Number 18

1901 Kata
Perly kembali teringat pada kejadian itu. Dia berfikir sejenak sebelum akhirnya bercerita, "Sebenarnya aku tidak tau apa-apa, tapi ular itulah yang memberitahukannya padaku," ucap Perly membuat mereka bingung. "Aku tidak mengerti," ucap Befra mewakili. "Waktu itu, saat aku mencoba untuk berkonsentrasi membuat perisai, tiba-tiba aku mendengar seseorang memanggilku. Setelah lama suara itu memanggil namaku, aku baru menyadari bahwa yang berbicara padaku adalah ular itu," jelas Perly membuat mereka terkejut. "Kamu berbicara pada ular itu?" tanya Tier memastikan. Perly mengangguk, "Ya. Kalian tidak mendengarnya? Bukankah jarak kalian lebih dekat dengannya waktu itu?" tanya Perly. "Tidak, kami tidak mendengarnya." jawab Befra membuat Perly terkejut. Bagaimana bisa hanya dia yang mendengarnya? Itu tidak mungkin. Suara ular itu tidaklah kecil sehingga mereka tidak dapat mendengarnya. Tapi, dia jadi mengerti sekarang. Ini sebabnya kenapa mereka semua terlihat bingung saat dirinya mengatakan untuk tidak membekukan taring ular itu. "Bagaimana mungkin?" tanyanya tak percaya. "Perly, kamu dan ular itu pasti sedang bertelepati," ucap Marta diangguki Befra dan Tier. "Telepati?" tanyanya mengulang ucapan Marta. "Ya. Itu adalah percakapan batin yang dilakukan oleh seseorang kepada orang yang dia tuju, melalui pikirannya," jelas Marta. Befra segera menambahkan, "Kamu tidak berbicara lewat mulutmu bukan? Saat itu pasti kamu sedang berbicara dalam hati, benar?" ucap Befra membuat Perly langsung mengangguk. "Ya, itulah yang di namakan dengan telepati. Dan itu tidak akan didengar oleh yang lainnya, jika mereka tidak fokus pada percakapan yang kalian lakukan," lanjut Befra. "Wah, dunia ini semakin canggih!" ucap Perly antusias. Andai saja di dunia manusia ada hal semacam ini, pasti segala bentuk ulangan dan ujian ditiadakan karena semua muridnya pasti melakukan telepati untuk mencontek, pikir Perly. Tapi tetap, Perly adalah tipe gadis yang memiliki pemikiran yang sensitif, maka segera timbul pertanyaan, "Tapi yang berbicara padaku adalah seekor ular, apa telepati juga berlaku pada hewan?" tanya Perly penasaran. "Memang bisa, tapi tak semua pengendali bisa mendengar saat hewan bertelepati dengannya," jawab Tier. "Maksudnya apakah aku adalah orang yang istimewa?" tanya Perly mengerjap-ngerjapkan matanya berkali-kali dengan kedua tangannya yang di tangkup di wajahnya membentuk kelopak bunga. "Jika kami jawab iya, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Marta. "Aku akan puas menjelek-jelekkanmu pada semua hewan yang ada di sini," jawabnya lalu tertawa kencang. "Kau ini!" Marta mengambil ancang-ancang untuk memukulnya. "Lihatlah, kau sangat kasar padaku," ucapnya menatap Marta sinis. "Hey! Apa aku pernah memukul atau mencelakaimu?" tanya Marta kesal. "Kau tidak lihat tanganmu sedang berancang-ancang untuk melakukannya?" tanya Perly santai membuat Marta beralih menatap tangannya yang menggantung di udara. "Marta, kamu tidak akan menang berdebat dengannya, jadi mengalah saja," ucap Befra terkekeh membuat Marta berdecak. "Perly, apa kamu ingin tau orang seperti apa yang bisa bertelepati dengan hewan?" tanya Tier pada Perly. Raut Tier berubah sangat serius kali ini. "Apakah itu sangat penting?" "Tak masalah jika kamu menganggap itu tak penting," jawabnya. "Baiklah. Aku juga penasaran." ucap Perly setelah berpikir sejenak. Tier memejamkan matanya dan mengangkat telapak tangannya. Tier menjentikkan jarinya dan buku takdir miliknya sudah ada di atas telapak tangannya. "Kamu bisa mencarinya di sini," ucap Tier menyerahkan buku itu padanya. "Bagaimana aku mencarinya? Apa aku harus membaca ini dari awal?" "Berkonsenterasilah, dan katakan apa yang ingin kamu ketahui itu," ucap Tier. Perly menurutinya dengan menutup matanya lalu mengatakan dalam hati apa yang ingin dia ketahui. Dan di detik berikutnya, lembaran buku itu terbolak-balik dan berhenti pada lembaran yang tepat. • "Aku, orang yang pernah bertemu denganku, orang yang aku sentuh menggunakan kekuatanku, orang yang pernah melihat kekuatanku, orang yang aku pilih untuk melihat bagaimana wujudku, dan orang-orang yang aku percayai untuk hal-hal itu. Dia atau merekalah yang pendengaran hatinya, serta penglihatannya menembus lapisan-lapisan bumi dan langit." Itulah tulisan yang Perly baca di buku itu. "Aku? Siapa aku yang di maksud di sini?" tanya Perly pada mereka bertiga. "Perly, saat kamu mengatakan kalau kamu pernah melihat pendahulu yang menulis buku ini. Apa itu sungguh-sungguh?" Bukannya menjawab, Marta malah balik bertanya pada Perly dengan menatapnya serius. Perly terdiam. Apakah itu artinya 'aku' yang di maksud dalam tulisan ini adalah pendahulu itu? "Jika kamu bertanya kamu memiliki keistimewaan, maka iya. Kamu memilikinya. Dan aku yakin, kamu cukup pintar untuk mengerti kenapa keistimewaan itu ada padamu," timpal Befra juga menatap Perly. Bagaimana ini? Apa Perly harus menceritakannya? Apakah tidak apa-apa jika dia memberitahukan hal itu pada mereka? Melihat Perly tak kunjung menjawab, Tier bersuara, "Jadi, benar kalau kamu pernah bertemu dengannya?" Perly menatap mereka satu persatu yang menatapnya seolah menuntut untuk dirinya segera bercerita, atau setidaknya bersuara untuk membalas ucapan mereka. Gadis itu menghembuskan nafas pelan, lalu dirinya menunduk, sedikit banyaknya terlihat takut akan tatapan mereka, "Kalian terlihat seperti sedang mengintimidasiku," gumam Perly pelan. Mereka terdiam, benar begitu? Ah, sepertinya mereka sedikit berlebihan. "Perly, tak masalah jika kau tak mau cerita. Kami tidak akan memaksanya," ucap Befra merasa tidak enak hati membuat gadis yang baru saja terbangun dari tidur_cukup_panjangnya ini merasa tak nyaman. Tapi ucapan Befra terdengar seperti, kalau dia tidak menceritakannya maka mereka akan kecewa dan merasa tidak dipercayai. "Apakah akan terjadi sesuatu jika aku menceritakannya atau tidak?" tanya Perly akhirnya memberanikan diri menatap mereka. Suasananya cukup canggung saat ini. "Perbuatan yang kamu lakukan tentunya menimbulkan akibat nantinya. Tapi bukankah kami ada untuk membantumu menanggungnya?" ucap Marta tersenyum. Perly menghembuskan nafasnya panjang, "Baiklah akan aku ceritakan," ucapnya. "Aku menemuinya ...." Perly terdiam sejenak lalu menggeleng, "Bukan ...." Dia membantah ucapannya sendiri, "Aku rasa dialah yang menemuiku. Waktu itu ketika festival yang diadakan untukku. Kamu ingat saat aku diam seperti patung di tempat?" tanyanya pada Marta dan Marta mengangguk. "Bukan aku. Tapi kalian semualah yang mematung, dan hanya aku yang dapat bergerak. Ketika itulah aku melihatnya, dia berdiri tepat di depanku, berbicara padaku, menyentuhku menggunakan kekuatannya, dan memperlihatkan kekuatannya padaku," lanjutnya membuat mereka terkejut. "Kamu ingat bagaimana rupanya?" tanya Tier dan Perly mengangguk pelan. Katanya, "Aku tidak dapat membedakan wajahnya denganku," ucapnya pelan. Mereka kembali terkejut mendengarnya. Apakah ini sebuah kebetulan? Atau apakah ini termasuk takdir yang ditulis oleh pendahulu itu sendiri? Gadis itu terlihat sedikit frustasi. Sekelibat pikiran Marta teringat ketika malam di rumah Befra, Perly terlihat gelisah, apakah ini penyebab sebenarnya? "Aku juga tidak tau bagaimana bisa itu terjadi, tapi yang jelas itulah yang aku lihat. Kalian tau? Aku seperti sedang bercermin ketika dia berada di hadapanku," ucap Perly saat tatapan mereka menatapnya dengan tatapan bertanya. "Aku tidak mengerti kenapa ini bisa terjadi " gumam Tier. Maka Marta menyimpulkan tebakannya benar, bukan tenang kenapa itu bisa terjadi, tapi mungkin tentang, "Apa yang dia bicarakan denganmu?" tanyanya langsung pada intinya. Perly yang mendengar itu kembali teringat pembicaraannya dengan pendahulu itu. Sebuah pembicaraan yang membuatnya tidak dapat berpikir jernih. Dan yang satu itu, Perly belum mempunyai persiapan untuk membicarakannya pada mereka. Atau mungkin, Perly akan mengubur yang satu itu agar mereka tak lagi bisa menggalinya. "Tidak ada. Dia hanya memperlihatkan padaku bagaimana perjalanan kita," jawab Perly tersenyum. Dan Marta cukup tau kalau senyum itu adalah sebuah senjata yang cukup ampuh untuk menutupi bagian palsu yang tak ingin Perly ungkap kebenarannya pada mereka. Dan Marta juga tau kalau alasan gadis itu adalah karena dia tidak ingin membebani pikiran dirinya, Tier, dan Befra dengan mengatakan yang sebenarnya. Baiklah, Marta tak akan memaksanya. "Apa ini ada hubungannya dengan kamu sebagai penyelamat? Dia menemuimu karena kamu adalah penyelamat yang di takdirkan itu. Aku rasa itu lebih masuk akal dari pada hanya menganggapnya hanya sebuah kebetulan," ucap Befra setelah lama terdiam. "Ya aku setuju. Semuanya pasti berhubungan." timpal Marta. "Wah, kamu sudah sadar rupanya!" Bupo tiba-tiba datang dan berseru senang. "Bupo, tidak bisakah kamu tidak membuatku terkejut?" tanya Marta menatap Bupo kesal. Bupo tak terlalu menanggapi sebenarnya, tampak ketika pria berbadan besar itu berbicara tanpa mengalihkan tatapan dari Perly yang tersenyum ke arahanya, katanya, "Aku terlalu senang Marta." Dan langsung mendudukkan diri di samping Perly. "Bagaimana keadaanmu? Apakah ada yang terasa sakit?" tanyanya pada Perly. Perly tersenyum dan menggeleng, "Tidak," katanya, "Itu berkat dirimu yang mengobatiku. Terimakasih banyak," ucapnya memeluk Bupo. Meski sedikit terkejut saat Perly tiba-tiba memeluknya, namun tak membuat Bupo melupakan bahwa dirinya juga harus membalas pelukan itu, "Aku ikut senang melihatmu sembuh," jawabnya tersenyum. "Kapan kekuatanku akan kembali sepenuhnya?" tanya Perly melepas pelukannya. "Tidak akan membutuhkan waktu lama, kau hanya perlu istirahat untuk memulihkannya," jawab Bupo. Pria itu kemudian kembali berdiri, "Ya sudah. Kalian beristirahatlah supaya tenaga dan kekuatan kalian cepat pulih," sambungnya. "Terimakasih banyak," ucap Perly lagi sambil tersenyum. Bupo hanya tersenyum dan mengangguk lalu pergi dari hadapan mereka. • Sinar matahari pagi sudah kembali tampak, lebih terlihat benderang walaupun masih di pagi hari. Perly, Marta, Tier dan Befra sedang bersiap untuk memulai perjalanannya mencari pangeran lightning yang juga salah satu kesatria, sama seperti mereka. "Kalian akan berangkat se-pagi ini?" tanya Bupo sambil menyiapkan beberapa bekal untuk mereka. Tier yang sedang mengikat tali alas kakinya, menoleh sebentar sebelum menjawab, "Lebih cepat akan lebih baik." "Baiklah. Aku sudah menyiapkan bekal kalian. Kalian pasti akan membutuhkannya nanti," ucapnya menyelesaikan pekerjaannya. Mereka bertiga tersenyum mendengarnya, melihat ke atas meja yang sudah tersedia tiga buah tas karung di sana, "Kamu sangat baik. Kami beruntung bisa bertemu denganmu di sini." ucap Befra. "Jangan berbicara seperti itu, aku sudah mati-matian menahan diri untuk tidak ikut serta dengan kalian. Jangan membuatku memaksa untuk ikut," ucapnya memasang ekspresi sedih. Mereka berempat malah tertawa mendengarnya, Bupo lebih terlihat lucu dari pada sedih. "Kami pasti akan merindukanmu nantinya," ucap Perly memeluk Bupo dan kemudian diikuti oleh yang lainnya. Bupo membalas penuh sayang pelukan mereka, "Kalian membuatku menangis." ucapnya mengusap air matanya yang sempat menetes. Dia tak bergurau soal dirinya sedih karena mereka akan pergi. "Yasudah, kalian berangkatlah. Ingatlah untuk kembali ke sini jika kalian tidak menemukannya," ucap Bupo memperingati. "Jika kami menemukannya, bagaimana?" tanya Marta. Sebenarnya itu hanya pertanyaan yang bersifat candaan, namun siapa sangka kalau Bupo menanggapinya serius dengan benar-benar menjawab dengan nada serius, "Kalian tinggal memberitahukannya padaku, agar aku tidak mencemaskan kalian," jawab Bupo. Perly yang sedang memperbaiki tatanan rambutnya menoleh dengan tatapan heran, "Caranya? Kami harus menemuimu dulu di sini untuk berpamitan begitu?" tanya Perly. Dan yang mereka lupakan adalah sifat Perly yang serba ingin tahu itu tak mereka tutup dengan pengetahuan yang satu itu. Harusnya mereka menjelaskan sedetail-detailnya pada Perly agar tak memancing pertanyaan yang mencurigakan seperti itu. "Jika kita bisa bertelepati, kenapa harus merepotkan diri," jawab Bupo merotasi bola matanya malas. Dan gadis itu tampak terkejut, lebih kepada takjub, "Benarkah? Apakah telepati bisa dilakukan dalam jarak jauh?" tanya Perly antusias. Karena sungguh, dirinya baru mengetahui hal ini. Tier, Marta, dan Befra di buat meringis mendengar nada antusias itu. Ingin sekali mereka segera membungkam mulut Perly dan pergi dari sini. Tapi mereka tak se-tega itu melakukannya pada Perly yang masih belum sembuh total. Juga, itu akan membuat Bupo semakin dilanda rasa curiga. Kening Bupo mengerut, "Nada bertanyamu terdengar seperti seseorang yang baru mengetahui telepati," ucap Bupo terkekeh pelan. Perly terdiam, baru menyadari bahwa mungkin saja apa yang dia tanyakan bukanlah suatu hal yang baru di dunia ini. Dia merutuki mulutnya, juga merutuki ketiga temannya yang memang patut dia salahkan karena tidak memberitahunya apa-apa tentang ini. Perly menggaruk kepala belakangnya, "Ah, tidak. Aku memang terlalu semangat," ucapnya sebagai alibi. "Ayo kita berangkat," ucap Tier cepat sebelum Bupo bertanya lebih dalam lagi. Mereka semua berjalan ke luar rumah Bupo, dan melambaikan tangannya pada Bupo yang mengantar mereka sampai di depan pintu. "Tidak salah jika mereka yang di takdirkan sebagai penyelamat dan kesatria," ucap Bupo tersenyum melihat kepergian Perly dan yang lainnya. "Mereka cerdik dan berpikir kritis tentang sesuatu. Tapi untunglah, mereka tak menyadari aku," lanjutnya dan setelah itu menghilang. •
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN