#4 : Datangnya Si Anak Setan

1213 Kata
"Kok Bapak tidak bilang kalau nanti malam ada acara?" Trevor menatap Lily yang sedang berdiri mengenakan gaun biru langit berleher rendah yang membalut sekujur tubuhnya. Wajah sekretarisnya itu sedikit cemberut, tapi terlihat sekali berusaha untuk menahan diri untuk tidak mengomel. 'Angry Lily,' guman Trevor dalam hati sembari tersenyum. Sepertinya kini dia memiliki julukan baru untuk wanita berambut panjang yang mudah sekali marah itu. "Dan kenapa pula saya disuruh mencoba semua gaun? Bukannya tadi kata Bapak kita harus buru-buru ke kantor?" Protes Lily. Lily kesal sekali karena tiba-tiba saja dia diminta oleh wanita berambut bob yang merupakan manajer di butik ini, untuk mencoba beberapa gaun couture edisi terbatas, dalam rangka mencari yang pas untuk dikenakan malam ini. Malam ini!! Bagaimana tidak terkejut jika Lily sama sekali tidak diberi tahu kalau malam ini dirinya akan mendampingi Trevor dalam acara pernikahan salah satu teman bosnya itu? Ck. Padahal malam ini rencananya dia akan berkencan dengan Rama! Yah, walaupun acara kencan itu juga terancam gagal karena Rama yang masih ngambek, tapi kalau berharap boleh-boleh saja kan? "Coba ganti gaun yang lain, yang ini terlalu terbuka di bagian d**a," ucap Trevor kepada Jasmine, sang manajar butik. Lily pun hanya bisa berdecak kesal karena bosnya itu malah mengabaikan pertanyaan dan protes darinya. "Tapi justru saya paling suka gaun ini karena seksi dan jatuhnya pas di badan, Pak," celetuk Lily yang sekarang mematut diri di depan cermin seluruh badan. "Ya, saya juga setuju. Gaun itu terbuat dari sutra mulberry berkualitas tinggi dengan serat yang lembut. Warna biru juga tampaknya sangat cocok untuk Nona Lily," komentar Jasmine sambil tersenyum. "Memangnya kamu tidak risih dengan bagian dadanya?" Tanya Trevor kepada Lily. "Kalau untuk ukuran gaun pesta, segini tidak terlalu terbuka kok," sergah Lily lagi. Ia memang sudah terlanjur jatuh cinta sama gaun terakhir yang ia coba ini, walaupun warnanya bukan warna putih seperti kesukaannya. Gaun biru langit ini membalut tubuhnya dengan sangat pas, dan warnanya juga cocok untuk kulitnya yang kuning langsat. Trevor mengalihkan tatapannya ke arah Jasmine untuk meminta pendapat, dan wanita dengan rambut berpotongan bob itu pun ikut mengangguk setuju. Pada akhirnya Trevor pun hanya bisa menghela napas pelan karena sepertinya ia telah kalah suara di sini. Sebenarnya ia juga agak kaget mengetahui bahwa Lily tidak merasa rikuh sama sekali mengenakan gaun yang agak terbuka, mengingat busana kerja yang dikenakan wanita itu selama ini selalu sopan dan tertutup. Well, satu lagi sisi baru Lily yang baru ia ketahui setelah setahun wanita itu bekerja sebagai sekretarisnya. Setelah apa yang terjadi semalam, Trevor sadar jika sekretarisnya ini ternyata memiliki sisi 'liar' yang terpendam. Trevor masih ingat bagaimana desahan dan rintihan yang keluar dari bibir merahnya itu yang terdengar sangat seksi. Apalagi... ketika Lily menjeritkan namanya berulang kali dengan wajah merona penuh kepuasan. Ugh, kenapa pula ia jadi memikirkan soal semalam?! Trevor mendehem pelan sembari mengutuk otaknya yang telah berubah m***m sejak apa yang telah terjadi semalam. "Oke, kalau begitu saya ambil gaun biru itu, Jasmine. Dan sekalian bungkus juga empat gaun yang tadi telah dicoba oleh Lily," ucap Trevor yang langsung membuang pandangannya yang tak sengaja menatap b****g seksi Lily. Shit! Kenapa ia malah jadi teringat lagi saat mencengkram kuat benda bulat sintal itu?! Mungkin ia harus mandi air dingin sesampainya di kantor! Lily membelalakkan matanya mendengar Trevor yang akan membelikan lima gaun untuknya. Woow, padahal harga satu gaun itu lebih dari 20 juta! Lima gaun berarti... 100 jutaan?! Wanita itu hanya bisa meringis membayangkan ia mendapatkan gaun indah dan mewah yang seharga gajinya 5 bulan. Ish. 'Tapi nggak apa-apa juga, sih. Kapan lagi bisa pakai gaun mahal seperti sosialita?' Batinnya dalam hati seraya bersorak girang. "Terima kasih untuk semua gaun indahnya ya, Pak," ucap Lily ketika mereka telah kembali berada di dalam mobil Trevor. "Padahal Pak Trevor tidak harus membelikan semuanya lho, cukup satu saja untuk pesta nanti malam, kan?" "Kamu tidak perlu berterima kasih, Lily. Gaun-gaun yang saya belikan itu anggap saja sebagai baju dinas," tandas Trevor kemudian. "Hah? Baju dinas, Pak?" Tanya Lily tidak mengerti. 'Apa pula maksudnya baju dinas??' "Iya. Satu gaun untuk setiap pesta yang akan kita hadiri nantinya. Setelah lima pesta, saya akan belikan gaun lagi," sahut Trevor seraya mulai menggerakkan mobilnya keluar dari parkiran butik. "Saya sudah bosan selalu datang seorang diri di setiap acara apa pun, dan jadi bahan ledekan semua orang. Jadi tugas kamu sekarang adalah menjadi pendamping saya di setiap undangan pesta," terang Trevor. "Tapi saya tidak mau disuruh berpura-pura jadi pacar Bapak, ya. Saya kan sudah punya tunangan," sergah Lily. "Jangan khawatir, nanti kamu akan diperkenalkan tetap sebagai sekretaris saya. Intinya sih, tolong temani saya, Lily. Kamu mau kan?" "Baik, Pak. Asal jangan mendadak saja memberitahunya seperti ini. Saya juga punya acara pribadi, takutnya bentrok." "Kenapa? Kamu punya kencan dengan Rama?" Tebak Trevor dengan sangat tepat. "Iya, Pak. Malam ini juga." "Kalau begitu kamu harus memilih yang paling mendesak dan tidak bisa ditunda. Acara pernikahan itu kan tidak bisa ditunda, sementara kencan kamu bisa," tukas Trevor dengan entengnya, membuat Lily mendengus sebal dalam hati. Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Lily, jadi Trevor mengasumsikan bahwa wanita itu tidak akan menolak menjadi pendampingnya di pesta malam ini. Sembari diam-diam tersenyum puas, Trevor pun terus membawa Aston Martin-nya dengan kecepatan sedang menuju Gedung Bradwell Company. *** Sesampainya di kantor, Lily langsung disibukkan dengan pekerjaan yang cukup padat. Beban kerja sebagai Sekretaris CEO di perusahaan memang cukup berat, namun Lily menikmati kesibukan. Saking sibuknya, ia bahkan lupa untuk membahas tentang peristiwa semalam kepada Pak Trevor. Begitu pun halnya Trevor yang langsung sibuk menghadiri weekly meeting sejak pagi. "Tante Liiilyy!!!" Suara riang nan cempreng dari seorang anak kecil tiba-tiba saja terdengar, dan membuat Lily yang sedang merapikan draft notulen rapat pun sontak terkejut. Seraut wajah anak lelaki bule yang tersenyum lebar di depan mejanya membuat Lily berdecak dalam hati. Ah, si anak setan sudah datang rupanya. Ethan memang sengaja datang langsung dari sekolahnya karena kangen dan ingin bertemu Daddy-nya, yang semalam tidak pulang. "Hai, Ethan." Lily sengaja tersenyum semanis mungkin, berharap Ethan sama seperti lelaki lain yang akan luluh terpesona pada senyumnya sehingga anak tuyul ini tidak akan menjahilinya. "Tante, senyumnya jangan lebar-lebar," ucap Ethan dengan mimik serius. "Malu, soalnya itu ada cabe yang nyelip di gigi." Sontak Lily pun segera menutup mulutnya dan meraih cermin kecil di atas meja untuk berkaca, mencari cabe yang nyempil di giginya. "Tapi bohong! Hahahaah...," ucap Ethan sambil tertawa dengan keras dan memegangi perutnya, merasa puas karena lagi-lagi berhasil menjahili sekretaris Daddy-nya. Dasar anak setan!!! "Ethan... kamu langsung masuk saja ke ruangan, ya? Daddy kamu akan selesai meeting sebentar lagi kok." Walaupun rasanya ia ingin meledak, tapi Lily masih berusaha menahan kesalnya dan tetap menampilkan senyum walaupun ngedumel dalam hati. Belum apa-apa, sudah minta ditoyor saja nih bocah! Untung anak bos! "Tante, tahu nggak? Apa persamaan babi sama tante?" "Heuh?? Nggak tahu tuh..." sahut Lily bingung, karena tanpa angin tanpa hujan Ethan malah menanyakan teka-teki absurd padanya. "Oh." Dan Lily pun semakin mengernyit kebingungan karena Ethan yang hanya berkata "oh", alih-alih memberikan jawaban dari teka-tekinya itu. "Terus? Persamaannya apa?" Tanya Lily penasaran. "Dih, memangnya Tante Lily mau banget ya, disamain sama babi? Hahaaahh...!!" Suara tawa Ethan pun kini bahkan jauh lebih keras daripada yang tadi, membuat otak bar-bar Lily mulai membayangkan metode-metode pembalasan sadis yang hanya bisa ia angan-angankan. 'Hih!! Lempar anak orang keluar jendela dosa nggak sih??!'
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN