Tembakan segala arah menghantam Centauri. Centauri dengan gagah berani terus maju. Kiku yang menggerakkan Centauri sebagai tubuh kedua, mengubah Centauri menjadi robot tempur seperti manusia.
Centauri terbang seraya memutar-mutarkan tombak laser yang tercipta dari tangan kanannya. Aku juga merasa menjadi bagian dari diri Centauri. Bersatu dalam kekuatannya.
Beberapa robot tempur musuh juga berubah bentuk menyerupai manusia. Mereka bersenjatakan senapan serbu yang berukuran sangat besar. Dari moncong setiap senapan, energi menyerupai komet keluar dan meluncur ke arah Centauri.
Centauri tetap utuh meskipun berbagai ledakan menerjang dirinya. Ia maju melesat, menghilang ketika mendekati musuh. Musuh kebingungan saat mencarinya ke segala arah hingga ia muncul dari atas seraya melayangkan tombak laser secara vertikal ke bawah.
Tombak laser menghancurkan tangan lawan. Ledakan besar terjadi lagi, bersama tombak laser datang kembali untuk menghancurkannya secara keseluruhan.
Satu robot tempur binasa. Centauri bergerak secepat kilat menuju beberapa musuh yang tersisa. Musuh-musuh menghujaninya dengan peluru-peluru berukuran raksasa. Ledakan-ledakan besar menghantam tubuh Centauri tapi Centauri tidak mengalami kehancuran serta melayangkan serangan balasan.
Satu robot tempur meledak saat berbenturan dengan tombak laser hingga menabrak robot tempur lainnya. Tiga robot tempur hancur bersamaan, meninggalkan gemuruh ledakan yang mengguncang langit.
Untuk mengakhiri sisa-sisa robot tempur yang masih melawan, missil-missil keluar dari dua sisi tubuh Centauri. Kemudian memusnahkan mereka hingga menimbulkan ledakan besar.
Pertempuran ini dimenangkan Centauri. Ia terbang melintasi asap-asap hitam bekas ledakan robot-robot tempur Yupiter tadi.
"Yeaah! Kita berhasil!" Aku meninju udara sebagai pelampiasan gembira.
"Ya, itu karena kekuatanmu juga, Zi." Kiku bersuara lembut. Mungkin ia sedang tersenyum sekarang.
"Ya."
Kami melaju bersama Centauri yang berubah bentuk menjadi robot menyerupai Rubah berkaki empat. Awan-awan putih berarak menemani perjalanan kami ini.
"Setelah ini, kita kemana lagi, Kiku?"
"Kita kembali saja ke sekolah."
"Oke. Daripada kita dikejar Yupiter Alliance lagi ya."
"Hm."
"Baiklah! Perjalanan selanjutnya diarahkan ke Magic Pilot School!"
Tuas kendali berbunyi halus seiring aku menggerakkannya sesuka hati. Aku tertawa bahagia karena sudah menjadi pilot robot tempur sesungguhnya. Meskipun aku tidak memiliki sihir, tapi aku percaya suatu hari nanti, aku akan memiliki sihir itu. Pasti ada jalan keluarnya agar aku bisa memiliki Manna seperti yang lain.
Centauri berputar balik menuju ke Magic Pilot School. Matahari bersinar hangat, tersenyum kepada kami.
***
Centauri sudah kembali ke tempat penyimpanan. Kiku langsung mengajakku untuk pergi ke asrama. Di sepanjang perjalanan menuju ke asrama, kami berbincang-bincang mengenai pembelajaran selanjutnya. Kiku berencana akan mengajariku untuk menggunakan senjata-senjata militer sebagai pertahanan diri.
"Kita akan mulai latihan besok," kata Kiku yang berdiri di dekat tembok perbatasan asrama perempuan dan asrama laki-laki.
"Oke," ucapku tersenyum, "tapi, kenapa kita juga harus latihan militer seperti Tentara?"
"Latihan militer ini sangat penting buat calon pilot robot tempur seperti kita. Karena setelah lulus dari sekolah ini, kita akan diangkat menjadi Tentara yang tergabung dalam organisasi keamanan Venus Beat. Setiap kerajaan, ada pasukan Tentara yang menjaga perbatasan, dan ditempatkan yang ditentukan oleh pihak kerajaan."
"Oh. Berarti sistem pemerintahan di dunia ini adalah kerajaan."
"Iya. Sistem absolute monarki, kerajaan besar yang memimpin beberapa kerajaan kecil di bawahnya. Kerajaan besar yang seharusnya yang memimpin adalah Helios yang berpusat di Pohon Matahari. Tapi, karena pengganti Kaisar belum ada, Raja dari kerajaan Yupiter yang mengambil ahli kekuasaan."
"Jadi, kita harus mencari keturunan Kaisar itu dulu, begitu?"
"Benar. Itu juga termasuk tujuan kita. Tapi, sebelum mencarinya, kita harus menghancurkan Yupiter Alliance demi merebut kekuasaan lagi."
Atas penjelasan Kiku tersebut, aku meremas kuat dua tangan. Tekad ingin menyelamatkan dunia ini, semakin besar. Tapi saat ini, aku belum memiliki kekuatan apapun untuk dijadikan pertahanan dan penyerangan.
Kiku tersenyum. "Sudah, ya. Aku mau istirahat dulu. Sampai nanti, Zi."
"Iya." Aku juga tersenyum.
Begitu Kiku baru melangkah, tiba-tiba ia oleng. Aku panik, langsung menangkapnya.
"Kiku!" teriakku seraya memeluknya. Kiku bergeming, tak sadarkan diri.
Tidak ada orang yang lewat. Aku khawatir sekali lalu segera membawa Kiku ke UKS.
***
UKS terletak di basement. Di sanalah, aku membawa Kiku. Kemudian kami bertemu dengan seorang dokter yang bertugas menjaga UKS tersebut.
Di ruang yang cukup luas. Enam tempat tidur berbaris berhadapan yang dilengkapi sampiran. Ada enam meja yang terletak di dekat setiap tempat tidur. Ada satu jendela kaca yang berhadapan tak jauh dari pintu. Lantainya bening seperti kaca sehingga memantulkan bayangan apa saja yang menginjaknya. Suhu ruangan di sini, cukup dingin karena ada mesin pendingin.
Dokter yang memeriksa keadaan Kiku barusan, sudah pergi. Ia mengatakan Kiku harus beristirahat total selama dua puluh empat jam untuk memulihkan Manna yang habis akibat mengoperasikan Centauri lebih dari dua kali. Manna yang habis akan terisi penuh setelah Kiku mendapatkan transfusi Manna dari mesin Manna. Karena itu, aku disuruh Dokter untuk keluar agar tidak mengganggu Kiku. Aku memaklumi itu, dan terpaksa meninggalkan Kiku seorang diri di UKS itu.
Ketika keluar dari UKS, aku bertemu dengan kelompok Tolya. Mereka memandangku dengan tatapan yang tidak bersahabat.
"Hei, kamu yang bernama Alzian Ekadanta!" tunjuk seorang laki-laki Rubah berambut hijau dan bermata merah, "di mana Kiku sekarang?"
Aku menjawab dengan tenang, "Kiku dirawat di UKS."
Gadis Rubah berambut merah muda terkesiap. "Apa? Kiku dirawat?"
Gadis Rubah yang lain, berambut jingga memasang wajah cemas. "Ada apa dengan Kiku, Ekadanta?"
"Pasti Kiku mengalami bahaya karena kamu, manusia biasa. Jadi, enyahlah dari sini!" Sanna mengacungkan tangan untuk mengeluarkan serangan sihirnya.
Mantra terucap cepat di mulut Sanna, lingkaran sihir terbentuk di belakang tubuhnya. Dari sana, semburan air menyerupai Naga keluar lalu langsung menerjangku. Aku terpental dan terseret beberapa meter di lantai yang licin. Aku merasakan sakit di sekujur tubuh akibat diterjang sihir air itu.
"Rasakan itu!"
"Benar."
Mereka menertawakan aku kecuali gadis berambut jingga tadi. Laki-laki berambut hijau yang tertawa paling keras dari ketiga gadis itu, menunjukkan dirinya dengan penuh percaya diri.
"Oh ya, kamu pasti belum tahu siapa nama kami. Baiklah, kami perkenalkan diri. Aku Midorikawa Kokio. Yang berambut ungu itu Sanna Lilya, yang berambut merah muda itu Azlea Mimiya, dan terakhir yang berambut jingga ini, namanya Aiyin Aquuon."
Sanna menjitak kepala Kokio. "Sekarang bukan saatnya untuk berkenalan, tahu!"
"Oh iya."
"Huh, dasar!"
Sanna mendelik tajam pada Kokio. Kokio tertawa cengengesan. Aiyin berwajah kusut, ia mencolek bahu Sanna.
"Sebaiknya kita pergi saja dari sini. Daripada buat masalah ‘kan?"
"Kenapa, Yin? Kamu keberatan jika aku memberi sedikit pelajaran buat partner Kiku yang tidak berguna itu."
"Bukan begitu, Sanna. Meskipun Kiku sedang dirawat di UKS sekarang, dia pasti akan mengetahui perbuatan kita ini. Lalu ia akan balik membalas kita."
"Ah, masa bodoh! Aku tidak peduli itu!"
Sanna maju meskipun Aiyin sudah melarangnya. Ia menggunakan sihir yang sama untuk menyerangku.