lebih cepat dari biasanya karena gugup.
Tampak, Bupo memutar bola matanya malas mendengar itu, "Ya, aku juga tau. Kamu pikir aku tak mempunyai mata? Maksudku, orang tuanya juga Froz atau campuran? Itu yang aku tanyakan," ucap Bupo meralat ucapannya.
Befra, Marta dan Tier saling tatap. Mereka pikir Bupo tau apa yang mereka bicarakan tadi, rupanya hanya mereka yang salah paham. Dan tentu, mereka diam-diam menghela nafas lega saat Bupo mengatakannya.
"Ayahnya adalah pengendali Earth, dan ibunya seorang Froz," jawab Marta membuat Bupo mengangguk mengerti. Meski dalam hati, Marta terus merapalkan kata maaf untuk Bupo karena telah berbohong.
"Berarti dia lebih sering tinggal di laut?"
"Pertanyaanmu aneh." Giliran Tier yang berkomentar, "Bukan rahasia umum lagi bagi pengendali yang berbeda elemen jika menikah akan hidup di laut. Kalau mereka di sini, berarti orang tuanya akan terpisah. Kamu tidak tau itu?" tanya Tier sedikit tidak santai. Mungkin efek karena merasa ditipu oleh pertanyaan Bupo yang pertama.
"Hey. Aku hanya mengemukakan apa yang ingin aku tanyakan. Aku juga tau itu," ucap Bupo sedikit kesal.
"Tapi bukankah itu semakin memperlihatkan kepada kami bahwa kamu memang tidak pernah menikah?" ucap Marta menaikturunkan alisnya.
Pertanyaan sensitif itu. Pertanyaan yang sangat membakar semangat Bupo untuk mengajak seseorang adu kekuatan. Sayang sekali karena kali ini Marta yang berucap, jika saja itu keluar dari mulut Tier, dia pastikan kamar ini sudah menjadi arena tarung antara dirinya dan Tier.
Dia menatap garang, "Lalu, kenapa? Kau mau aku nikahi?"
"Ah, Tidak!" Marta menggeleng brutal, "Masih banyak waktu untukku memilih pasangan yang serasi," katanya, membuat Tier dan Befra tertawa.
Lalu hening. Cukup lama, setidaknya dapat mereka gunakan untuk mencari topik pembicaraan baru. Sampai akhirnya Tier bersuara, "Bupo, bisakah kami meminta bantuan lagi padamu?"
Bupo menoleh, "Mengapa tidak. Katakan saja," jawab Bupo mengangguk pelan.
"Kami mempunyai tujuan lain ke daerah Lightning. Kami harus mencari keberadaan saudara kami. Bisakah kami kembali ke rumahmu jika, kami tidak menemukannya nanti?" jelas Tier menyampaikan permintaannya, "Bukan apa-apa, tapi kau tau kalau dua dari teman kami sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Jadi ... bisakah?" lanjutnya menjelaskan dengan hati-hati.
Bupo tersenyum mendengarnya, "Datang saja. Datang dan tinggallah di sini kapanpun dan selama yang kalian mau. Bukankah kita juga bersaudara?" ucap Bupo membuat mereka tersenyum.
"Terimakasih banyak. Kau telah banyak berjasa pada kami," ucap Befra tulus.
Bupo menggeleng pelan, "Tidak masalah. Tapi apa kalian akan menunggu Perly sadar, atau kalian akan menitipkannya padaku?" tanya Bupo.
Tier menoleh ke belakang, menatap Perly yang masih terbaring lemah dalam posisi yang tak berubah. Memperlihatkan bahwa mereka tak bermimpi melihat Perly yang memang belum sadarkan diri. Meski dalam hati, dirinya sungguh berharap ini hanyalah bunga tidur. Dan ketika dirinya bangun nanti, dia masih mendapati Perly seperti hari sebelumnya mereka lalui. Tidak dalam keadaan begini.
Sekilas dia teringat akan nasehat dari paman yang dulu pernah menjadi misterius bagi mereka. Dia berkata bahwa mereka tidak boleh meninggalkan salah satu dari mereka apapun keadaannya. Apakah ini yang dia maksud?
"Sepertinya, kami akan menitipkannya saja pad--"
"Tidak. Kami akan menunggunya sampai dia sadar. Kami akan pergi bersama," ucap Tier cepat memotong ucapan Befra.
•
Befra tentu saja langsung menoleh pada Tier dengan tatapan bingung, "Tapi--"
"Ya Tier benar. Kami datang ke mari bersama, dan kami juga harus pergi bersama-sama." Giliran Marta yang memotong ucapan Befra membuat gadis froz itu menatap keduanya dengan tatapan bingung.
"Tapi pencarian kalian akan terhambat," ucap Bupo.
"Itu tidak masalah," jawab Tier tersenyum.
Bupo tampak berpikir sejenak, seolah berpikir, apa ada yang salah? Meski menggumamkan kata 'Oo' dalam diamnya setelah mendengar ucapan Tier. Dibawa lagi matanya menatap Tier, "Atau apakah kalian tidak percaya padaku? Tenanglah, aku akan menjaganya seperti anakku sendiri," ucap Bupo membuat Tier dan Marta langsung menggeleng, di ikuti dengan gerakan tangan keduanya yang menunjang kata tidak jika di ucapkan.
"Bukan. Bukan seperti itu. Hanya saja itulah yang dipesankan orangtuanya pada kami. Kau jangan tersinggung," sanggah Marta cepat.
"Ah, begitukah? Baiklah, aku juga tidak akan memaksa kalian," ucap Bupo tersenyum membuat mereka ikut tersenyum. Bupo berdiri dari duduknya, "Baiklah. Aku akan ke belakang. Aku juga akan pergi keluar sebentar," ucapnya.
"Ya, berhati-hatilah," ucap Befra.
Bupo hanya mengangguk dan pergi meninggalkan mereka.
"Jelaskan padaku, apa yang terjadi saat aku tidak sadarkan diri. Kenapa kalian begitu bersikeras untuk menunggu Perly? Bukankah lebih baik kalau kita membiarkan dia beristirahat di sini?" tanya Befra beruntun menatap Marta dan Tier bergantian.
Telunjuk Marta dengan cepat menempel di bibir Befra, sambil menggumam kata, "Sstt ...." Dengan sesekali menoleh ke belakang, "Pelankan suaramu. Kamu kenapa jadi banyak bicara seperti ini?" ucapnya menatap Befra kesal.
Menurunkan telunjuk Marta, "Maka dari itu. Jelaskan padaku," desak Befra.
"Baiklah," ucap Tier.
Tier akhirnya menjelaskan semuanya tentang paman misterius itu dan nasehat yang paman itu katakan padanya dan Marta.
"Aneh sekali," gumam Befra setelah mendengar penjelasan Tier.
"Ah ya, aku lupa. Dulu, dia pernah menyinari tangan Perly hingga lambang-lambang di tangan Perly terlihat. Itulah kenapa dia tau tenang Perly dan kesatria," ucap Marta membuat mereka berdua menatapnya.
"Dan kau tidak menganggap itu aneh sejak awal?" tanya Tier dan Marta hanya menggeleng polos.
Begitu polos gelengan itu sampai membuat Befra mengerang kesal, "Astaga Marta. Seorang Lightning yang bisa menyinari seseorang sampai bisa melihat yang tersembunyi dari orang itu hanyalah keturunan kerajaan dan angel. Kenapa kamu tidak menyadari itu?" ucap Befra panjang lebar.
Marta masih memasang wajah polos yang tampak berpikir. Dia lantas bertanya, "Bukankah semua Pengendali Lightning bisa melakukannya? Kalian tidak percaya? Itu ada tertulis dalam buku milikku," ucapnya membela diri. Merasa tidak ada yang salah dengan pemikirannya.
Menghembuskan nafas kasar, "Dengar." Marta beralih menatap Tier yang berbicara, "Apa yang ada di buku itu memang benar. Tapi ini berbeda Marta. Aku yang menyembunyikan lambang itu, bukan pengendali biasa. Dan yang bisa membukanya tentu saja yang memiliki kekuatan setara denganku. Apa kau juga belum paham?" Tanya Tier setelah menjelaskannya pada Marta.
Kening gadis itu mengerut, mengingat kalimat apa yang tertinggal dia baca dalam buku takdir miliknya. Namun kerutan itu tak lama, yang kemudian digantikan oleh pelototan matanya dan menepuk keningnya pelan. Kenapa dia tidak terpikir sampai ke sana? Ah tidak, kenapa dia bisa melupakannya?
"Pantas saja, Bupo tidak bisa melihatnya." gumam Marta pelan.
"Sekarang Befra lebih cerdik daripada dirimu," ejek Tier membuat Marta kesal.
Bukannya senang, Befra malah menatap kesal pada Tier, "Apa maksudmu sekarang? Jadi sebelumnya aku bodoh? Begitu?" ucap Befra menatap Tier marah.
"Aku tidak bilang begitu. Kau sendiri yang mengakuinya," jawab Tier santai.
Belum sempat Befra membalas, Marta lebih dulu berucap, "Tapi kenapa dia mengaku sebagai penjaga Pangeran Lightning padaku?" tanya Marta lagi.
"Itulah yang tidak aku mengerti. Andai saja wajah keturunan kerajaan terdahulu dilukiskan di buku takdir, kita pasti mengetahuinya," ucap Tier.
"Atau, apakah dia adalah seorang angel?" tanya Befra menatap mereka bergantian.
"Shh ...."
Mereka bertiga langsung menoleh ke belakang, dan mendapati Perly yang sudah mulai bergerak.
"Perly, kamu sudah sadar?" Pertanyaan bersifat impulsif itu langsung keluar dari mulut Befra.
"Perly apakah kamu bisa mendengar kami?" tanya Marta juga sama senangnya dengan Befra melihat Perly yang sudah sadar.
"Sshhh ...." Perly meringis sambil memegang dadanya saat ingin duduk.
"Tidak perlu duduk. Kau berbaring saja, kondisimu masih belum membaik," ucap Tier cepat dan kembali membaringkan Perly.
"Marta, ambillah bunga kehidupan yang dulu Bupo bawa. Sepertinya masih ada," ucap Tier pada Marta.
Marta mengangguk dan berjalan ke dapur untuk mengambil bunga itu.
"Perly, aku sangat menghkawatirkan keadaanmu," ucap Befra menggenggam tangan Perly erat.
Perly hanya tersenyum lemah tanpa menjawab apa-apa. Rasanya tenggorokannya terasa sakit saat akan bersuara.
"Ini, makanlah. Ini akan membuat energimu kembali," ucap Marta memberikan sebuah kelopak bunga pada Perly.
Perly menerimanya dan langsung memakannya. Tak lama, sebuah gelas berisi air sudah terulur padanya, Befra pelakunya. Dan tentu, Perly menerimanya dengan senang hati.
"Bagaimana sekarang?" tanya Marta.
"Terimakasih karena telah menjagaku," ucap Perly masih dengan suara sedikit serak dan tersenyum pada mereka.
Mereka bertiga tersenyum lega mendengar suara Perly. Pikiran negatif terus saja menghantui pikiran mereka saat Perly tak sadarkan diri, dan hal ini membuat pikiran itu hilang.
Perly duduk dan bersandar di dinding. Wajahnya masih pucat, karena kekuatannya belum sepenuhnya kembali.
"Kita ada di mana?" tanyanya saat melihat dia berada di dalam sebuah rumah. Tampak sangat asing di matanya.
"Kita sudah berada di daerah Lightning. Dan sekarang kita berada di rumah salah satu pengendali. Namanya Bupo, dialah yang sudah mengobatimu dan kami semua," jawab Marta.
Perly hanya mengangguk mengerti.
"Perly, apa kamu sudah tidak apa-apa? Apakah ada yang terasa sakit?" tanya Tier pada Perly. Perly menggeleng, "Tidak. Aku merasa lebih baik sekarang. Bagaimana dengan kalian?" tanyanya pada mereka bertiga
"Jangan katakan apapun tentang kekuatanku pada Perly. Aku tak ingin dia merasa bersalah."
Befra kembali membuka matanya sedangkan Marta dan Tier hanya mengangguk pelan.
"Ya seperti yang kamu lihat. Kami baik-baik saja," ucap Marta tersenyum.
Perly ikut tersenyum, merasa lega mendengar itu, "Baguslah, aku senang kalian tidak celaka karena aku," ucapnya
"Perly, ada kabar baik untukmu." Tier tersenyum dan Perly hanya membuat wajah menunggu di sana, menunggu kabar apa yang akan Tier beritakan padanya.
"Es abadi milik Befra sudah hilang total dari dalam tubuhmu, kamu tidak perlu takut lagi kalau es itu akan menembus jantungmu." ucap Tier membuat Perly tersenyum lebar, "Benarkah?" tanyanya semangat.
"Ya itu benar," jawab Befra.
"Eh, jangan gunakan kekuatanmu dulu. Kekuatanmu masih belum kembali seutuhnya," ucap Befra menghentikan gerak tangan Perly yang ingin mengeluarkan kekuatannya. Pasti gadis itu ingin mencobanya.
"Kenapa begitu?" tanyanya bingung dengan kepala yang sedikit dimiringkan ke kanan. Terlihat seperti anak kecil yang ingin tahu sesuatu.
"Saat dalam perjalanan ke sini, es abadi milik Befra hampir membuatmu membeku, tapi untunglah kita sampai tepat waktu dan Bupo langsung mengobatimu. Karena itulah kekuatanmu masih belum kembali seutuhnya," jelas Marta.
"Begitukah?" Perly mengangguk pelan, "Ya sudahlah, tidak apa," ucapnya terlihat pasrah.
Tapi ada yang janggal di pendengarannya, "Kalian membicarakan siapa tadi? Bupo? Sedari tadi aku tak melihat dia, aku ingin bertemu dengannya dan mengucapkan terimakasih karena telah menyelamatkanku, di mana dia sekarang?" tanya Perly menatap mereka bergantian.
"Sepertinya dia ada urusan. Dia akan kembali nanti." jawab Tier dan Perly hanya mengangguk.
"Perly, boleh aku bertanya?" tanya Marta menatap Perly.
"Apa?"
"Bagaimana kamu mengetahui kelemahan dari ular yang menyerang kita dulu?" tanyanya.