Happy Reading.
*
Jimin tidak bisa mengerti apapun tentang peristiwa yang ia lihat beberapa minggu yang lalu. Semuanya terasa abu-abu ia tidak mengerti apapun. Jimin juga tidak punya keberanian untuk bertanya pada orang tuanya. Jimin merasakan ketakutan yang sangat luar biasa kali ini. Apalagi mengingat Aliya yang menangis waktu itu. "Jim!" Jimin menoleh saat mendengar panggilan seseorang.
"Nugu?" Wanita yang memanggil Jimin mengerutkan dahinya bingung.
"Kau tidak mengenalku?" Jimin menggeleng.
"Aku Seulgi, Sunbae-mu di Senior High School dulu" Jimin menggeleng tidak tahu.
"Jadi kau juga melupakan aku?" Jimin semakin bingung.
"Lupa apa?" Seulgi menepuk keningnya tidak percaya.
"Apa kau masih amnesia?" Tanya Seulgi kaget.
"Amnesia apa?" Tanya Jimin balik.
"Jadi kau masih amnesia? Ya Dewa Aliya!" Jimin menatap Seulgi kaget.
"Aliya? Aliya temanku?" Tanya Jimin. Dan Seulgi hanya mampu menatap Jimin tidak percaya.
"Jadi kau melupakan Aliya juga? Istrimu? Anakmu?" Tanya Seulgi panik.
"Istri? Anak? Apa yang kau maksud?" Tanya Jimin yang semakin bingung.
"Ikut aku!"
*
"Kau pasti bohong" Elak Jimin pada Seulgi.
"Tidak ada untungnya berbohong padamu Jim! Lihat ini, ini fotomu dengan Aliya dan ini adalah foto pesta pernikahan kalian, 5 tahun yang lalu" Jimin tidak bisa mempercayai apa yang Seulgi katakan. Jimin memang tidak menampik jika foto itu adalah foto dirinya, tapi bagaimana dia bisa menikah dengan Aliya. Aliya itu temanya dan Aliya juga tidak pernah bilang jika dia istrinya.
"Kau menikah saat umurmu 20 tahun dan Aliya 17 tahun. Kalian dijodohkan tapi kau tidak mencintai Aliya, kau terpaksa menikahi Aliya. Saat itu kau masih menjadi Namjachingu-ku. Tapi karena pernikahan itu kita putus. Setelah menikah dengan Aliya kau masih menemuiku terus, aku memutuskan menikah dengan Han Taeyong dan pergi jauh dari Seoul dan aku tidak tahu selanjutnya apa yang terjadi padamu. Aku dengar kau dan Aliya memiliki anak perempuan dan tidak lama aku mendengar berita kau mengalami kecelakaan dan kau mengalami amnesia, putrimu koma dan Aliya mengalami keguguran karena kecelakaan itu. Aku mendengar semua itu dari Sehun, dia yang mengatakan itu padaku" Jimin mematung mendengar penjelasan Seulgi.
"Seolma. Aku memang pernah kecelakaan tapi kecelakaan tunggal" kata Jimin mengelak.
"Jika pun itu kecelakaan tunggal. Kau pasti mengalami amnesia, buktinya kau tidak mengingat Aliya dan Anakmu" Jimin memegang kepalanya frustasi.
"Jika kau tidak percaya jika kau pernah mengalami amnesia, periksakan kondisimu ke Dokter dan tanyakan apa kau pernah mengalami benturan pada kepalamu atau tidak. Laporan Dokter lebih akurat dari ucapanku"
*
Jimin meremas kertas hasil pemeriksaanya dengan erat. Perkataan Seulgi terbukti, ia mengalami benturan pada kepalanya dan Dokter mengatakan jika dirinya juga mengalami amnesia. Diagnosa ini mengatakan jika dirinya mengalami amnesia sejak 3 tahun yang lalu dan ini juga terhitung 3 tahun dari kecelakaan yang ia kira kecelakaan tunggal.
"Apa yang disembunyikan dariku? Kau harus menjawabnya" Jimin berlari menjauh dari rumah sakit ini. Jimin harus mendengar penjelasan ini segera. Jimin tidak mau menjadi orang bodoh terus menerus.
"Aliya Park, aku mengerti sekarang. Margamu bukan Kim karena kau sudah menikah denganku dan marga Park kau peroleh dari namaku. Kau berbohong dan terus membodohiku, bahkan hampir 3 tahun kau masih membisu. Kau lihat apa yang akan kulakukan nanti" Jimin menambah kecepatan mobilnya. Rumah Sakit Kyuhyun adalah tujuannya.
*
Tubuh Aliya limbung saat mendengar penjelasan Kyuhyun. "Paman!" Khuhyun menatap Aliya dengan perasaan bersalah.
"Maaf nak! Paman tidak bisa berbuat apapun lagi! Hanya Tuhan yang bisa menyelamatkan anakmu" Aliya tertawa keras, sangat keras, dan tidak lama setelahnya Aliya menangis dan meraung, menumpahkan segala yang ia rasakan. Penderitaan apalagi ini? Nasib sial apa lagi yang harus ia jalani?
"Bunuh aku!" Kyuhyun menatap Aliya kaget.
"Apa maksudmu Nak?" Aliya tersenyum miris.
"Suamiku tidak mengingatku dia juga mencintai orang lain bahkan dari dulu dia juga membenciku dan harapanku hanya tinggal putriku. Tapi Paman bilang jika putriku tidak bisa bertahan hidup, lalu apa alasanku hidup didunia ini? Tidak ada alasan yang berarti untukku hidup dan lebih baik aku mati" Aliya meraih gunting yang ada dimeja Kyuhyun. Dan mengarahkanya pada lehernya.
"Aliya, taruk nak! Apa yang kau lakukan?" Kyuhyun mencoba menghentikan Aliya, tapi Aliya sudah lebih dulu menggoreskan mata gunting itu pada lehernya secara pelan.
"Jika aku mati kuburkan aku disamping putriku Paman..."
Brakkkk. "Aliyaaaaa" Jimin meraih kasar gunting yang ada ditangan Aliya dan akibatnya kulit leher Aliya semakin tergores.
"Kau gila hah?" Tubuh Aliya ambruk kelantai disertai isak tangis yang memilukan.
"Hiks! Appo Jim" Jimin menatap iba Aliya. Entah kenapa melihat Aliya yang putus asa Jimin juga merasakan sesak yang luar biasa pada dadanya. Selama ini Jimin mengenal Aliya adalah orang yang kuat penuh motivasi tapi lihatlah ini.
"Uljima" Jimin memeluk erat tubuh kecil Aliya. Mengusap lembut punggung Aliya.
"Putriku Jim!" Jimin mengeratkan pelukanya.
"Kenapa denganya?"
"Dia tidak bisa selamat hiks!" Jimin merasakan tubuhnya seperti jatuh kejurang yang tidak berdasar. Gelap dan remuk, nafas Jimin sesak mendengar ucapan Aliya.
"Dia akan selamat! Tenangkan dirimu" Jimin semakin mengeratkan pelukanya.
"Aku takut Jim! Hanya dia yang kumiliki. Aku tidak punya siapa pun lagi, hanya dia alasanku hidup. Dan kenapa dia juga harus pergi meninggalkanku!" Hati Jimin sakit mendengar ucapan Aliya. Sendiri? Kau punya aku, tidakkan kau menganggapku ada? Mereka bilang jika kau istriku, tapi kenapa kau tidak melihat aku? Sebenarnya apa yang kau alami sehingga kau tidak mau menyebutku suamimu?
"Shut tenangkan dirimu. Dia akan baik-baik saja" lirih Jimin.
*
"Jim!" Chanyeol menatap Jimin kaget yang masuk keruangan Ji Yeon Putri Aliya.
"Wae Hyung? Terkejut?" Jimin melirik sinis semua orang yang ada disana. Matanya menatap Aliya yang masih lemas dan diam, pandanganya beralih pada seorang yang ada diranjang. Mata Jimin memanas saat melihat kondisi anak itu. Tubuh kecil dan kurus dengan berbagai peralatan medis yang menyangga kehidupanya.
"Keluar" desis Jimin tajam.
"Kalian keluar atau keseret secara paksa" Jimin menatap benci semua yang ada disini.
"Jim!"
"Keluar!" Mereka semua menghela nafas panjang.
"Jangan ingat apapun. Itu hanya akan menyakitimu" Jimin melirik sinis kearah Taehyung.
"Bukan urusanmu Bajingan. Ini urusanku, mau aku mengingat Anak atau pun istriku kau tidak perlu pedulikan aku. Mereka tanggung jawabku. Jadi lebih baik kau pergi sebelum aku menghabisimu" semua mematung mendengar ucapan Jimin.
"Kau~~~"
"Keluar" sesuai permintaan Jimin semau keluar dan hanya menyisakan Aliya, Jimin dan Ji Yeon.
"Siapa dia?" Tanya Jimin pada Aliya.
"Putriku!" Jawab Aliya singkat.
"Ayahnya?"
"Mati!" Nafas Jimin tercekat mendengar jawaban sekartis Aliya.
"Dia tidak punya Ayah! Dari awal kehadiranya diperutku dia sudah tidak memiliki Ayah, kehadiranya tidak diinginkan dan sampai saat ini tidak ada satu orang pun yang bisa dipanggil Ayah oleh Putriku" Jimin merasakan dadanya sesak, sangat sesak. Sekejam itukah dirinya dulu? Hingga Aliya tidak mau mengakuinya sebagai Ayah dari anaknya.
Aliya menatap Jimin, pandangan matanya kosong dan terlihat keputus asaan disana. "Aku tidak peduli apa yang kau ingat dan apa yang kau ketahui. Ji Yeon putriku hanya putriku. Dia tidak butuh margamu dibelakang namanya. Dari awal kehadiranya dia hanya menjadi putri tunggalku dan selamanya akan begitu. Pergilah! Kejar kebahagiaanmu. Entah itu Seulgi Eonni atau Lisa Eonni aku tidak peduli lagi. Aku tidak menuntut apapun darimu. Hanya satu yang kuinginkan dan aku ingin kau melakukanya. Ceraikan aku, lepaskan aku dari status memuakkan ini. Aku tidak perlu menyadang marga Park dibelakang namaku lagi. Tidak ada gunanya untukku. 5 tahun aku menyandang marga itu tapi tidak secercah kebahagiaan pun yang kurasakan. Bahkan karena marga sialan itu aku harus kehilangan anakku yang bahkan aku sendiri tidak tahu bagaimana rupanya. Pergilah dan jangan pernah kembali. Aku membencimu Park Jimin. Sangat membencimu menjauhlah dari kehidupanku dan putriku, kau tidak dibutuhkan disini jadi enyahlah. Aku muak melihatmu" air mata Jimin tumpah mendengar usiran Aliya. Bibir Jimin bergetar hebat menahan isak tangisnya. Aliya memintanya pergi.
"Jangan pernah tunjukkan wajah memuakkanmu lagi didepanku. Aku membencimu" Jimin menggeleng tidak mau.
"Please Aliya" Lirih Jimin.
"Pergi! Kubilang pergi Bajingan!"
T.b.c