Bab 16. Rencana Billy mendekati Lusi

705 Kata
Billy telah menyelesaikan masalah di pabriknya. Kesepakatanpun terjadi dengan para buruh. Billy memenuhi tuntutan mereka dan akhirnya semua dapat kembali berjalan. Billy yang memiliki ketertarikan dengan Lusi berusaha mencari tahu latar belakangnya. Billy pun sampai menyewa seorang profesional. Billy mulai mendekati Lusi berdasarkan informasi yang dia peroleh. "Jadi, namanya Lusiana Dewi, mahasiswi semester 1 dan baru berusia 19 tahun. Ayahnya seorang pemilik toko kelontong yang merupakan pelanggan di pabrik. Berpacaran dengan Angga Wijaya sekitar 2 tahun yang lalu". "Berarti aku memiliki peluang yang besar untuk mendapatkan Lusi. Angga hanya orang rendahan mana bisa bersaing denganku". Hari ini, Angga pun sudah mulai datang ke pabrik untuk melakukan pekerjaannya. Luka di kepalanya sudah membaik, hanya meninggalkan sedikit bekas goresan. Angga mulai menyesuaikan diri dengan sistem operasional pabrik yang baru. Billy pun memberi Angga banyak pekerjaan sehingga Angga menjadi sibuk. Sementara Billy mulai melakukan aksinya untuk mendekati Lusi. Hari ini masa hukuman Lusi berakhir, Lusi dapat kembali ke kampus. Situasi di kampus pun sudah mereda, tidak ada lagi yang mengungkit tentang video. Lusipun sebisa mungkin menghindari bertemu Fabian. Fabian juga kini sudah menggandeng wanita lain dan sudah tidak memperdulikan Lusi karena Lusi bagaikan barang bekas yang sudah dia pakai. Jadi sudah tidak berharga lagi. Lusi belajar di kampus seperti biasa. Saat hendak pulang, Lusi dihadang sebuah mobil sedan berwarna putih saat di depan gerbang. Lalu turun seorang pria yang tampak tidak asing bagi Lusi, ya itu adalah Billy. "Halo, kamu mau pulang kan. Saya antar dengan mobil saya ini", sambil bersandar bangga pada mobilnya. "Pak Billy. Kenapa ada bisa di sini?" "Saya memang datang untuk mengantar kamu pulang". "Terimakasih tapi saya sudah pesan ojek". "Saya ingin berkunjung ke toko ayah kamu. Beliau kan salah satu pelanggan di pabrik saya. Saya sebagai pemilik baru tentu harus mengenal langganan saya. Jadi sebaiknya kamu ikut dengan saya sekalian. Sayang kan wanita secantik kamu harus naik ojek dan cuaca pun sudah mendung. Bisa-bisa kamu kehujanan di jalan. Ayolah jangan menolak kebaikan orang". Dan benar saja tiba-tiba turun hujan rintik-rintik. Akhirnya dengan sedikit terpaksa Lusi mau ikut bersama Billy. "Baiklah, tapi ini karena saya sedikit terpaksa". Lusi naik ke mobil lalu Billy melajukan mobilnya. "Kamu tambah cantik kalau marah, aura kamu tuh makin terpancar". "Pak Billy, saya bukan wanita yang mudah di rayu ataupun tergoda dengan kekayaan. Dan anda harus tau, Ka Angga adalah pria yang ada di hati saya". "Justru saya suka dengan wanita yang seperti kamu ini, terbuka dan terus terang". Lusi hanya memberi senyum sinis dan tidak meladeni Billy lagi sepanjang jalan. Akhirnya mereka sampai di depan gang rumah Lusi. Mereka turun lalu berjalan sampai ke depan rumah Lusi. Ayah Lusi sedang menjaga tokonya dan saat Lusi pulang dengan Billy, Pak Harris langsung bertanya. "Lusi pulang, Bah". "Iya, Lus. Kamu pulang dengan siapa?" "Saya Billy Firdaus, Pak. Saya ini pemilik baru pabrik roti langganan toko Anda ini. Saya ini atasannya Angga". "Pak Billy, ada keperluan apa sampai ke toko kecil saya ini?" "Saya hanya ingin mengenal langganan dan supaya lebih dekat". "Mari Pak, silahkan duduk. Beginilah keadaannya agak berantakan". "Lus, tolong buatkan teh untuk Pak Billy". Lusi pun menuju dapur untuk membuat teh sementara Pak Harris berbincang dengan Billy. "Pak Billy ini lulusan luar negeri, tinggal di Singapura dan baru kembali. Hebat ya Pak Billy ini, sudah tampan mapan pula". "Iya, Lusi itu anak Bapak satu-satunya". "Betul, Lusi itu anak tunggal, jadi agak manja". "Justru Lusi itu pemikirannya luas dan saya kagum". "Pak Billy terlalu memuji". Lusi datang dengan membawa teh lalu pamit lagi dengan alasan ingin mandi. "Ini tehnya, Abah. Lusi mandi dulu gerah di sini", sambil mengipas dirinya dengan nampan yang dia bawa. Pak Harris dan Billy lanjut berbincang, Billy juga mengorek informasi tentang Angga dan Lusi. Pak Harris pun menceritakan awal perkenalan mereka. "Jadi, Angga yang sering mengantar roti ke toko Bapak lalu bertemu Lusi". "Benar, Angga itu anak yang tekun dan jujur. Saya senang punya menantu seperti dia". "Menantu? Maksud Bapak?" "Bapak sudah memberi restu kalau mereka mau menikah". Billy yang mendengar hal itu tampak kurang senang dan setelah itu dia pamit. "Sudah malam, saya pamit pulang". "Terimakasih Bapak sudah mau berkunjung ke sini". Billy pun pulang dengan banyak rencana di pikirannya. "Aku semakin tertantang untuk mendapatkan kamu, Lus. Lihat saja kamu pasti jadi milikku secepatnya".
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN