Billy sering menghubungi Lusi. Dia juga beberapa kali datang ke kampus. Billy juga memberinya bunga, coklat, minuman. Dan juga beberapa kali mengajak Lusi keluar namun Lusi menolaknya.
"Aku tidak akan menyerah. Aku akan terus mengejarmu", gumam Billy dalam hati.
Lusi juga tidak menceritakan tentang Billy kepada Angga. Karena Lusi takut, hal itu akan mempengaruhi pekerjaannya. Dia tidak ingin Angga merasa tidak nyaman saat bekerja kalau ternyata atasannya mengejar dirinya. Jadi, Lusi merahasiakannya.
Hari ini, Billy memberi banyak tugas untuk Angga, mengecek mesin, mengecek bahan, pengemasan sampai pengiriman. Hal ini, sengaja dilakukan Billy agar Angga semakin jauh dengan Lusi.
Billy juga mengetahui kalau hari ini, 2 Mei adalah hari ulang tahun Lusi. Iya, hari ini Lusi berumur 20 tahun. Memang, ulang tahun Lusi tidak dirayakan tapi pasti Angga selalu ingat hari ulang tahunnya dan menjadi orang kedua yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya setelah Pak Harris.
Namun, pagi ini Angga buru-buru ke pabrik tanpa sempat mengucapkan selamat pada Lusi.
Lusi menunggu sedari pagi, setidaknya pesan, sudah 2 hari ini, Angga hanya mengirim pesan bahwa dia banyak pekerjaan, dia sibuk, dia lelah dengan pekerjaannya.
"Dan mungkin hari ini, Ka Angga tidak ingat dengan ulang tahunku", gumam Lusi.
Lusi pun tampak tak bersemangat pergi ke kampus. Di kampus, Lusi juga tidak begitu fokus pada pelajarannya. Lusi sesekali menatap handphonenya, menunggu pesan dari Angga.
Saat selesai kuliah dan hendak pulang, seperti biasa Billy sudah menunggunya. di depan gerbang. Billy membunyikan klakson dan turun dari mobilnya.
"Lusi, kamu tampak murung hari ini. Bukankah hari ini ulang tahunmu? Happy Birthday ya. Bagaimana kalau kita dinner untuk merayakannya?"
"Maaf, tapi saya sudah ada acara dengan Ka Angga".
"Benarkah? Saya ragu", sambil mengerutkan dahinya.
"Ehm..., saya yakin Ka Angga pasti ingat hari ini. Saya permisi".
"Sudah jangan terlalu berharap yang tidak pasti. Yang pasti ini sudah ada di hadapanmu. Ayolah saya akan membuat hari ini menjadi hari paling bahagia untukmu".
Lusi kembali melihat layar handphonenya, sama sekali tidak ada pesan dari Angga. Jam juga sudah menunjukkan pukul 4 sore.
"Baiklah, saya ikut dengan Anda tapi hanya untuk hari ini saja".
"Tentu, teserah kamu saja".
Akhirnya, mereka berjalan bersama. Di dalam mobil, Lusi diam saja sedangkan Billy bersiul senang.
Billy membawa Lusi ke butik lalu memilihkannya gaun berwarna merah muda dengan model rok lebar dan lengan pendek. Lusi terlihat manis dengan gaun itu. Lalu Billy pun membawa Lusi ke salon. Lusi di rias dan rambutnya di curly. Billy terpesona dengan kecantikan Lusi.
"Kamu memang cantik bila jalan dengan orang yang tepat".
Lusi hanya tersenyum, dia baru pertama kali di perlakukan bagaikan putri. Angga sama sekali tidak seromantis Billy.
Lalu mereka pergi ke sebuah restoran Italy. Di sana, Billy memesan pasta, steak juga wine.
Mereka berbincang ringan dan suasana hati Lusi pun menjadi bahagia. Billy memang tipe pria yang romantis sehingga Lusi mulai luluh.
Selesai makan jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Billy pun mengantar Lusi pulang.
Sesampainya mereka di depan gang rumah Lusi, Lusi mengucapkan terimakasih kepada Billy.
"Terimakasih untuk hari ini, saya merasa bahagia".
"Saya senang bisa membuat kamu bahagia dan saya ingin membahagiakan kamu setiap hari".
"Ehm...., saya pulang dulu", sambil membuka pintu mobil lalu turun.
"Sebentar lagi, kamu pasti luluh".
Dan Billy pun melajukan mobilnya.
Lusi sampai di rumah dan bertemu Pak Harris.
"Lusi, cantik banget. Kamu darimana?"
"Lusi habis makan malam Bah".
"Wah, Nak Angga memang calon suami terbaik buat kamu".
Pak Harris mengira Lusi pergi dengan Angga dan Lusi pun seakan membenarkan.
Lusi pergi membersihkan riasannya lalu mandi. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam namun belum ada pesan dari Angga. Lusi merasa sedih lalu mengirim pesan ke Angga.
"Ka Angga benar-benar lupa hari ini".
Sementara Angga sedang dalam perjalanan pulang sehingga belum membalas pesan dari Lusi.
Setelah Angga sampai di rumah, dia bergegas mandi baru rebahan dan melihat handphonenya. Angga melihat pesan Lusi.
"De, Ka Angga baru abis mandi nih. Ada apa dengan hari ini, De?"
Lusi yang mendapat balasan dari Angga segera membuka pesan itu dan Lusi sungguh kecewa dengan jawaban Angga.
"Bukan hal penting Ka. Lusi tidur dulu ya".
"Ka Angga juga mau tidur, lelah seharian bekerja".
Keesokkan harinya, Angga masih sama sibuk dengan pekerjaannya. Billy pun semakin gencar mendekati Lusi dan Lusi mulai merespon Billy.
Lusi sekarang tidak menolak bila Billy mengantarnya pulang dan mereka menjadi semakin dekat. Hal ini berlangsung selama seminggu sampai hari ini, Billy ingin Lusi menjadi kekasihnya dan memutuskan Angga.
"Lusi, saya mau kamu jadi kekasih saya. Kamu mau kan?"
"Tapi Ka Angga...,"
"Kamu tinggal putusin dia, mudahkan. Saya ini tulus mencintai kamu dan ingin serius dengan kamu".
"Beri Lusi waktu ya untuk berbicara dengan Ka Angga".
"Baiklah, saya akan menunggu".
Elisa, yang masih punya rasa dendam dengan Lusi sering memantau Lusi dengan Billy.
"Kasihan banget pacarnya selalu di duakan olehnya. Sekarang incarannya Om-om. Aku harus peringatkan Om-om itu".
Saat ada kesempatan, Elisa menghadang mobil Billy. Billy lalu menghentikan mobilnya.
"Ada apa ya? Kenapa kamu menghadang mobil saya?"
"Saya ada informasi mengenai Lusi. Om ini pasti selingkuhannya".
"Saya ini kekasihnya dan saya bukan Om-om ya".
"Uuuppss, masa. Lusi itu sudah punya pacar namanya Angga".
"Ooo, Angga. Dia itu cuma bawahan saya. Sudahlah saya tidak punya banyak waktu berurusan denganmu".
Lalu Elisa menunjukkan video Lusi bersama Fabian sewaktu di hotel tempo hari.
"Anda harus lihat ini terlebih dahulu sebelum pergi".
Billy lalu melihat video itu, dan merasa tak percaya. Gadis seperti Lusi pernah melakukan hal itu.
"Ini bukti kalau Lusi itu pernah selingkuh dan sampai mau berbuat seperti itu. Mungkin Anda ini yang ke sekian untuknya. Wajahnya memang cantik dan polos tapi sikap dan sifatnya??? Anda harus hati-hati".
Billy agak marah tapi dia berusaha tetap tenang. Pasti ada penjelasan untuk ini semua. Aku harus tanya sendiri ke Lusi.
"Saya akan hati-hati. Permisi".
Dan Billy pun pergi dengan mobilnya.