Number 19

2804 Kata
"Apa kalian pernah berpikir kalau dunia manusia itu tidak ada? Sama seperti manusia yang tidak percaya kalau mermaid dan fairy tidak ada?" Pertanyaan random Perly layangkan kala rasa bosan mulai menghantam keras mulutnya untuk segera memecah keheningan di sepanjang perjalanan. Mereka bertiga menoleh, "Kami percaya dengan keberadaan manusia. Jika kami tidak percaya, kami tidak akan membuat jalur tersembunyi di bawah laut menuju dunia fairy, kau tau sendiri kalau itu dibuat untuk menghindari manusia. Tidak mungkin juga ibumu menitipkan dirimu pada manusia jika kami tidak tau bahwa dunia manusia itu ada, " jawab Tier diangguki Marta dan Befra. "Ah, ya," katanya mengangguk kecil, "Aku melupakan yang satu itu," ucap Perly pelan. Namun pertanyaan tidak sampai di sana, dia kembali melontar pertanyaan, "Apakah kalian pernah bertemu dengan manusia?" tanyanya lagi. Befra menunjuk Perly, "Bukankah kamu adalah salah satu manusia?" tanya Befra membuat gadis itu mendengus. Dia tau, Befra hanya berusaha menjahilinya. Lihat saja, wanita itu sekarang malah terkekeh geli melihatnya kesal. "Bukan aku. Maksudku, sebelum aku datang ke sini," ralat Perly sedikit dibumbuhi nada kesal di sana. "Ayahku bilang, banyak fairy maupun mermaid yang bertemu dengan manusia. Apalagi dulu untuk menuju dunia fairy, para mermaid harus ke daratan dan terbang melewati langit," jelas Marta membuat Perly segera menatapnya kala mendengar kata terbang yang Marta ucapkan. "Benarkah? Lalu apa yang terjadi? Apa manusia tidak menangkap mereka? Atau mungkin merekam mereka?" tanya Perly penasaran. Atau apakah para fairy terlihat kecil kalau di dunia manusia? Itu pertanyaan yang Perly simpan di dalam hati. Jika dia lontarkan, maka Marta akan dengan senang hati melemparinya dengan batu. Gadis itu terlalu sensitif. "Tidak. Karena mermaid dan fairy mempunyai kekuatan untuk menghentikan waktu, walaupun itu berbatas tapi itu sangat membantu untuk menghindari manusia." jawab Tier. Perly mengangguk mengerti. Jadi itu sebabnya dulu saat dia bertemu ibunya di pantai, semuanya tidak bisa bergerak seperti patung. "Tapi kenapa kalian begitu menghindari manusia? Kalian mempunyai kekuatan, kalian bisa saja membuat mereka tidak mengingat kalian, atau kalian bisa saja menyamar. Bukankah kalian juga memiliki kaki seperti manusia jika di daratan?" ucap Perly panjang lebar. "Ya semua itu memang benar. Kami bisa melakukan apapun yang membuat manusia tidak bisa menangkap kami, juga, kami bisa berubah seperti manusia normal. Tapi pernahkah kamu melihat ikan yang mati jika dia berada di darat?" tanya Marta dan Perly hanya mengangguk, "Begitulah kami nantinya jika berada terlalu lama di dunia manusia. Dan jika itu terjadi, wujud asli kami sebagai mermaid akan kembali setelah kami mati," lanjutnya membuat Perly sedikit bingung. "Aku jadi bingung. Kalian bisa mati jika berada terlalu lama di dunia manusia, tapi kenapa di sini kalian bisa bertahan hidup? Bukankah ini sama-sama daratan?" Lihat? Ada saja pertanyaan yang muncul dari otak kecil gadis manusia ini. "Suhu, keadaan, lingkungan, dan semua yang ada di sini jauh berbeda dengan dunia manusia. Bukan hanya kami, tapi manusia yang berada di sini juga akan mati dalam waktu kurang dari sepuluh menit." jawab Tier. Mata Perly melotot, "Oh! Kalian juga tau tentang jam?" tanyanya setengah memekik membuat Tier mengangguk, "Sedikit banyaknya kami juga belajar apa yang ada di dunia manusia. Yaa, hanya hal-hal dasar," jawabnya setelah itu yang entah kenapa mengundang tepuk tangan kecil dari Perly. Sepertinya gadis ini benar-benar takjub mendengarnya. "Wah! Itu keren!" hebohnya dengan senyum cerah. Yang mereka tidak tau adalah, apa yang membuat Perly sampai se-heboh ini? Namun senyum cerah itu tak lama, hanya seperkian detik gadis itu mengubahnya menjadi raut bingung. Entah pertanyaan seperti apa lagi yang Perly pikirkan saat ini. "Tunggu dulu," ucapnya menatap Tier, "Kau bilang, manusia akan mti di sini dalam waktu kurang dari sepuluh menit?" tanyanya yang hanya diberi anggukan oleh Tier. Bukankah ucapannya jelas tadi? Untuk apa Perly masih bertanya? Dan di detik berikutnya, tatapan gadis itu menyendu. Menyiratkan akan rasa sedih membuat langkahnya terhenti. "Itu artinya aku tidak bisa kembali ke dunia manusia? Dan aku juga tidak bisa membawa mereka ke sini? Begitukah?" tanya Perly menatap kosong ke bawah, pada kedua kakinya. "Apakah benar-benar tidak ada cara untuk aku kembali kepada keluargaku yang dulu?" tanyanya lagi. Melihat itu, Befra segera menyentuh bahu Perly, "Apa kamu tidak ingin berada di sini? Kamu tidak menganggap kami sebagai keluargamu juga?" tanya Befra membuat Perly mengangkat kepalanya dan menatap mereka. "Aku tidak ingin meninggalkan kalian, tapi aku juga ingin mereka ada di sini. Tidak bisakah? Aku hanya ingin kita, kalian dan mereka ada di sini untukku ...," lirihnya di akhir kalimat. Marta kemudian memeluk Perly. "Aku tidak ingin memberimu harapan dengan mengatakan, kalau itu semua bisa terjadi, karena kamu akan kecewa jika itu semua tidak terjadi. Dan aku lebih memilih menyakitimu dengan mengatakan, itu tidak akan terjadi, karena setidaknya rasa sakit itu akan membuatmu lega dan tidak lagi membebani pikiranmu," ucapnya. Perly membalas pelukan Marta. Dia sadar apa yang dia ucapkan itu pasti membuat mereka tersinggung. Perly merasa bersalah, mereka sudah menyayanginya dan dia malah memikirkan masa lalu yang tidak akan terulang lagi. "Maafkan aku. Tidak seharusnya aku membahas itu lagi," ucap Perly menatap mereka bergantian. "Bukan salahmu jika kamu memikirkan mereka. Tapi kamu juga harus fokus pada tujuanmu saat ini," ucap Tier menepuk pelan puncak kepala Perly. Persis seperti seorang kakak yang memberi semangat pada adiknya. Perly tersenyum dan mengangguk, "Baiklah. Mulai saat ini aku tidak akan membahas itu lagi. Aku akan mencoba menjalani kehidupanku yang sekarang. Dan aku sangat membutuhkan kalian untuk mendukungku," ucapnya penuh keyakinan. "Itulah gunanya kami ada bersamamu," ucap Befra tersenyum membuat Perly ikut tersenyum ke arahnya. Namun senyum itu luntur, kala matanya tak sengaja menoleh ke atas, "Befra awas!" Perly langsung melindungi Befra menggunakan perisai miliknya saat dia melihat dahan pohon akan jatuh menimpa Befra. "Kamu tidak apa-apa?" tanyanya pada Befra. "Aku baik-baik saja. Terimakasih," ucapnya dan Perly hanya mengangguk. Terasa ada yang janggal. Dan di detik berikutnya, Marta yang lebih dulu menyadari hal itu, "Perly, kekuatanmu sudah kembali lagi!" ucap Marta senang. Perly yang baru menyadarinya lantas melihat kedua tangannya dan tersenyum senang, "Kau benar!" serunya senang. Mereka bertiga ikut tersenyum melihat Perly yang tersenyum lebar. "Hah ... sepertinya darah fairy sudah mengalir dalam tubuhku. Rasanya ada yang aneh ketika aku tidak bisa menggunakan kekuatanku," ucapnya senang seraya menggunakan kekuatannya pada batu-batuan yang ada di sana. Begitu antusias mencoba kekuatan yang terbilang baru ada padanya. Lain hal dengan Perly yang merasa sangat senang, Befra justru masih bersedih karena dia masih belum bisa menggunakan kekuatannya. Dia sudah mencobanya sedari tadi, namun hasilnya nihil. "Jangan bersedih. Kekuatanmu pasti akan kembali lagi," ucap Tier berbisik pada Befra. Befra hanya tersenyum sambil mengangguk. Tier benar, kekuatannya akan kembali lagi nanti. Dia hanya perlu menunggu saat itu tiba. "Befra," Befra mengalihkan penglihatannya pada Perly yang memanggilnya. Perly tersenyum, "Aku pikir aku akan memberimu hadiah," ucapnya lagi membuat Befra dan yang lainnya bingung. Perly mendekat pada Befra dan kemudian menempelkan telapak tangan kanannya pada bahu bagian kanan Befra, tepat pada lambang milik Befra. Gadis itu tersenyum sambil perlahan menutup matanya, "Tutup matamu dulu, Befra," ucapnya yang langsung dituruti oleh Befra meski dirinya belum mengerti apa yang akan Perly lakukan. Terhitung lima belas detik, bahu Befra kemudian mengeluarkan cahaya dan barulah Perly melepaskannya setelah cahaya itu meredup. "Perly apa yang kamu lakukan," ucap Befra. Yang di tanya masih tersenyum manis, katanya, "Itu akan membantumu selagi kekuatanmu belum kembali." Yang sukses membuat mereka terkejut. Befra menunjuk Perly, "Kamu mengetahuinya?" tanya Befra pelan. • Perly mengedikkan bahunya, "Ya. Aku mendengarnya saat kalian bertelepati," ucap Perly kembali melanjutkan langkahnya. "Tapi bagaimana dengan yang tadi? Kenapa kamu bisa tau cara mencadangkan kekuatan?" tanya Marta sudah berjalan di samping Perly. Perly hanya diam, lalu memejamkan matanya dan mengangkat tangannya ke udara mengangkat sebuah buku di sana, "Aku mengetahuinya dari buku ini," katanya. Itu buku takdir milik Tier. Perly tersenyum menatap Tier, "Ini, maaf karena aku tidak mengembalikannya tadi malam. Kau pun tidak memintanya, jadi aku membacanya," ucapnya menyengir lebar sambil memberikannya pada Tier. Dan mau tak mau mereka terkekeh. Entah karena apa, yang jelas, ada sesuatu yang membuat mereka harus memberi tanggapan tersebut. "Yaa ... baiklah. Keturunan manusia ini sudah mulai pintar ternyata," ucap Tier menerima bukunya dan kembali menyimpannya. Mendengar kata pintar, anak itu malah memasang wajah pongah yang paling menyebalkan, "Aku hanya menyembunyikannya agar kalian tidak merasa tersaingi," ucapnya sombong mengibaskan rambutnya ke belakang sampai mengenai wajah Befra dan Marta. Puk! "Rambutmu ingin kupotong ya?!" teriak Marta kesal memukul_tak main-main_lengan Perly membuat gadis itu meringis mengusap lengannya. "Dasar sombong," timpal Befra bergumam pelan. Dia juga kesal omong-omong. Perly, gadis itu menatap sinis pada Marta yang memukulnya, "O ho ... akhirnya kau menuntaskan hasratmu untuk memukulku. Apa rasa penasaranmu tentang bagaimana rasanya memukulku telah hilang?" sarkasnya membuat Marta berkali lipat menahan kesal. "Anak ini!" Kembali mengambil ancang-ancang untuk memukul, namun Perly lebih dulu berlari ke depan, tepat di depan Tier. Meminta perlindungan dari pemuda itu dengan lidah terjulur mengejek Marta di belakang sana. "Hey, sudahlah. Berjalan dengan benar. Kau akan terjatuh kalau begini," ucap Tier memperingati membuat Perly berhenti dan berjalan dengan normal. Perjalanan kali ini tidak terlalu membosankan, apalagi dengan Perly yang selalu mencari masalah dengan Marta dan Marta yang malah dengan senang hati menanggapinya membuat Perly tidak ingin berhenti mengganggunya. Pupus sudah harapan Marta yang dulu mengatakan akan menjadikan kekesalan Perly sebagai hiburan. Kini semuanya berbalik padanya, dirinya yang berkali-kali dibuat kesal oleh anak ini. "Apa itu pasar?" tanya Perly saat melihat keramaian seperti di sebuah pasar di depannya. Tier mengangguk, "Iya. Di setiap daerah memang ada pasar," jawabnya sedikit menjelaskan agar gadis itu tak bertanya lagi. "Wah ...." Perly bertepuk tangan senang, "Ayo kita ke sana," ucapnya menarik tangan Marta. Lihat, tak peduli meski dirinya suka menjahili Marta atau sebaliknya, dia memang tidak akan bisa terlepas dari gadis itu. "Ya ya ... tapi bisakah kau tidak menarikku seperti hewan peliharaan? Ayolah, pasar itu tak akan lari ketika mereka melihatmu," oceh Marta seraya menyesuaikan langkahnya dengan Perly. "Kamu tidak usah mengoceh Marta. Ayo cepat," jawabnya tetap berjalan sambil menarik Marta. Atau mungkin itu lebih terlihat seperti sedang menyeret Marta. "Mereka benar-benar seperti adik dan kakak," ucap Befra yang melihat Perly dan Marta. Senyumnya mengembang melihat mereka. Tier ikut memperhatikan Marta dan Perly yang sedang memilih sesuatu di sana, tentu di bumbuhi dengan pertengkaran kecil, "Tapi aku melihat mereka seperti dua orang musuh yang tidak pernah berhenti bertengkar," jawab Tier menyanggah. Befra menatapnya sinis, "Orang sepertimu tau apa tentang hubungan kakak adik? Jelas saja kamu berpikiran seperti itu," ucap Befra dan berjalan meninggalkan Tier. Pemuda itu menganga mendengar respon itu, memandangi punggung Befra dengan kesal, "Wah!" serunya tak percaya, memasang tawa kecil yang kontan mengejek, "Lihat siapa yang bicara. Apa dia mempunyai begitu banyak saudara sehingga bisa berkata seperti itu?" gumam Tier dengan nada kesal. Dirinya mendecak lalu ikut menyusul Perly dan Marta. "Aku melihat ada banyak makanan daripada barang-barang lainnya. Aku jadi ingin membeli semuanya," ucap Perly antusias saat melihat barang-barang yang dijual oleh para pedagang. Mata itu berbinar, layaknya anak kucing yang melihat segerobak ikan asin. "Itu tidak dijual Perly," ucap Marta meralat ucapan Perly. Pernyataan itu membawa Perly kembali pada kenyataan kala dirinya sedang berhayal memakan semua makanan lezat yang tersaji di depan matanya, dia menoleh pada Marta, "Benarkah? Lalu untuk apa mereka berdagang?" tanyanya dengan raut bingung. "Itu adalah pemberian dari orang-orang istana. Setiap satu minggu sekali, mereka akan datang ke sini untuk membagikannya kepada para pengendali, begitupun dengan daerah lainnya," jelas Marta. "Kamu tidak lihat mereka semua memakai baju yang sama? Mereka adalah pelayan dan prajurit istana," timpal Befra yang sudah berada di samping Perly. "Kenapa mereka membagikannya?" Perly menggeleng, "Ah tidak, maksudku, kenapa sampai membagikannya?" Lagi, Perly menggeleng, "Bukan, bukan itu. Maksudku, apa yang terjadi sampai-sampai mereka membagikan ini semua?" Dan kali ini benar. Bunyi pertanyaannya sudah tepat, dia rasa. Dan itu membuat Tier siam-diam tertawa kecil. Lucu sekali. Hanya ingin menyebutkan hal yang sama sampai mengulangnya tiga kali. "Karena alat pembayaran tidak lagi diproduksi setelah semua queen dan king ditawan oleh para Monster Dark." "Aku semakin tidak mengerti," ucap Perly setelah lama dirinya mencerna perkataan itu. "Sudahlah. Jangan pikirkan itu, bukankah kamu menginginkan semua makanan dan barang-barang itu? Ayo kita cari apa yang kamu inginkan," ucap Marta berjalan lebih dulu. Seketika, Perly melupakan rasa penasarannya, "Ayo!" ucap Perly mengangguk semangat, beralih menarik tangan Marta yang tadi menarik tangannya. Dia yang akan memimpin jalan mereka. Dan Marta? Gadis itu hanya menurut diseret ke sana ke mari oleh remaja yang sedang dalam masa aktif itu. "Apa itu terlihat seperti musuh bagimu?" tanya Befra menatap sinis pada Tier lalu segera pergi dari sana setelah mendapat tatapan tak percaya dari Tier. "Astaga ...," gumamnya, "Dia masih saja membahas itu. Aku semakin tidak mengerti dengan pikiran wanita," lanjutnya dan kembali menyusul mereka. "Marta, ayo lihat ini," Marta berbalik dan melihat apa yang Perly tunjukkan padanya. "Lihatlah, gelang ini memiliki delapan gantungan lambang pengendali," ucap Perly menunjukkan satu gelang yang dia pegang. "Tapi ukurannya sangat besar untuk ukuran tanganku." ucapnya memasang gelang itu ditangannya yang tentu saja terlihat menggantung. Mungkin muat untuk dua tangan masuk ke dalam lingkaran itu. Marta melirik pada bibi yang membawa aksesoris itu diam-diam menahan senyum, ah ralat, tepatnya menahan tawa geli mendengar ucapan polos Perly. Dan Marta yang harus menanggung malunya, "Tentu saja," ucapnya lembut dengan senyum paksa di wajahnya, "Itu adalah gelang kaki, Perly sayang ...." Menekankan kata sayang dalam kalimatnya. "Ah benarkah? Kenapa kamu tidak bilang dari tadi," ucap Perly santai lalu berjongkok dan memasangnya di kaki kanannya. "Wah ... aku cantik sekali," pujinya sambil menggerakkan kakinya menimbulkan gemericing berisik dari gelang itu, tapi dia suka. "Pujian apa itu? Kamu sedang mencoba gelang, dan kamu malah memuji dirimu sendiri," ucap Tier geleng-geleng kepala. Pemikiran Perly memang berbeda dari yang lainnya. "Itu lebih baik daripada aku menjatuhkan diriku sendiri. Lagipula, gelang ini tidak akan berarti jika tidak ada yang memakainya," jawab Perly masih fokus pada gelang kaki baru miliknya. Tier hanya menghela nafas pasrah. Dirinya mengalah. Terserah Perly saja. Perly kemudian menatap si bibi, "Bibi, apa aku boleh mengambil ini?" tanyanya menunjukkan kakinya dan sedikit menggoyangkannya, membuat gelang itu kembali berbunyi. Si bibi tersenyum hangat dan mengangguk, "Tentu saja. Kamu tampak cantik memakainya," puji bibi itu. "Huft ... dia akan bertambah sombong dipuji seperti itu," ucap Marta menghela nafas membuat Befra dan Tier terkekeh. "Ah, kamu baik sekali Bibi. Aku jadi menyayangimu," ucapnya malu-malu sedangkan wanita itu hanya tersenyum. Menurutnya, Perly adalah gadis yang lucu. Lain hal dengan Marta yang menganggap, "Dasar aneh." Dia bergumam mengejek tapi masih memasang senyum tipis. Tak dia pungkiri, kalau Perly memang memiliki sisi lucu yang lebih mengarah pada menggemaskan. "Oh, tunggu sebentar." Bibi terlihat seperti sedang mencari sesuatu di sebuah wadah, tempatnya menyimpan barang bawaannya. Saat menemukannya bibi kembali menoleh dengan sebuah kotak kecil di tangannya. Bibi membuka kotaknya dan mengeluarkan sebuah gelang yang sepertinya terbuat dari akar tumbuhan. Namun yang menarik perhatian Perly saat melihatnya adalah sebuah bandul kecil berbentuk hati di sana. Sepertinya terbuat dari perak. Dia menatap Perly, "Gelang ini mempunyai pasangan. Dulu ada seseorang yang membelinya tapi hanya membeli satu, jika kau mau, ambillah. Sudah lama aku membawa ini tapi tak ada yang berminat mengambilnya selain orang itu," ucap wanita itu menyodorkan kotak kecil yang telah dibukanya. "Ini indah sekali," gumam Perly mengambil gelang itu. Jika di lihat sekilas, gelang itu terlihat sangat biasa, seperti tak memiliki daya tarik, terlalu sederhana untuk disebut indah dan semacamnya. Namun mata Perly berbinar lain, ada rasa senang kala dirinya melihat gelang itu. "Kamu menyukainya?" Bibi bertanya membuat Perly beralih menatapnya dan mengangguk, "Tentu, ini sangat indah. Bolehkah aku memilikinya?" tanya Perly yang sudah memasang gelang itu di tangannya. "Tentu saja. Aku juga sudah memberikannya padamu," jawab bibi ikut senang melihatnya. Perly akan berbalik, namun terhenti kala mengingat sesuatu, "Bibi, apakah tidak apa? Mungkin saja orang yang pernah mengambil gelang ini akan menanyakan pasangannya nanti?" tanya Perly memastikan. Dirinya tidak mau dianggap pencuri jika suatu saat dirinya ternyata bertemu dengan si pemilik gelang ini. Terlihat bibi menggeleng pelan, "Aku memang beberapa kali bertemu dengannya setiap kali kami berkunjung. Dia selalu menghampiriku menanyakan, apakah sudah ada orang yang mengambil gelang ini padaku, dan dia terlihat lesuh saat aku berulang kali menjawab tidak. Namun dirinya juga bersikeras tidak mau mengambilnya saat aku menyuruhnya untuk membawa serta gelang ini," jelas bibi sedikit menceritakannya. Perly terdiam, memangnya apa tujuannya sampai seperti itu? "Tapi mungkin dia akan senang saat mengetahui kalau gelang ini sudah memiliki seorang pemilik," lanjut bibi tersenyum membuat Perly mau tak mau harus mengulas senyum. "Yasudah, terimakasih banyak Bibi. Semoga aku bisa bertemu denganmu lagi," ucap Perly tersenyum lebar. Wanita itu hanya mengangguk dan Perly kembali menatap teman-temannya. "Lihatlah, bukankah ini indah?" tanyanya menggoyang-goyangkan gantungan gelang yang dia pakai. "Itu terlihat biasa saja," ucap Marta, terlihat sedikit menelisik gelang di pergelangan tangan Perly. "Kali ini aku setuju dengan Marta," ucap Befra diangguki Tier. Perly berdecak mendengarnya, sangat tidak terima dengan komentar itu, "Ck. Payah!" serunya, "Selera kalian tidak berkelas," lanjutnya kesal lalu berjalan ke tempat lain. "Sebenarnya siapa yang tidak berkelas di sini?" gumam Marta pelan lalu menyusul Perly.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN