Masuk ke dunia lain

1080 Kata
Aku terdampar tiba-tiba di tempat yang tidak diketahui. Tempat yang gelap, sempit, dan hening. Perasaan mual menguasai tenggorokanku. Kepalaku sakit seakan berputar-putar seperti kincir. Hei, aku tiba di mana ini? Aku berusaha menopang tubuh ini dengan kedua kaki yang terasa tidak bertenaga. Aku harus mencari tahu di mana aku berada sekarang. Jangkauan pandangan terbatas. Langkahku terayun lambat. Kepalaku berputar untuk mencari jalan keluar dari kegelapan ini. Hingga Dewi Fortuna berpihak padaku, yang menunjukku pada satu titik cahaya. "Ada cahaya!" Seulas senyum senang merekah di wajahku. Aku mempercepat langkah agar bisa mencapai titik cahaya itu. Cahaya itu membesar ketika aku semakin mendekatinya. Senyuman melebar lagi tatkala jiwa ini merasakan atmosfer dingin. Apakah aku berhasil mencapai tempat yang dipenuhi cahaya itu? Ya, aku sampai. Langkahku terhenti. Aku terpaku dengan mata yang membulat sempurna. Tempat apa ini? Ini bukan daerah tempat tinggalku. Di hadapanku sekarang, pemandangan menakjubkan yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Kamu pasti tidak percaya dengan apa yang kulihat. Sebuah kota besar. Itu cukup mendeskripsikannya. Namun, bukan kota besar biasa yang ada di masa sekarang. Gedung-gedung futuristik pencakar langit yang mendominasi sekitar tempat aku berada sekarang. Orang-orang tidak terlihat. Hanya aku sendiri yang berdiri di gang sempit, berada di antara dua gedung tinggi. "Di mana ini?" Aku berjalan sesuai arahan hatiku. Berharap menemukan seseorang yang bisa kutanya tentang tempat ini. Namun, tidak ada seorangpun yang kujumpai meskipun aku sudah lama berjalan. Aku tersesat. "Hei, ada orangkah di sini!" teriakku keras hingga menggelegar sampai ke langit. Tidak ada juga yang menjawab. Aneh, apakah aku tiba di sebuah kota mati karena semua penduduknya sudah tewas dimakan seekor monster? Pikiran yang tidak sengaja menjelma, membuatku melanjutkan perjalanan untuk mencari tahu. Aku tiba di sebuah trotoar yang lebar dengan atap akar pohon yang menyerupai canopy. Jalanan yang lebar, tidak terlihat kendaraan-kendaraan yang lewat. Tempat ini seakan dilanda musim dingin, tapi tidak ada hamparan putih yang turun dari langit yang terlihat cerah karena aku merasakan hawa dingin menusuk kulitku. Sehingga aku memeluk diri sendiri untuk mendapatkan kehangatan. Tiba-tiba, terdengar suara berisik yang menggema dari atas. Aku kaget, begitu melihat beberapa orang berpakaian Tentara yang turun dari sebuah pesawat. Mereka terbang seraya membawa senapan laser di tangan. "Itu dia, penyusupnya!" salah satu dari mereka menunjukku. Penyusup? Hei, aku bukan penyusup! Spontan, para Tentara itu menyerbuku seraya mengacungkan senapan laser padaku. Ketakutan luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Wajahku pucat pasi. Gawat, aku harus lari sekarang. "Wuaaah!" Mereka terbang mengejarku lalu menembaki aku dengan liar. Aku kewalahan, berusaha menghindari tembakan-tembakan itu. Aku bergerak tidak beraturan, agar mereka yang mengejarku, menjadi bingung. Masuk ke gang-gang sempit, beberapa dari mereka berpencar lalu terus mengejarku. Tembakan mereka mengenai dinding besi saat aku berhasil menghindarinya lagi hingga mencetak lubang-lubang kecil pada dinding besi itu. Melihat itu, memacu adrenalin-ku untuk terus berlari cepat. "Wuaaah! Cepat!" ucapku yang sangat panik. Aku terus berlari menuju ke gang sempit yang lain. Aku menengok ke belakang. Para Tentara itu masih mengejarku. Tembakan laser dalam jumlah banyak seperti roket dilepaskan, aku langsung membelalakkan mata. "Gawat! Matilah aku!!" Kesialan menghambat perjalananku. Aku terhenti di jalan buntu. Di depan mataku, muncul tiba-tiba seorang gadis berambut putih panjang dan berpakaian serba putih. Tapi, penampilannya yang manis, harus terganggu dengan telinga dan ekor yang menyerupai rubah. Ia langsung menangkis serangan tembakan-tembakan itu dengan cahaya putih transparan yang berbentuk kubus yang tercipta dari kedua tangannya. Aku dan gadis itu terlindungi di dalam kubus cahaya putih. Gadis itu juga mengambil sebuah senjata canggih yang menyerupai AK-47M dari portal cahaya itu, lalu ia menembak beberapa Tentara yang terbang dengan menggunakan AK-47M tersebut. Satu persatu energi menyerupai timah panas berhasil menembus tubuh beberapa Tentara itu. Mereka jatuh seperti burung-burung yang sudah terkena tembakan. Usai itu, gadis itu menghilangkan senjatanya. Ia menoleh ke arahku. "Ayo, ikut denganku!" Tanpa menunggu jawabanku, gadis itu langsung menggenggam tanganku. Aku tertarik oleh langkahnya lalu seluruh tubuhku dipenuhi cahaya putih. Dalam sekejap mata, kami langsung tiba di ruangan yang mirip dengan kabin di mobil. Gadis yang tadi sudah duduk di kokpit, sedangkan aku sudah duduk di kabin belakang. Aku termangu menyaksikan interior yang menakjubkan ini, mengingatkanku pada interior sebuah robot tempur. "Pakai sabuk pengaman! Akan terjadi banyak guncangan! Usahakan kamu tidak berteriak selagi aku menyerang Pasukan Tentara Yupiter itu!" "Baiklah." Aku panik sekali. Berusaha mencari sabuk pengaman yang dimaksud gadis itu. Butuh beberapa menit, aku mendapatkan sabuk pengaman yang dimaksud. Pakaian armor besi berwarna putih mengkilap tiba-tiba membungkus tubuh gadis itu. Aku terperanjat. Dengan cepat, gadis itu menggerakkan tuas kendali yang melekat pada dashboard yang memuat layar virtual digital. Ia bersuara sangat keras. "Ayo, Centauri! Kita musnahkan mereka semua!!" Suara yang nyaring, menjawab perkataan gadis itu. Asalnya dari kendaraan yang kutumpangi ini. Guncangan kuat membuat aku sangat takut. Di luar sana, aku bisa melihat beberapa benda raksasa sedang melaju untuk menyerang gadis ini -- ada dua jendela kaca transparan yang berada di dua sisi kabin belakang, sehingga pemandangan di luar terlihat jelas. Mereka datang dari arah langit bagian barat. Suara ledakan bersatu dengan suara tembakan, sangat memekakkan telinga. Ledakan demi ledakan mewarnai langit. Satu persatu musuh dibantai dengan tembakan yang gesit. Gadis itu diam bergeming tanpa melakukan apapun. Ia tetap memandang lurus ke depan. Lewat dua jendela itu, aku bisa melihat keseluruhan gedung-gedung yang berdiri di tempat ini. Akar-akar besar melilit gedung-gedung itu, yang bersambungan antara satu sama lain. Tapi, salah satu gedung itu harus hancur karena bertabrakan dengan benda raksasa yang terkena tembakan dari Centauri -- aku mengetahui nama robot tempur ini dari si gadis yang menyebutkan namanya. Bagian kepala benda raksasa berbentuk Singa itu terbakar hebat, meledak hebat. Pertempuran udara tidak bisa terelakkan. Masing-masing lawan tidak mau mengalah. Bernafsu untuk tetap melawan gadis itu. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka. Lalu kelompok musuh yang menganggapku penyusup. Juga si gadis yang sudah menjadi penyelamat, berjuang mati-matian untuk melindungiku dari ancaman robot-robot tempur berbentuk Singa itu. Musuh-musuh yang tersisa, tetap menyerang Centauri. Centauri dengan gesit menghindari setiap serangan yang menyerupai komet itu. Dua tangan di setiap benda raksasa berbentuk Singa, beralih fungsi sebagai machine gun yang mengeluarkan cahaya menyerupai komet. Serangan-serangan komet itu mampu diterjang oleh Centauri. Seakan ada perisai yang melindungi tubuh Centauri sehingga Centauri tidak terkena serangan apapun. Dalam jalur lurus, Centauri meluncur secara membabi buta untuk menyerang musuh dengan menggunakan sebuah senjata yang menyerupai tombak laser bermata pisau meruncing di tangan kanannya. Centauri yang berbentuk Rubah putih berkaki empat, beralih fungsi menjadi robot tempur berkaki dua.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN