BACA DESKRIPSI!!!
Satu kebiasaan yang akan selalu aku lakukan, menatap dirimu dari jauh.
Happy Reading
Keesokan harinya...
Di kantin setelah jam istirahat kedua.
"Lo masih bertahan sama dia?" tanya Nikita, sahabat Helshah.
Helshah yang sedang membalas pesan dari Varka pun sedikit tersentak. "Ha? Apa?"
"Lo masih bertahan sama dia?" ulang Nikita yang langsung mendapatkan anggukan kepala dari Helshah.
"Memangnya kenapa?" tanya Helshah sedikit memancing.
Nikita terkekeh, lalu menggeleng. Sedangkan Helshah dan Teja menatap aneh Nikita.
"Lo kesambet apaan?" tanya Teja sembari menyeruput juice jambunya.
"Dia kali yang kesambet." balas Nikita dengan dagu yang mengarah pada Helshah.
"Apaan sih, Ta? Lo nggak biasanya lho kayak gini. Salah makan obat?" protes Helshah yang tidak terima dengan perkataan Nikita.
"Gue cuman kasian aja liat lo."
Mendengar perkataan Nikita menghantar kerutan kening pada kedua dahi mereka.
"Memang gue kenapa, ha?" tanya Helshah sedikit menantang.
Helshah yang sejak tadi saling menukar kabar dengan Varka pun harus terhenti karena mendengar perkataan Nikita. Dengan kesal, Helshah menaruh ponselnya di meja. Sedangkan Nikita mulai mencondongkan tubuhnya sampai menempel pada meja yang membatasi keduanya.
"Gue kasih tau sama lo, Varka cuma mempermainkan lo doang. Dia nggak pernah serius sama lo. Untuk apa lo mempertahankan dia kalau kalian nggak terikat hubungan apapun?" ucap Nikita membuat Helshah terdiam.
"Gue sampai nggak ngerti lagi sama lo, Sya. Lo kayak cewek kehausan satu cowok. Gue yakin kalau lo nggak cinta sama dia. Lo cuma terobsesi kan sama dia?" lanjut Nikita.
"Ta, lo apaan, sih?! Kenapa lo bisa ngomong kayak gitu sama Helshah?! Dia sahabat lo! Seharusnya lo ngerti perasaan Helshah! Bukan melukai hatinya gini!" ucap Teja bangkit dari duduknya.
Ia mulai habis kesabaran mendengar semua perkataan Nikita. Teja menarik tangan Helshah. Namun, si pemilik tangan sama sekali tak bergerak sedetikpun.
"Biarkan dia ngomong. Gue masih mau dengar semua omongannya." ucap Helshah lirih dengan tatapan kosong ke depan.
Teja menggeleng lambat, ia menatap pedih Helshah. Dengan terpaksa, Teja mendudukkan dirinya di samping Helshah kembali.
"Lanjutkan, Ta." ucap Helshah berusaha tenang.
Helshah mulai melipat tangannya didada dengan punggung yang bersender pada kursi.
"Se-sebelum lo kenal Varka, gue udah kenal dia duluan. Seharusnya Varka bersama gue dan bukan sama lo! Lo tau kan kalau gue benci dengan orang yang merebut milik gue?" lanjut Nikita tajam.
'Bahkan dari kecil, gue dan Varka selalu bersama. Gimana mungkin lo mengatakan kalau gue merebut milik lo?' batin Helshah dengan lelehan kristal yang mulai berjatuhan.
"Te-rus?" tanya Helshah tetap berusaha tenang sambil mengusap pipinya yang basah.
"Gue cinta sama Varka. Gue nggak suka liat lo yang selalu ada di samping Varka. Jadi tolong, pergi jauh dari Varka." ucap Nikita dengan pipi yang ikutan basah.
"Oh, gue mulai mengerti sekarang." ucap Teja dengan kepala yang diangguk-anggukan.
"Pantas selama ini gue perhatiin, lo berubah saat melihat Helshah dengan Varka. Ternyata lo cinta sama Varka. Cih!" lanjut Teja berakhir membuang ludah.
"Menjijikkan sekali! Gue sampai nggak bisa mau mengatakan apa lagi. Gue nggak tau kata apa yang pas untuk lo. Mungkin... pho? Karena yang gue tau, sahabat nggak akan pernah bisamerusakk hubungan sahabatnya. Dia akan selalu mendukung sahabatnya dalam suka maupun duka. Tapi, lo?" cerocos Teja dengan berakhir menggeleng.
"Sangat memalukan!" tekan Teja di perkataan terakhirnya.
"Ja, udah. Gue udah tau kalau dia cinta sama Varka. Gue cuma mancing dia doang agar mengatakan semuanya." ucap Helshah sambil mengusap punggung tangan Teja.
"Terus lo ngebiarin diamerusakk hubungan lo?" ucap Teja tak habis pikir.
"Hubungan apa yang lo maksud. Hubungan tanpa status? Haha, kenapa kalian masih nggak bisa berpikir dengan baik, hem? Orang bodoh juga tau kalau Helshah dan Varka nggak pernah memiliki hubungan apapun." ucap Nikita sarkasme.
Tangan Teja yang berada di genggaman Helshah mengepal. Ia bersiap-siap ingin melayangkannya di muka mulus Nikita. Namun, Helshah menggenggam tangannya erat.
"Udah, Nikita benar. Gue dan Varka memang nggak ada hubungan apapun. Orang gila yang percaya kalau gue punya hubungan sama Varka." ucap Helshah dengan senyuman paksanya.
"Sekarang terserah lo, Ta. Mau lo apakan Varka, gue nggak peduli. Gue duluan." ucap Helshah yang perlahan menghilang dari pandangan Nikita dan Teja.
"Semuanya hancur hanya karena cewek kayak lo! Mungkin bagi lo persahabatan nggak penting, tapi bagi gue sangat penting. Karena gue mengenal kebahagiaan dari persahabatan kita. Tapi dengan mudahnya lo menghancurkan persahabatan itu!" ucap Teja menatap benci Nikita.
"Urusan kita belum selesai. Gue nggak akan biarkan hidup lo tenang setelah apa yang udah lo lakuin ke Helshah." ucap Teja sebelum benar-benar pergi meninggalkan Nikita sendirian.
"Maafkan gue, hiks!" tangis Nikita pecah, namun itu semua sudah terlambat. Semuanya hancur sama seperti yang ia harapkan.
"Sya, tungguin gue!" ucap Teja sambil mengejar Helshah yang menuju taman belakang.
Grep!
Teja berhasil meraih tangan Helshah. Teja membalikkan tubuh Helshah.
"Gue tau lo terluka, tapi nggak gini juga, Sya. Lo masih ada gue, gue akan selalu ada untuk lo. Jadi tolong, berhenti menangis. Gue nggak suka liat lo lemah gini." ucap Teja dengan Helshah yang berada di pelukannya.
'Gue nggak akan biarin orang yang udah buat lo nangis gini. Liat aja, gue akan balas perbuatannya.' batin Teja di hati.
"Sudah, jangan menangis lagi. Tenanglah." ucap Teja sambil melepaskan pelukannya setelah Helshah merasa sedikit baik.
"Gue mau ngomong sama Helshah. Bisa lo tinggalin kami berdua?"
Mendengar suara familier itu membuat keduanya menatap sumber suara yang berada di belakang Teja.
Teja menatap Helshah sebentar, lalu mengusap pipi Helshah sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan keduanya.
Di taman...
"Gue mau lo jauh dari gue." ucap Helshah to the point.
Varka, cowok yang di sampingnya hanya diam saja. Ia menunggu perkataan selanjutnya dari Helshah.
"Gue nggak mau lo dekatin gue lagi." lanjut Helshah yang masih menatap kosong ke depan.
"Udah, ya. Gue mau ke kelas dulu, bentar lagi bel berbunyi." ucap Helshah yang di iringi dengan suara bel.
Dua langkah ingin pergi, Varka langsung menghentikan langkah Helshah. Varka bangkit dari tempat dan berdiri di hadapan Helshah.
"Apa maksud lo?" tanya Varka sedikit memancing.
"Gue mau lo jauhi gue." ulang Helshah sambil menatap ke bawah.
"Katakan itu saat lo melihat gue." ucap Varka.
Helshah menutup matanya, membuang napasnya kasar, lalu membuka matanya kembali. Helshah mulai mengangkat wajahnya dan menatap tajam Varka.
"Gue mau lo jauhi gue." ulang Helshah dengan menekan semua perkataannya.
Varka mencengkeram kedua bahu Helshah. "Gue nggak akan pernah jauhi lo."
"Jangan egois, Ka! Gue sama lo nggak ada hubungan apapun selama ini. Jadi untuk apa gue ada di samping lo?" pancing Helshah.
"Lo yang egois!" balas Varka tanpa sadar kian mencengkeram bahu Helshah.
"Shhh, gue egois apa, ha? Selama ini gue selalu nuruti apapun omongan lo. Sekarang gue mohon, jauhi gue. Gue nggak mau lo permainkan terus." ucap Helshah menggerak-gerakkan bahunya agar terlepas dari cengkeraman Varka.
"Gue punya hati yang bisa saja merasakan lelah dan sakit saat mereka memandang gue rendah." lanjut Helshah lirih.
"Gue capek, Ka. Gue juga ingin di perjuangin bukan di permainkan gini, hiks!" tangisan Helshah pecah kembali.
Tidak tahu tangisan ke berapa ini. Pokoknya, ia sudah capek menangis terus dalam satu hari ini. Varka yang melihat air mata itu segera mengusapnya dengan lembut.
"Gue cinta lo. Gimana bisa gue lepaskan lo gitu aja setelah lo berhasil menaruh nama lo di hati gue?" ucap Varka dengan jujur.
"Lo nggak mungkin cinta sama gue, hiks!" ucap Helshah yang berusaha membuang jauh perasaan bahagia itu.
Helshah tidak mau lagi jatuh pada Varka. Ia ingin bebas tanpa ada yang mengusik kehidupannya.
"Apa yang harus gue lakukan agar lo percaya kalau gue cinta sama lo?"
Helshah menggeleng lambat, lalu memeluk erat tubuh Varka. "Lo nggak perlu ngelakuin apapun. Gue yakin kalau lo cinta gue, hikshiks!"
Varka membalas pelukannya dan membiarkan Helshah menangis di pelukannya.
Selang beberapa menit, Varka melepaskan pelukannya. Ia mengusap pipi Helshah yang basah.
"Sudah, jangan nangisJelek. Jelek tau." ucap Varka dengan senyuman tipisnya.
"Gue memang jeleku jelek dimata lo." balas Helshah dengan senyuman tipisnya.
Tangan Helshah sibuk ikutan mengusap pipinya yang basah.
"I Love You Helshah Syaputri." ucap Varka dengan menyatukan kedua dahi mereka.
"I Love You Too Varka Derrel." balas Helshah dengan Varka yang mengecup dalam keningnya.
To Be Continued...
1358 kata
Say next sebanyak2 nya!
Helshah Syaputri Hapipa
Varka Derrel Fellano
Pari Rismayanti Indira
Tejaswi Kheyla Anvy
Nikita Sadilah Irwanda
Kiss jauh
linar_jha2