Setelah satu minggu di rawat, akhirnya John bisa pulang hari ini. Jinora selalu datang meski di sana ada Naira yang sedang menggantikan dirinya. John mengabaikan Jinora semenjak ingatan tentang hubungannya menghilang. Rasa sakit dirasakan Jinora, tetapi wanita itu mencoba untuk tetap tegar dan tenang.
Jinora berada di rumah John, ia tetap bersikeras untuk membuat John mengingat siapa dirinya. Sayang, berulang kali John menolak hal itu.
"John, aku balik ke Taman Safari dulu ya? Pak kepala bilang ada satwa yang sakit," ujar Jinora.
"Ya udah! Pergi sana! Lagian gak ada yang nyuruh kamu buat kesini kan?" usir John.
"Aku kesini karena memang ingin menyelamatkan hubungan kita. Karena kita sudah bertunangan, John," jelas Jinora.
"Masih tunangan kan? Belum menikah. Jadi ... mending kita akhiri saja, karena aku sudah tidak mau melanjutkan hubungan itu!" tegas John.
Jinora mencoba untuk tetap tenang, diam adalah hal terbaik yang saat ini bisa ia lakukan. Wanita itu berjalan keluar dari rumah John ,lalu kembali bekerja.
"Sayang, kalau wanita itu kesini lagi, seharusnya kamu usir aja! Aku gak mau kamu salah paham," ujar John pada Naira.
"Iya, nanti aku usir kalau dia kesini lagi."
Naira terlihat menyeringai, setelah ini ia akan mempertegas sikap jika Jinora kembali datang.
***
Mobil Jinora memasuki area parkir, wajahnya masih terlihat sembab karena terus menerus menangis mengingat setiap hinaan yang John lontarkan pada dirinya. Jinora berjalan menuju klinik untuk segera menangani satwa yang sedang sakit.
"Nora, wajah kamu pucat banget ... kamu sakit?" tanya Anita.
"Gak kok, aku baik-baik saja ,An," jawab Jinora dengan tersenyum.
Anita tahu jika sahabatnya itu sedang merasakan pedih. Karena hari pernikahannya akan jatuh tepat di hari ulang tahunnya, kini semua hanya akan menjadi kenangan pahit untuk Jinora. Bahkan hari itu akan menjadi kado terburuk dalam hidupnya.
"Anita, nanti aku pulang duluan ya? Ada yang mau aku kerjakan di rumah," ujar Jinora.
"Iya, pulang aja ,aku yang bakal selesein semua ini," ujar Anita.
Jinora tersenyum, lalu kembali fokus pada Lutung Banggat yang sedang sakit karena memakan sampah yang di buang oleh pengunjung Taman Safari. Lutung banggat merupakan monyet yang berasal dari Kalimantan. Karena jumlahnya yang sedikit, keberadaannya sangat sulit ditemukan. Sehingga monyet ini sempat dinyatakan punah sampai ditemukan kembali pada Juni 2011. Di Taman Safari ,satwa satu ini sangat dijaga dan di pantau kesehatannya. Bahkan populasi mereka tidak begitu banyak di sana.
"Bagaimana?" tanya Yohan keeper khusus Lutung Banggat.
"Jeje gak mau muntahin makanannya, kalau di operasi ... aku gak yakin," jelas Jinora menyesal.
"Jeje ... muntahin dong makanannya, kamu sakit begini bikin aku jadi sedih," ujar Yohan.
Satwa itu hanya terdiam memandang keeper itu, tak lama kemudian tiba-tiba saja Jeje bergerak dan seperti ingin mengeluarkan sesuatu dari mulutnya. Sebelumnya, Jinora sudah memberikan obat agar satwa itu memuntahkan makanan itu. Dan akhirnya sampah yang termakan Jeje keluar, sehingga membuat satwa itu sedikit pulih kondisinya.
"Han, lain kali area Jeje bersihin dengan bener ya! Jangan sampai ada kejadian seperti ini lagi. Karena pengunjung memang tidak bisa diberitahu secara keseluruhan, semua itu tergantung kesadaran mereka mengenai satwa langka yang ada di sini," jelas Jinora.
"Iya, makasih ya? Udah selametin Jeje," ucap Yohan.
"Iya , sama-sama."
Meski sampah yang termakan Jeje sudah keluar, tetapi tetap saja satwa itu harus mendapatkan penanganan medis. Jeje harus di infus untuk mengembalikan kestabilan tubuhnya. Untuk sementara Jeje akan di rawat di ruang inap klinik.
Setelah memastikan kondisi Jeje yang berada di kandang rawat inap, kini Jinora berjalan menuju kantin Taman Safari. Ia menemui Giselle untuk sekedar minum kopi dan beristirahat sejenak.
"Tante ... Nora mau GD mocca ya, satu aja, pakai es, yang banyak ... biar adem kepala Nora," ujar Jinora sembari terkekeh.
"Siap ,Nona cantik," goda Giselle.
Jinora duduk di sebuah bangku sembari menunggu pesanan datang. Ia mengeluarkan ponsel dari saku jas putihnya, lalu melihat sosial media miliknya. Beberapa kenangan muncul di sosial media itu, kenangan indah bersama John. Karena mereka sering mengabadikan setiap kegiatan bersama. Bahkan di Taman Safari, tak sedikit gambar yang mereka ambil bersama satwa yang ada di sana.
"Jangan di liatin terus, entar makin sakit hati loh," celetuk Yohan.
"Apaan sih!"
"Gosipnya udah nyebar tau, apalagi kemarin anak-anak keeper banyak yang dateng buat jenguk John, pas tu orang lagi sama mantannya pula," jelas Yohan.
"Kalau kamu masih bahas hal itu, mending aku pindah tempat aja deh."
Jinora berdiri dari tempatnya, menjauh akan lebih baik untuknya ,dari pada harus mendengarkan celotehan tidak penting dari Yohan. Yohan hanya mengangkat kedua bahunya, lalu ia tidak peduli lagi mengenai Jinora yang pergi dari sana.
"Kenapa pindah tempat duduk?" tanya Giselle yang datang membawa pesanan Jinora.
"Ada setan," celetuk Jinora.
"Yohan? Bukannya Yohan memang begitu?" tanya Giselle.
"Iya ,sih. Hehehe, ya udah biarin aja," ujar Jinora.
Giselle duduk di samping Jinora, melihat wajah sembab keponakannya. Hati Giselle ikut merasa sedih dengan apa yang terjadi pada Jinora.
"Kamu baik-baik saja kan?" tanya Giselle.
"Nora baik kok, Tante. Jangan khawatir, oke? Hehehe."
"Kamu itu ya ... jangan sampai kesehatanmu ikutan drop ya? Nanti Tante jadi sedih loh," ujar Giselle.
"Siap, Tante!"
Jinora kembali tersenyum, sebelumnya bahkan ia tidak menunjukkan senyum itu selama satu minggu ini.
"Nanti Nora pulang duluan ya? Agak pusing kepala Nora," ujar Jinora.
"Tuh kan! Baru juga di bilangin jangan sampai sakit, sekarang udah ngeluh pusing," omel Giselle.
"Nora kurang tidur ,Tante"
"Iya, iya ... ya udah, nanti langsung tidur aja sampai rumah. Tante bawain steak mau? Buat makan malam," ujar Giselle mencoba menghibur Jinora dengan makanan.
"Asik, makan steak ... Nora pesen dua potong tenderloin ya?"
"Oke."
Setelah menghabiskan kopinya, Jinora kembali ke klinik. Ia melihat Anita sedang memeriksa kondisi burung hantu jenis Celepuk Flores.
"Kenapa?" tanya Jinora.
"Newcastle disease," jawab Anita.
Newcastle disease yaitu kejang-kejang yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini menular dengan sangat cepat ,jika salah satunya mengidap penyakit ini maka langsung isolasi burung hantu yang terjangkit penyakit ini agar tidak menular kepada burung hantu yang lainnya.
"Udah dikasih obat?" tanya Jinora.
"Sudah."
"Langsung isolasi ya, biar ga nular ke yang lainnya."
"Oke."
Anita meletakkan burung hantu itu di sebuah kandang dari kaca yang di cat hitam, dan tertutup rapat. Hanya ada ventilasi dengan lubang kecil di setiap sisi untuk aliran udara. Burung hantu itu akan berada di sana sampai kondisinya benar-benar sehat kembali.
Jinora melepaskan jas putihnya, lalu mengambil tas dan perlengkapan lainnya. Ia kini sudah siap untuk pulang ke rumah.
"Mau pulang sekarang?" tanya Anita.
"Iya, aku duluan ya?" pamit Jinora.
"Oke. Hati-hati di jalan ya," ujar Anita.
Jinora tersenyum, dan akhirnya keluar dari klinik menuju parkiran. Wanita itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang standart, karena pikirannya saat ini yang sedang tidak bisa diajak kompromi.
Sampai di rumah, Jinora masuk ke dalam dan langsung naik ke lantai dua. Ia meletakkan tas dan barang-barang lainnya di atas nakas. Lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu.
Setelah lima belas menit berlalu, Jinora keluar dari sana dan mengenakan pakaiannya. Ia mendengar suara ponselnya berdering, lalu mengambilnya dan melihat siapa yang tengah menghubungi dirinya.
"Nomor siapa ini?" gumam Jinora.
Ia menekan tanda hijau untuk menerima panggilan itu, lalu saat tersambung Jinora membulatkan mata mendengar suara orang di seberang sana.
"Aku pacar John, Naira. John titip pesan sama aku, katanya kamu gak perlu dateng lagi ke rumah dia, karena John mau hidup tenang dan bahagia sama aku. Jadi ... dari pada usaha kamu sia-sia dan berakhir dengan terusir. Mendingan kamu move on aja, dan segera cari pengganti," ujar Naira.
"Kamu gak ada hak bicara seperti itu sama aku. Aku tunangan John, aku yang berhak bahagia sama dia!" protes Jinora.
"Ya, aku sih cuma mau sampaikan aja, itu tadi beneran pesan dari John loh," ujar Naira.
"Aku gak peduli! Persetan dengan semua ucapan barusan!"
"Ya ... terserah sih!"
Panggilan itu terputus, Naira mematikan sambungan teleponnya. Jinora hanya bisa menelan ludahnya kasar, mengumpat dalam hati dengan apa yang baru saja di katakan oleh Naira. Tetap tenang adalah hal terbaik yang bisa ia lakukan saat ini.