Jinora 4

1249 Kata
Pukul dua dini hari, Jinora terbangun dari tidurnya karena suara ponsel yang begitu berisik. Ia melihat nomor tidak dikenal beberapa kali menghubunginya, dan saat ia akan menghubungi nomor itu, ternyata ponselnya terlebih dahulu berdering. Jinora menekan ikon hijau pada layar dan menghubungkan panggilan itu. "Halo ... siapa ini?" tanya Jinora lirih. "Selamat malam, maaf jika mengganggu jam istirahat anda," ujar seorang lelaki dari seberang. "Siapa anda?" tanya Jinora sekali lagi. "Saya dari kepolisian Bogor, apakah anda mengenal saudara John Pandeirot?" "Ya, saya kekasihnya. Apa terjadi sesuatu?" tanya Jinora yang terlihat panik saat ini. "Saudara John mengalami kecelakaan di area puncak, ia sedang dalam kondisi mabuk. Dan saat ini sedang berada di rumah sakit umum, apakah anda bisa datang untuk memastikannya?" jelas Polisi itu. "Apa? Ba-baik ,Pak. Sa-saya akan segera ke sana," ujar Jinora. Sambungan telepon itu terputus, ia buru-buru mengenakan jaket dan mengambil tas beserta kunci mobilnya. Jinora berlari keluar dari rumahnya, dan melajukan mobil menuju rumah sakit umum Bogor. Selama perjalanan pikirannya begitu gelisah, tetapi ia tetap harus fokus pada jalanan kota bogor yang sepi malam ini. Setelah sampai di parkiran rumah sakit ,Jinora buru-buru berlari menuju ruang informasi. "Malem ,mbak. Pasien yang baru saja masuk karena kecelakaan, atas nama John Pandeirot, ada di ruangan mana ya?" tanya Jinora. "Tunggu sebentar ya, mbak. Saya lihat dulu," jawab perawat itu. " iya." "Masih di UGD, silakan ke ruang UGD ya ,mbak." "Terima kasih." Jinora langsung berlari menuju ruang UGD, ia melihat John yang terbaring dengan perban pada kepalanya. Air matanya jatuh melihat sang kekasih harus terbaring tidak sadarkan diri. Jinora menyalahkan dirinya karena sudah marah pada John, "Permisi, anda keluarga pasien?" tanya Seorang perawat. "Saya tunangannya," ujar Jinora. "Pasien mengalami gegar otak ringan, benturan di kepalanya cukup keras sehingga membuatnya harus mendapatkan jahitan pada lukanya." "Apa ada hal lainnya? Seperti kapan ia akan sadar?" "Kami akan memindahkan pasien ke kamar, anda bisa menunggu di sana, untuk kesadarannya kemungkinan besar besok pagi, kita berdoa saja agar tidak terjadi hal serius," ujar perawat itu. "Dimana dokter yang menangani ?" tanya Jinora. "Dokter sedang di kamar mandi," jawab perawat itu. Jinora mengangguk, kini ia duduk di samping tempat tidur. Tangannya memegang tangan John yang terasa dingin itu. Lalu beberapa menit kemudian seorang polisi datang menghampiri Jinora. Polisi itu memberikan beberapa barang milik John yang berada di dalam mobil. "Kami akan datang lagi jika pasien sudah sadar, permisi," pamit polisi itu. *** Pagi ini, Jinora masih terjaga dan belum bisa tidur sebelum melihat kekasihnya membuka mata. Sebelumnya, Jinora sudah menghubungi kedua orang tua John, dan pagi ini mereka sudah ada di rumah sakit, lebih tepatnya di kamar pasien. "Sayang, sarapan dulu gih! Nanti kamu sakit kalo gak makan," ujar Ibu John. "Iya, Tante. Terima kasih," jawab Jinora sembari menerima sekotak makanan. Jinora duduk di sofa yang tersedia di kamar itu, ia membuka makanannya dan memulai untuk menyantap makanan itu hingga habis. Hari ini, Jinora sudah menghubungi Anita untuk izin tidak masuk kerja. Ia ingin menemani kekasihnya itu hingga sadar. "Nora, kalau kamu mau kerja, gapapa biar John Tante yang jaga," uajr Ibu John. "Tidak, Tante. Jinora akan jaga John, Jinora mau di sini sampai John sadar," ujar Jinora. Wanita itu tersenyum, anaknya sangat beruntung mendapatkan calon istri yang begitu perhatian. Mereka hanya berdua saja di sana, karena ayah John harus bekerja.  Setelah selesai dengan makannya, Jinora meraih ponsel dan menghubungi Giselle. Ia lupa untuk memberitahu Tantenya itu mengenai kondisi John. "Tante, maaf ... Nora lupa kasih tau, sekarang Nora ada di rumah sakit, jagain John. Semalem John kecelakaan," terang Jinora pada Gieselle. "Terus gimana kondisinya?" "Masih belum sadar, doain aja ya Tan, biar John bisa cepet sadar," ujar Jinora sembari menahan air matanya. "Iya." Setelah selesai memberitahu Giselle, Jinora kembali duduk di samping tempat tidur John. Ia menatap wajah John yang terlihat pucat. Tangannya menggenggam tangan John, berharap jika kekasihnya itu segera membuka matanya. Benar saja, jari John merespon ,Jinora yang melihat hal itu tersenyum bahagia. Ia segera memanggil dokter untuk memeriksa kondisi pria itu. Tak lama kemudian, mata John perlahan terbuka. Pria itu mencoba memfokuskan pandangannya terlebih dahulu. Orang yang pertama kali ia kenali adalah ibunya sendiri. Dan hal itu membuat Jinora merasa lega. Namun, saat Jinora mendekat dan memeluk John, seketika tubuhnya di dorong oleh pria itu. Beruntung dokter menahan tubuh Jinora agar tidak terjatuh. "John, kenapa?" tanya Jinora. "Kamu siapa?" tanya John. "Gak ... gak mungkin! Dokter, apa yang terjadi?" tanya Jinora sembari terisak. "John, dia Jinora, tunangan kamu!" ujar ibu John. "Tunangan? Mama bercanda? Bukannya pacar aku itu Naira?" ucap John. Hati Jinora terasa tertusuk pisau, ia tidak menyangka, jika dampak dari kecelakaan itu akan membuat John hilang ingatan. Jinora terisak, ia tidak bisa berkata lagi. "John, coba inget-inget dulu, kalian baru aja tunangan beberapa hari lalu," ujar Ibu John. "Buat apa, Ma? Kepala John sakit nih kalo harus inget hal yang gak bisa diinget lagi," protes John. Jinora memilih untuk keluar dari kamar pasien, ia duduk di bangku yang ada di taman rumah sakit. Saat itu, seseorang menepuk pundak Jinora sehingga membuatnya menengok. " Tante! " seru Jinora. "Maafin John ya? Dia butuh waktu buat kembaliin ingatan itu," jelas Ibu John. "Ta-tapi, Nora sedih, Tante. John kenapa gak inget sama aku?" "Bantu tante buat yakinkan John, kalau kamu itu orang yang tepat buat jadi pendamping dia," ujar Ibu John lagi. Jinora mengangguk mengerti, kini ia kembali ke kamar pasien bersama ibu John. Sayang, belum terobati rasa sakitnya, kini di kamar itu sudah ada Naira, mantan kekasih dari John. Wanita itu duduk menyuapi John makanan, mereka nampak mesra di hadapan Jinora. Hal itu tentu membuat Jinora semakin tersakiti. "John, kamu apa-apaan sih! Mama udah bilang kalo Nora ini tunangan kamu! Kenapa sekarang ada Naira disini," omel ibu John. "Udah, Tante. Biarin, Nora pamit pulang dulu ya?" ujar Jinora. "Kamu yang sabar ya, sayang. Tante bakal bantu kamu buat sadarin John," ujar Ibu John. Jinora melangkah keluar dari kamar itu, ia masih terus mengusap air matanya yang keluar terus menerus. Di dalam hatinya, ia mencoba untuk tetap tegar. Ponsel Jinora berdering, panggilan itu dari kepala Taman Safari. Jinora memasang earpiece di telinganya, lalu menghubungkan panggilan itu. "Halo, Nora ... ada satwa yang sakit, harus bagaimana ini?" tanya Kepala Taman Safari. "Maaf, Pak. Saya tidak bisa masuk, coba hubungi pusvetma," ujar Jinora sembari menahan isak tangisnya. "Baiklah, jangan lama-lama cutinya." "Baik." Panggilan itu terputus begitu saja, lalu Jinora kembali fokus pada jalanan kota Bogor. Hingga sampai di rumah, Jinora langsung masuk ke dalam kamarnya. Saat itu Giselle masih belum pulang dari Taman Safari. Sehingga Jinora bisa menangis sepuasnya di dalam kamar. Sore hari, saat Giselle sampai di rumah. Ia melihat mobil Jinora ada di halaman depan, tetapi saat masuk rumah. Penerangan rumah belum ada yang menyala, rumah itu nampak sangat gelap dan sunyi tanpa penghuni. Giselle menekan saklar lampu hingga cahaya menerangi rumah itu. Wanita itu berjalan menuju kamar Jinora ,dan mencoba untuk memanggil keponakannya itu. "Nora ... kamu ada di dalam ,sayang?" panggil Giselle. Tidak ada jawaban dari Jinora saat itu, Akhirnya Giselle membuka pintu dengan perlahan. Ia melihat Jinora tertidur dengan wajah yang sembab. Jinora menangis hingga bagian matanya terlihat bengkak. Giselle sungguh khawatir pada keponakannya itu, lalu ia menutup kembali pintu kamar.  Pukul sembilan malam, saat Giselle sedang menonton televisi di ruang tamu. Ia melihat Jinora keluar dari dalam kamarnya menuju dapur. Akhirnya Giselle menghampiri Jinora, mencoba untuk memulai percakapan dan menanyakan tentang keadaannya. "Sayang ... apa semuanya baik-baik saja?" tanya Giselle. "John ... hilang ingatan, Tante. Dia tidak mengingat siapa Nora, tetapi justru yang di ingat mantannya yang bernama Naira," jelas Jinora. "Astaga! Kok bisa gitu sih! Mama John gimana? Perlu tante yang datang buat ngobrol sama mereka?" tanya Giselle. "Mamanya cuma minta maaf aja, katanya nanti John di kasih tau lagi," jelas Jinora lagi. "Hmmm, kamu yang sabar ya!" "Iya ,Tante." Jinora mengambil segelas air mineral untuk di minum. Lalu duduk bersama Giselle di ruang tamu ,dan menumpahkan segala keluh kesahnya bersama wanita yang selalu menjaga dan menemaninya selama ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN