bc

I Do Not Want To Go

book_age0+
64
IKUTI
1K
BACA
like
intro-logo
Uraian

Berikan aku perjelasan dari ini.

Tidak.

Kumohon.

Pergi.

Kumohon.

Pergi kubilang. Apa kau tuli?

-

Tanpa sadar keduanya terikat dimasa lalu, dan salah satunya tidak tau apapun. Sandiwara yang dimainkan untuk menarik perhatian justru menjadi bencana. Memperpanjang masalah yang sudah terbilang dimasa lalu. Semakin keruh dan penuh duri. Akankah semuanya selesai?

chap-preview
Pratinjau gratis
Satu
Happy Reading. * Spoiler. Tidak ada yang ingin menjadi bayangan orang lain. Semau pasti ingin menjadi dirnya sendiri. Tapi jika keadaan yang memaksa, apa yang akan kau lakukan? Tetap memilih itu atau kekeh pada prinsipmu. Hubungan yang tersenyumnyi dari balik kata sahabat. Satu tahu dan satu tidak. Kedua sifat yang berbeda disatukan. Apa yang akan terjadi? Jalan buntu! Jalan keluar. 5 tahun bukan waktu yang singkat, apakah keteguhan itu tetap akan bertehan atau terganti dengan keputus asaan. Waktu, biarkan waktu menjawabnya. Pederitaan yang selalu dirasakan. Apakah ia mampu menahanya atau tetap diam. Happy Spoiler. * "Arghhhhh" mata Jimin berkilat tajam saat melihat pemandangan yang begitu ia benci. Disana, dipelaminan wanita yang ia cintai sedang duduk dengan sahabat karibnya sendiri. Marah, muak, kecewa. 2 tahun Jimin mencintai wanita itu dan Jimin mendedikasikan hidupnya untuk wanita itu, tapi lihatlah, ia bahkan tidak bisa menjadikan wanita itu sebagai istrinya, miliknya. "Kita pergi" Jimin menepis kasar tangan Aliya yang memegang pundaknya. "Kau temani saja Kakak dan Kakak iparmu. Jangan pedulikan aku" desis Jimin tajam. "Ania Jimin-ah. Jiia kau ingin pergi aku akan mengantarmu. Keadaanmu sedang tidak baik dan kau bisa celaka nanti" kata Aliya lembut. "Apa pedulimu?" Tanya Jimin sinis. "Tentu saja aku peduli. Kau sahabatku" kata Aliya tulus. "Aku tidak peduli" Jimin pergi dari hadapan Aliya. Sedangkan Aliya hanya tersenyum sambil mengekori Jimin. * Disinilah mereka berakhir, di sebuah Club yang begitu banyak pengunjungnya. Club terkenal dan terelit di Seoul. Jimin terlihat seperti seorang pecundang dengan melampiaskan rasa sakitnya pada minuman yang ada didepanya. "Aku menyedihkan!" Aliya tersenyum dan mengusap pundak Jimin. "Jika sudah puas kita pulang" kata Aliya. "Aku tidak mau! Kau pulang saja sendiri" ketus Jimin. "Kau sudah mabuk Jimin-ah!" Ujar Aliya. "Aku tidak peduli. Pulang saja sana" Aliya hanya menggelengkan kepalanya kesal dan menarik Jimin yang sudah tidak bisa apa-apa dari meja bertender. "Ini bayaran untuk minuman keparat ini Oppa" kata Aliya pada Sehun. "Kau tidak mau kubantu?" Aliya menggeleng. "Tidak, terima kasih" Aliya memapah Jimin dengan kesusahan. Dia memang biasa memapah Jimin tapi untuk ukuran tubuh besar Jimin ia belum bisa terbiasa. "Jangan banyak gerak" kesal Aliya pada Jimin. "Aku mau minum" kata Jimin. "Nanti saja. Kita pulang dulu" kata Aliya. "Hah sekarang" Aliya tetap melanjutkan perjalananya. "Aliya!" "Hem!" "Sakit" lirih Jimin. "Jangan dirasakan" * "Ah!" Jimin memandang Aliya dengan pandangan yang berkabut. Dibawahnya Aliya sedang menahan kenikmatan yang sedang ia berikan. "Jim!" Jimin semakin mempercepat gerakanya. Gairahnya sudah tidak bisa dibendung lagi. "Lis!" Mata Aliya yang awalnya terpejam kini terbuka menampakkan kesedihan yang begitu kentara karena panggilan Jimin. "Lalisa" lagi kenapa harus nama itu yang ia dengar. Setiap kali mereka bercinta Jimin hanya akan menyebut nama Lisa, Lalisa istri sah dari kakaknya. "Lalisa Park" mata Aliya memerah saat Jimin mengganti marga Lisa menjadi Park. "Jim!" Aliya sudah tidak bisa merasakan kenikmatan lagi. Gairahnya sudah hilang bersamaan dengan Jimin menyebut nama Lisa tadi. "Ah Lis! Ah!" Lagi Aliya kembali meneteskan air matanya. Penuh sesak dan rasa sakit, kapan ini akan berakhir? Dan kapan semua ini akan berlalu. Ia lelah sangat lelah menjadi orang lain. "Lalisaaa Arggg" bahkan saat Jimin mendapatkan pelepasanya nama Lisa masih saja disebut. Hanya Lisa dan selamanya akan tetap Lisa, Aliya hanya akan manjadi bayangan Lisa. "Kau tahu kau sangat cantik Lis! Aku sangat mencintaimu" tangis Aliya pecah saat Jimin mengatakan itu padanya. "Kenapa kau menangis Lis?" Aliya menepis kasar tangan Jimin. "Aku bukan Lisa, Jim. Aku Aliya, Aliya" teriak Aliya emosi. "Apa maksudmu? Kau Lisa" Aliya tersenyum miris dan bangkit dari posisinya. Memakai cepat pakaianya. "Kau akan lebih tenang jika kutinggalkan" lirih Aliya sambil berjalan keluar. "Aliya? Lisa?" * "Shut tenangkan dirimu Aliya" Aliya memeluk erat Sehun, menumpahkan segala yang ia rasakan pada Sehun. "Sakit Oppa" Sehun mengusap lembut punggung Aliya. Berharap bisa mengurangi kesedihan yang Aliya rasakan. "Kenapa mencintainya sesakit ini?" Tanya Aliya semakin terisak. "Jangan difikirkan" kata Sehun. "Aku lelah, sangat lelah!" Sehun mengeratkan pelukanya pada tubuh ringkih Aliya. "Bertahanlah!" Lirih Sehun. "Bertahan? Berapa lama lagi aku harus bertahan. Dia tidak pernah melihatku hanya ada Lisa Eonni dimatanya. Bahkan saat kami bercinta dia juga selalu menyebut nama Lisa Eonni. Berapa lama lagi aku bisa ber tahan Oppa" lirih Aliya. "Kau tidak hidup untuk dirimu sendiri Aliya. Ingat itu" tekan Sehun. "Aku tahu! Tapi sampai kapan aku bisa bertahan. Bertahun-tahun aku alami dengan penderitaan. Kapan aku bisa bahagia?" Sehun menyentuh wajah Aliya, memegang lembut dagu bulat Aliya. "Tunggu sampai hari itu tiba. Kau sudah berjanji padanya dan kau harus menepatinya juga. Hanya sampai tahun ketiga terjadinya peristiwa itu. Dan jika masih belum ada perubahan kau bisa meninggalkanya. Mulai hidupmu yang baru, tanpanya dan tanpa bayangnya! Kau mengerti?" Aliya memejamkan matanya erat dan menganguk pelan. "Kajja Oppa temani kau menemuinya" * Jimin mengerang saat merasakan pusing yang luar biasa pada kepalanya. Rasanya sangat sakit, matanya meneliti tempat yang tidak asing ini dan Jimin sadar jika dirinya ada dikamar Apartemantnya. Jimin menghela nafas saat melihat pakaianya yang berserakan dilantai apalagi dengan kondisi tubuhnya nekad dan Jimin sudah bisa menebak jika semalan ia meniduri Aliya lagi. Menyesal? Tidak. Jimin bukan orang yang mengambil kesucian Aliya, saat pertama kali mereka berhubungan badan Aliya juga sudah tidak perawan dan kenapa ia harus menyesal meniduri bekas. "Tumben dia tidak pamit padaku!" Gumam Jimin saat tidak menemukan apapun dimeja kecil disamping nakas. Aliya biasa pergi sebelum ia bangun tapi Aliya juga terbiasa meninggalkan Note untuknya, tapi kali ini tidak. "Dia marah padaku? Aish Mollayo!" * "Kau ikut?" Tanya Lisa pada Aliya. "Ani! Aku harus chek up. Bulan ini aku belum chek up, bisa-bisa Paman Cho datang dengan antek-anteknya untuk kembali memasungku dirumah sialan itu" Lisa terkekeh mendengar gerutuan Aliya. "Kau akan menjenguknya dengan siapa?" Aliya tampak berfikir. "Hunie Oppa! Dia sudah bilang akan menemaniku" kata Aliya. "Ah Ya Sehun Oppa" Kata Lisa. "Kalian berapa lama?" Tanya Aliya. "2 sampai 3 minggu mungkin" Aliya mengangguk mengerti. "Baiklah! Aku pergi dulu Eonni. Jika Taehyung Oppa bertanya katakan saja aku pergi denganya" pamit Aliya. "Hati-hati!" * "Kukira kau tidak datang!" Kata Jimin pada Aliya. "Kau terus menghubungiku dan aku malas berdebat denganmu" kata Aliya jengah. "Duduklah!" Aliya mendudukan dirinya didepan Jimin. "Katakan!" Kata Jimin. "Mwo?" "Kenapa kau tidak menemuiku 2 minggu ini!" Aliya mengangguk singkat. "Aku sibuk!" Kata Aliya datar. "Sibuk Mwo?" Tanya Jimin menuntut. "Pekerjaanku! Lagi pula tidak ada gunanya juga aku bilang mau apa dan pergi kemana padamu. Ingat status kita Jim, kita hanya teman oke!" Jimin mendengus kesal mendengar jawaban Aliya. "Kau marah padaku karena kejadian malam itu? Apa yang kulakukan?" Aliya tersenyum simpul mendengar pertanyaan Jimin. "Berakhir diranjang seperti biasa dan kau memanggil nama Lisa Eonni yang biasa kau lakukan saat kita bercinta" Jimin menghela nafas pelan. "Mian!" Aliya hanya menatap datar. "Aku terima permintaan maafmu. Sudahkah? Aku ada urusan dengan Sehun Oppa!" Kata Aliya. "Sehun Hyung?" "Ya Aku pergi!" Aliya melenggang menjauh dari Jimin. Sedangkan Jimin mendengus kesal. "Mau apa dia pergi dengan Sehun Hyung?" Gumam Jimin. "Tidak salah aku ikuti kan?!" * Jimin terus mengikuti Aliya dan Sehun, mereka baru saja keluar dari toko buah dan akan menuju kemana Jimin tidak tahu. Jimin masih mengikuti mereka dan ia menyeringit heran saat Aliya dan Sehun kerumah sakit. Jimin tahu rumah sakit ini. Ini rumah sakit Cho Kyuhyun Ayah Sehun. "Apa mereka mau menjenguk Paman Cho? Tapi untuk apa?" Jimin terus mengekori mereka. Dan ia yakin saat Aliya dan Sehun bertemu dengan Kyuhyun yang baru keluar dari ruangan pasien. "Apa ada yang sakit?" Jimin mengeram saat melihat Aliya dan Sehun masuk keruangan pribadi Kyuhyun. "Sial mana kutahu mereka bicara apa jika didalam" Jimin terus mengawasi dari luar ruangan. Sampai seorang suster keluar dari ruangan Kyuhyun, tidak mau membuang waktu, Jimin langsung mengejar suster. "Chogiyo" Jimin menepuk pundak suster itu dan suster itu menoleh. "Ye! Ada yang bisa saya bantu Tuan?" Jimin tampak berfikir. "Apa anda baru saja keluar dari ruangan Dokter Cho?" Tanya Jimin. "Ye Tuan! Ada masalah?" "Ani! Aku hanya ingin bertanya apa ada sepasang pria dan wanita yang masuk kesana?" "Maaf?" "Ah bukan begitu maksudku. Wanita itu kerabatku dan aku ingin tahu dia sakit apa sampai harus menemui Dokter Cho" kata Jimin berkilah. "Ah Nde jadi Nyonya Aliya Park kerabat anda?" Jimin mengerutkan dahinya bungung. Park? Marga Aliya, Kim bukan Park. "Anda salah suster marganya Kim bukan Park" kata Jimin. "Ani Tuan marga Nyonya Aliya adalah Park" Jimin tidak mau ambil pusing tentang marga Aliya, yang ia inginkan adalah mengetahui kenapa Aliya kesini. "Ah ya saya faham. Dan boleh saya tahu kenapa Nyonya Aliya kemari?" Tanya Jimin mengulangi. "Nyonya Aliya chek up kesehatanya dan beliau juga menemui anaknya" mata Jimin melebar saat mendengar ucapan suster itu. "Anak?" Tanya Jimin. "Ye! Putri Nyonya Aliya sedang dirawat disini. Dan hampir 3 tahun Putri Nyonya Aliya koma" tubuh Jimin lemas mendengar penjelasan Suster itu. "Koma? 3 tahun?" "Saya adalah suster baru disini Tuan. Dan saya tidak tahu pasti kenapa Putri Nyonya Aliya mengalami koma. Tapi yang saya dengar jika 3 tahun lalu Nyonya Aliya mengalami kecelakaan bersama suami dan anaknya. Dan anaknya mengalami koma. Sedangkan Nyonya Aliya dan Suaminya selamat, tapi keberadaan Suami Nyonya Aliya tidak ada yang tahu. Ah ya saya permisi dulu Tuan. Masih banyak pasien yang harus saya tangani! Permisi" Jimin masih mematung mendengar ucapan suster itu. "Anak? Suami? Kenapa aku tidak tahu apapun!" Gumam Jimin kaget. "Eomma" Jimin menyeringit bingung saat melihat ibunya kerumah sakit ini. "Apa lagi ini?" Jimin mengikuti ibunya dan betapa terkejutnya Jimin saat melihat ibunya hendak masuk keruangan Kyuhyun. "Eomma..." Jimin menutup mulutnya saat melihat Aliya berlari keluar dari ruangan Kyuhyun dengan deraian air mata, dan yang lebih mengagetkan adalah semua mengerjarnya. Entah itu Sehun, Khuhyun atau Ibunya semua mengejar Aliya. "Apa lagi?" Jimin mengikuti yang lain dan sampailah Jimin pada ruangan VIP rumah sakit ini. Semuanya masuk dan Jimin tidak bisa melakukan apapun. Jimin memberanikan diir untuk mengintip dari celah kaca yang ada. Matanya melebat saat melihat Aliya yang menangis tersendu-sendu sambil memeluk orang yang berbaring diranjang. Jimin tidak bisa melihat siapa itu karena dihalangi Lisa. Lisa? Mata Jimin menajam melihat orang yang ada disana. Ayahnya, Ibunya, Chanyeol, Nida, Jungwoon, Yuri, Jin, Jihyo, Taehyung, Lisa, Aliya, Kyuhyun dan Sehun. Untuk apa mereka semua kemari. Apa hubungan mereka dengan anak Aliya? Kenapa Jimin tidak tahu apapun? "Apa ini?" T.b.c

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

The Prince's Rejected Mate

read
550.4K
bc

A Beta Before an Alpha

read
1.4M
bc

The Alpha's Abused Mate

read
1.2M
bc

The Lycan Prince's Huntress

read
866.1K
bc

The Ryland Boys

read
820.6K
bc

HER GRACE... (king of Alphas)

read
3.4M
bc

The Beta's abused and Rejected Daughter

read
678.2K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook