Siapa dia

1055 Kata
Matahari bersinar dengan cerahnya. Namun Nada pergi ke kampus untuk update informasi perkuliahannya dengan mendung di hatinya, hari ini dia sengaja keluar lebih awal tanpa ditemani Saras dan Mita, alasannya dia tidak ingin dijemput Erga. Rasanya canggung saja toh Nada dan Erga tidak ada hubungan apa-apa selain teman. Saat membuka pintu pagar besi kiasannya, kepala Nada melihat sekeliling, tengok kanan dan kirinya, "Sepertinya tidak ada Erga, aman deh". Nada kemudian berjalan dengan tersenyum hingga beberapa langkah sebuah klakson mengejutkannya. "Ahhh...", Sambil menjerit dia menutup telinga dengan kedua tangannya. Dalam hati dia memaki pengendara ini seenaknya mengagetkan dia dengan bunyi klakson. Tin.. tin... Nada melototi pengendara itu ingin mengetahui siapa orang yang tidak punya aturan itu. Saat akan memaki justru Nada terkejut dua kali. "Sam, dia lagi dia lagi". Nada yang melotot semakin melotot dia berangkat lebih pagi agar tidak berjumpa dengan Erga sekarang malah bertemu dengan Sam. Apakah dia harus berangkat Subuh agar terhindar dari para lelaki ini. "Nada, aku antar kamu ke kampus". Nada yang masih kesal, tidak menanggapi Sam. Namun pandangan netranya masih mengarah ke pria itu. Sam juga bingung terhadap sikap Nada, setiap dia berbicara padanya Nada selalu diam, padahal ketika dia dicopet kemarin tampangnya cukup berani. Sam kemudian menjulurkan tangannya ke kepala Nada dan mendorong helaian rambut yang berserakan di pipi ke belakang telinganya. Gerakan ini meskipun halus membuat Nada menegang. "Ayo naik, aku tidak akan membuat rambutmu kusut" kata Sam. Entah karena takut atau tidak ingin membuat masalah Nada akhirnya naik ke motor itu. Lagi lagi dirinya tak berkutik mengikuti permintaan Sam. sampai diatas motor Nada sedikit menyesal, mengapa dia selalu patuh terhadap perintah Bos Geng Copet ini. Setiap perkataan Sam Nada selalu menuruti tanpa bantahan apapun. Karena melamun Nada tidak sadar tangannya sudah melingkar di pinggang Sam. Hingga dia merasakan tembok yang sedikit keras. Nada bergumam dalam hati "Ya Tuhan, apa yang aku lakukan, mengapa tanganku bisa memeluknya, tangannya berada di perut yang keras, apakah pria ini tidak punya sedikit lemak, pinggangnya kecil sekali, padahal punggungnya lebar, bahunya juga sepertinya kokoh dan kuat, kemungkinan dia punya tubuh yang bagus". Entah mengapa justru yang ada di pikiran Nada adalah bentuk tubuh Sam sepanjang perjalanan dia juga tersenyum rupanya dia sedikit c***l sekarang, dia gadis desa yang belum pernah pacaran namun belum tentu dia belum pernah lihat tubuh kotak-kotak seperti aktor di drakor kan. Tak berhenti sampai situ kemudian tangannya yang saling mengait dilepaskannya, kemudian telapak tangannya direntangkan hingga setiap jarinya menempel pada perut dan d**a Sam. Tak lupa juga pipinya disandarkan ke punggung Sam yang lebar itu. Biarlah dia menikmati momen ini batinnya. Sam yang mendapati perlakuan seperti ini hanya tersenyum saja. *** Sam sudah memprediksi hal ini akan terjadi, bagaimanapun juga dia tidak akan bersembunyi terus dari keluargnya. Dengan pembelian motor kemarin memudahkan keluarganya untuk melacak dirinya, hanya terpaut dua hari akhirnya Julius menghubunginya lebih dulu. "Rupanya kamu cukup bersenang-senang hidup diluar sana" Julius berkata di dalam telpon. "Lumayan" jawab Sam singkat, dia bukan orang yang suka berbasa-basi. "Ayah sudah tau kamu di Malang". "Apakah aku harus menyiapkan kopi". "Sam, sudah saatnya kamu kembali", ini adalah inti dari permintaan keluarga, Julius juga tidak bertele-tele, dia sudah menganggap Sam orang dewasa sekarang. "Aku ada persyaratan". "Katakan". *** Sudah seminggu sejak Nada diantar ke kampus oleh Sam, Sam tidak pernah muncul lagi di depannya. Padahal sebelumnya saat Nada tidak ingin bertemu malah Sam selalu muncul. Perasaannya kini tidak nyaman, ingin rasanya dia mengetahui kabar Bos Geng Copet itu, walaupun dia sangat tidak suka padanya, karena perlakuan Sam akhir akhir ini yang baik padanya Nadapun mulai merubah pandangannya terhadap Sam, mungkin dia tidak seburuk yang dia pikirkan. Ditopun juga menegaskan kalau mereka bukanlah geng pencopet, Nada selama tiga malam ini selalu dikirimi makanan oleh Dito juga selalu menegaskan kalau mereka bukan sampah. *** Tidak terasa perkuliahan semester baru akhirnya dimulai. Ini adalah hari pertama, Nadapun sangat bersemangat. Pagi-pagi dia dan kedua temannya sudah berada di kampus. Didepannya banyak sekali para gadis berlarian menuju lapangan basket "Kenapa sumua orang berlari ke arah sana?". Saras merasa ada yang aneh. "Ayo kita lihat", merasa penasaran Mita juga mengajak Saras dan Nada ke sana. Sesampainya disana lapangan basket sudah tertutup oleh lautan manusia, terutama para wanita. Tidak dipungkiri lapangan basket adalah tempat berkumpulnya para laki-laki yang punya julukan "good looking". Dan yang menjadi ketua club adalah Alex murid pintar dan juga tampan dari fakultas kedokteran. Lapangan basket selalu ramai. Tapi hari ini sungguh luar biasa, sampai lapangannya juga hampir tidak kelihatan. Sesekali terdengar suara "Wow" atau "yeah" juga terdengar beberapa siulan menggoda. Nada dan kedua temannya tentunya tidak bisa melihat apa yang ada di lapangan sekarang. Bukan Mita jika tidak punya ide konyol "Sini ikuti aku" Mita berbisik sambil membungkuk, Nada dan Saras ikut membungkuk di belakangnya. Dalam sekejam Mita sudah menerobos kerumunan hingga mereka berada di barisan paling depan. Pemandangan di depan mata sungguh indah inilah salah satu ciptaan Tuhan yang sayang jika tidak dinikmati, sebuah karya ciptaanNya yang disebut lelaki tampan yang mampu membuat semua mata tertuju pada dirinya. Laki-laki itu cukup tinggi mungkin sekitar 180 cm tak tahu pastinya, kulitnya sawo matang dan wajahnya yang penuh keringat membuat banyak gadis meneguk air liurnya sendiri. Dengan keringat yang membasahi kausnya, e tercetak lah roti sobek pada kaus itu, melihat saja sudah bikin meleleh. Begitupun mata Nada ikut terpana melihat pemandangan tersebut sambil menyeruput es teh ditangannya yang baru saja ia beli. Saat sedang asik bermain tiba-tiba laki-laki itu berhenti bermain dan menoleh ke arah kanan. Semua gadis tentunya langsung menahan nafas mereka. Laki-laki itu berjalan santai meninggalkan pemain lainnya di lapangan basket. Hingga langkah itu berhenti di hadapan Nada. Tangan panjang itu mengambil es teh di tangan Nada, menyedot tanpa sungkan hingga hampir habis kemudian mengembalikan lagi ke tangan Nada. (coba bayangkan adegan slow motion) "Manis" ujar laki-laki itu sambil membalikkan tubuhnya ke arah lapangan lagi. Terdengar suara riuhan setelahnya, mereka berbisik atau lebih tepatnya sedang bergosip dengan tatapan panas yang ingin membakar Nada, siapa tuh cewek fakultas mana tuh ada yang kenal gak sok cantik banyak mahasiswa yang tidak mengenal Nada, karena memang dia bukan orang populer di kampus. Dari penampilan biasa saja, bentuk badan juga biasa, apalagi wajahnya sangat biasa, mungkin karena ada lesung pipi sehingga sedikit manis dilihatnya. Nada, Saras dan Mita melihat situasi mulai tidak kondusif segera melarikan diri dari tempat itu. Takut dikeroyok jeng he he he.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN