C H A P T E R II

2003 Kata
JEFFRY POV   Keberangkatan Olive ya...dia isteriku membesitkan kesedihan sekaligus kesepian yang luar biasa, sejak menikah kami tak pernah berpisah lebih dari satu minggu itupun terjadi jika terpaksa sekali, ya ketika aku terpaksa harus pergi meninggalkannya bersama pangeran kecil kami sementara aku pergi dia selalu menghubungiku meski hanya melalui SMS, demikian pula dengan aku.. aku selalu merindukannya meskipun hanya mendengar suaranya. Hari ini setelah tiba di rumah sepulang mengantarkan kepergiannya  aku dan pangeran kecil kami beristirahat, dia tidak menanyakan mamanya atau belum saja aku tidak tahu, yang jelas aku sangat mengkhawatirkan putra kecil semata wayang kami yang tidak pernah berjauhan dengan mamanya sejak dari bayi...ya isteriku sangat telaten merawat kami berdua meskipun aku sakit-sakitan sejak sebelum kami menikah tapi Olive tak pernah melalaikanku, dia sangat menyayangi kami berdua, tak heran jika kepergiannya membuat kami terpukul... Olive tak pernah membiarkan anak kami bermain di luar rumah selain di dampingi aku atau Olive sendiri, dia sangat protektif menjaga buah hati kami sebab ketakutan pada pencernaan anak kami yang sangat mudah terganggu, Olive rela tak memakan makanan yang pedas selama menyusui supaya anak kami tidak diare parah...  Olive mampu merawat anak kami sendiri dari bayi tak pernah meminta orang merawatnya dia terlihat sangat keibuan dan tidak pernah bisa melalaikan anak kami. Anak kami lahir dengan berat badan yang kurang dari standar, jadi dokter menyarankan supaya Olive harus ekstra hati-hati merawat bayinya sebab Olive memaksa untuk membawa bayi kami pulang setelah sehari melewati masa persalinan, padahal dokter meminta supaya bayi kami masih harus di incubator hingga satu minggu kemudian... Aku merasa ragu untuk membawa bayi kami pulang ketika mendengar penjelasan dari dokter bahwa bayi kami seharusnya belum diperbolehkan di bawa pulang sebab selain berat badannya yang kurang pencernaannya masih belum bisa menerima masukan makanan yang selayaknya bayi normal, dan jika Bapak dan Ibu tetap ingin membawanya tolong ikuti saran saya dan tanda tangani surat pernyataan yang menyatakan bahwa kami tidak akan menuntut pihak rumah sakit jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kami berdiskusi sesaat sebab aku ingin memastikan apakah Olive bisa merawat bayi kami dan Olive dengan yakin mengatakan aku pastikan bayi kita akan baik-baik saja sayang... saya akan merawatnya dengan baik dan mengikuti semua saran dokter, saya terbelalak mendengarnya, bagaimana bisa dia berkata begitu?. dia begitu yakin bahwa dia bisa?. Padahal kami berdua tak ada pengalaman mengurus bayi sebelumnya, aku menatap Olive tak percaya dengan apa yang baru ku dengar, namun Olive menatapku dengan tatapan memohon sambil mengangguk supaya aku menyetujui keputusannya dan aku tak bisa berbuat banyak sebab selain kami tak punya biaya untuk perawatan bayi kami selama itu di rumah sakit ini, aku juga tak bisa mengontrolnya setiap saat karena kondisiku yang sakit parah aku tak akan sanggup berjalan bahkan menjaganya siang dan malam akhirnya akupunmenganggukan kepalaku tanda setuju, Olive segera memelukku dengan mata yang mulai berkaca-kaca seraya berkata makasih sayangku... percayalah anak kita akan baik-baik saja, kita berdua orangtuanya kita akan merawatnya dengan baik.   Kami langsung menemui dokter dan menyampaikan hasil kesepakatan kami dengan berat hati dokterpun mengangguk tanda setuju... Kemudian aku disodori surat pernyataan yang tadi disampaikan dokter, setelah membaca isinya dan aku merasa tak ada masalah akupun langsung menandatangani surat pernyataan tersebut. Selanjutnya aku berjalan ke kasir untuk menyelesaikan semua urusan administrasi. Setelah semua urusan selesai suster datang membawa bayi kami dan memberikan pada Olive... Olive tersenyum riang dengan mata yang mulai mengalirkan air bening dan langsung mendekap erat serta mencium pipi mungil bayi kami yang masih sangat lemah... suster langsung berpamitan katanya akan menyiapkan semua hal yang akan kami bawa sebagai kenang-kenangan dari kami, jafi Bapak dan Ibu tolong tunggu sebentar... setelah itu dia berlalu meninggalkan kami. Sementara aku mendekatkan wajahku dan ikut mencium bayi kami...aku memandang Olive dengan terharu... aku tak bisa menahan air mataku mengingat betapa Olive sangat tegar melewati masa yang sangat sulit ini. Aku merangkulnya dan bersyukur dalam hati atas anugerah terindah dalam keluarga kecil kami walau sulit kami hadapi namun akhirnya kami berdua menjadi orang tua bayi kami lahir tanpa kurang satu apapun, aku memperhatikan raut wajah bayi kami lalu aku berkata pada Olive, lihatlah sayang hidungnya mancung sepertiku, kulitnya putih bersih sepertimu dan rambutnya pirang sepertimu. Olive mengangguk dan memelukku dengan satu tangan sebab tangannya yang lain menggendong bayi kami. Suster yang sedari tadi masih mempersiapkan bingkisan akhirnyaa kembali dan memberikan sebuah tas kain yang penuh sesak... dan langsung menyerahkannya pada kami seraya berucap selamat ya Bapak dan Ibu semoga bayinya menjadi anak yang berbakti dan sehat selalu... Kami menjawab bersamaan ... amin suster... Lalu kataku lagi terima kasih untuk semua kebaikannya selama kami disini suster sekarang kami pamit pulang  suster menjawab iya sama sama pak, buk sambil menyodorkan tangannya akupun menyambutnya hangat begitu juga dengan Olive... Kemudian kami berlalu meninggalkan ruang rawat itu dan langsung mencari taksi untuk mengantarkan kami pulang. Aku berkali-kali memanjatkan doa dalam hati bersyukur atas anugerah terindah Tuhan buat keluarga kecilku...ya keluargaku begitulah aku menyebutnya meskipun aku tak bisa memungkiri hingga anak kami lahir aku belum menikahi Olive sebab kondisiku yang tak miliki apa-apa sampai kenyataan ini terjadi. Aku tahu Ollive sangat menderita karena aku... sebelum hamil Olive sudah bekerja, gajinya lebih dari cukup untuk kebutuhan sehari bahkan dia bisa membeli perhiasan dan menabung bahkan setiap habis gajian dia selalu mengirim uang pada adi ataupun orang tuanya... Tapi karena kecerobohanku membuat dia hamil dia kehilangan pekerjaan sebab Olive tak mau manggung malu karena perutnya yang semakin membuncit hingga akhirnya kami memilih pindah ke daerah lain dengan harapan Olive bisa mendapat pekerjaan lagi, namun hingga anak kami lahir dia tak mendapat pekerjaan sementara uang tabungan dan perhiasannya sudah terkuras habis aku sangat merasa bersalah bahkan biaya persalinan dan hidup kami setelah anak kami lahir ayahku yang memberikan... Olive tetap sabar merawatku yang masih sakit, bahkan makin parah..meski terkadang dia menangis dipelukanku namun akupun tak berdaya... hingga akhirnya aku memutuskan untuk kami pulang ke ibu kota sebelum melanjutkan ke kampung halaman kami. Ayahku mengirim uang buat transport kami ke Jakarta. Olive sekarang semakin kurus dan pucat... sepanjang perjalanan ke Jakarta awalnya bayi kami tidur pulas namun menjelang dini hari dia menjerit-jerit menangis dan tak mau diberi ASI, Olive sangat tahu kebiasaan bayi kami dia tak akan menyusu jika dia merasa ASI-nya berbeda Olive menatapku seraya berkata ASI-nya berasa basi makanya dia tak mau meminumnya.Aku sangat hafal kebiasaanOlive, ketika dini hari Olive dengan telaten memanaskan air untuk mengompres ASI nya sebelum diberikan pada anak kami sebab pada jam-jam begini bayi kami biasa bangun dan menyusu, namun dalam perjalanan seperti ini bagaimana Olive melakukan itu? dia tidak mungkin bisa melakukannya sebab tak ada air hangat ingin membeli tak ada orang yang berjualan...Olive berusaha menenangkan bayi kami namun dia tetap menjerit hingga membangunkan seluruh penumpang di gerbong kereta yang kami tumpangi, kami coba memberikan s**u formula namun bayi kami tidak mau dan malah menambah keras jeritannya... Olive menarik napas berkali-kali dan berdiri menggendong bayi kami namun tetap saja tak bisa di diamka sebab perutnya lapar dan sangat haus... ku lihat Olive hampir menangis putus asa sebab dia berdiri hampir dua jam, ditambah lagi kereta yang selalu berhenti di setiap stasiun membuat perjalanan kami semakin lama... akupun ikut berdiri membujuk bayi kami dan menguatkan Olive supaya sabar... Aku tahu Olive pasti merasa sangat letih dan malu dengan penumpang lain untung saja tidak ada yang datang marah-marah pada kami karena tangisan bayi kami ini... Olive tak bisa duduk barang sebentarpun jika dia berhenti menggoyangkan badannya bayi kami anak menangis lagi. Setelah hampir lima jam akhirnya kereta berhenti di stasiun Jati Negara kami langsung buru-buru turun, dan bersyukurnya pak Andika yang membantuku membawa barang kami  saat naik kemarin sore kini dengan setia membantuku lagi untuk menurunkan barang-barang kami, terima kasih pak ucapku tanpa disangka pak Andi tersenyum dan memelukku seraya berkata sama-sama nak, hanya ini yang bisa bapak buat untuk kalian, jaga kesehatan dan keluargamu baik-baik ya bapak jalan lagi kereta sudah hampir berangkat setelah menyalami Olive pak Andi langsung berjalan meninggalkan kami, aku terdiam melambaikan tangan membalas lambaian pak Andi, aku benar-benar terharu ternyata ada orang yang baik di dunia ini Tuhan ucapku dalam hati sambil menghapus air mataku yang entah sejak kapan sudah mengalir di pipiku. Sepanjang perjalanan pak Andi memang bercerita banyak padaku begitu juga denganku meskipun kenal tanpa disengaja beliau sangat bersahaja dimataku, beliau sangat baik. Dalam hatiku aku mengucap Terima kasih Tuhan aku boleh dipertemukan dengan pak Andi yang sangat baik. Semoga Tuhan membalas kebaikannya. Aku mengeluarkan ponselku lalu menelpon sepupuku untuk mengingatkannya bahwa kami sudah tiba di Stasiun ini, kami sudah diperjalanan sebentar lagi tiba, baiklah jawabku seraya memutar sambungan telponku. Aku memang sudah menghubunginya kemarin sebelum kami berangkat dan dia mengatakan akan menjemput kami pagi ini dan dia menawarkan supaya kami tinggal di rumahnya saja sebelum kami pulang ke kampungku, dia selalu peduli padaku seburuk apapun aku begitu juga dengan suaminya mereka selalu memintaku berlibur ke rumahnya ketika aku libur kuliah sebelum aku mengalami kecelakaan dua tahun lalu yang memaksaku kehilangan masa depanku sebab aku terpaksa putus kuliah sebab orang tuaku tak mampu membayar biaya cutiku belum lagi biaya operasi paha kiriku yang remuk akibat benturan keras pada saat kecelakaan itu, yang menyebabkan tangan sebelah kirikupun lumpuh total dan menurut dokter itu di sebabkankk sarafku terjepit. Tak lama berselang aku menoleh kearah suara yang memanggil namaku, sepupuku sudah berdiri di dekatku dia tersenyum menatapku dan langsung memelukku Olive yang menggendong bayi kami hanya berdiri mematung Olive terdiam tak mampu berkata-kata, sebab sepupuku langsung menangis melihat kondisiku aku hanya bisa berkata ma...maafkan kami menyusahkanmu...dia tak menjawabku namun tetap menangis dan ketika melihat Olive dia langsung menghampirinya dan memeluk sambil menangis, tangis Olivepun pecah seketika... Sambil balas memeluknya Olivepun mengucapkan maaf padanya namun dia hanya mengangguk belum mampu berkata apa-apa, setelah beberapa saat diapun   membuka suara, ngga apa-apa ayo kita ke rumahku jangan memikirkan hal yang tidak-tidak. Aku mengangguk pelan tak mampu menjawab apa-apa sebab sudah begitu banyak pengorbanannya  untukku berawal dari kecelakaan itu kakak sukungku, Orang tua dan sepupuku inilah yang membiayai semuanya...dan kini aku kembali datang dan menyusahkannya, betapa tulus dan mulia hatinya. Suaminya yang menunggu kami di gerbang stasiun sudah tersenyum kearah kami ketika melihat kami mendekat, dia kemudian menyalami aku dan Olive dan membantu membawakan barang-barang kami yang tadi di bawa sepupuku. Kami masuk ke mobil dan langsung melaju kencang sebab bayi kami mulai menangis lagi, setelah mendengar penjelasanku iparku langsung mempercepat laju mobilnya,   setengah jam kemudian tibalah kami di rumah mereka... Kami disambut anak-anaknya yang masih kecil-kecil, Dan sepupu yang lain yang memang tinggal bersama mereka... suami istri ini memang sangat lapang d**a mereka menampung dan menyekolahkan saudara-saudara kami yang kurang mampu tanpa mengharapkan imbalan apa-apa aku sungguh salut pada mereka. Olive sudah sering datang kesini selama aku dalam masa perawatan sehabis kecelakaan hingga meraka tak canggung-canggung menyerbunya ketika kami tiba... mereka menggendong bayi kami yang tentu saja mendapatkan penolakan sepihak dari bayi kami dengan cara menangis sebab dia masih kelaparan... Olive buru-buru mandi dan mengonpres ASI-nya lalu segera menuju ruang keluarga dimana salah satu sepupuku sedang menggendong bayi kami yang pastinya harus berdiri dan menggoyang-goyangkan kaki supaya bayi kami tidak menangis, Olive segera meminta bayi kami untuk diberi ASI. Segera Olive masuk ke kamar untuk menyusui sebab sungkan jia dilihat saudara-saudari kami... aku menyusulnya dan menemani di kamar... pa... panggil Olive,  iya... jawabku... kenapa? Papa mandi dulu ya ucapnya lembut ... iya sayang sahutku... mandi air hangat ga?  tanyanya, nggak perlu ma... kamu masih capek... tapi papa khan sakit... tunggulah sebentar dede tidur mama siapkan air ya, ya uda jika kamu memaksa jawabku ya begitulah Olive dia selalu memperhatianku itulah yang membuatku selalu mengagguminya pikirku, seraya kembali duduk disampingnya memperhatian bayi kami yang menyusu dengan lahapnya, kukecup lembut kening Olive seraya berucap makasih sayang... kamu selalu mengerti apa yang aku perlukan, olive tersenyum dan menjawab itu sudah menjadi kewajibanku pa jangan terlalu banyak berfikir ya... katanya lagi. Kali ini Olive yang mengecup pipiku lembut, yang penting sekarang papa sehat ya ucapnya lembut ditelingaku, iya sayang jawabku lalu aku memeluk Olive dan bayi kami. Aku merasa sedikit lega kami akhirnya bisa tiba di Jakarta ini selanjutnya kami akan segera bertolak ke kampung setelah pernikahan kami selesai.   Bagaimanakah pernikahan meraka?  Ikuti terus kisahnya guys... jangan lupa follo me and like. Boleh kasih kritik dan saran ya guys...       
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN