Terbiasa

2030 Kata
Terbangun karena silau mentari sudah biasa terjadi, tetapi bagaimana jika pagimu di awali dengan omelan arwah pelindung yang memintamu untuk beranjak dari posisi nyamanmu karena matahari sudah menyilaukan dan kamu harus bergegas pergi ke kantor. "Astaga, Hisyam! Bangun woy! Hari ini kamu itu harus berangkat ke kantor pagi-pagi loh, Hisyam! Kenapa masih belum bangun juga jam segini? Memangnya kamu mau datang terlambat? Nanti yang ada kamu malah dimarahi oleh atasan loh, Hisyam! Bangun woy!!" omel Yocelyn kesal. Lalu dengan enggan pemuda yang sejak tadi masih bergulung dalam selimutnya perlahan-lahan bangkit dari posisinya dan tak lupa ia berjalan gontai untuk segera bersiap-siap karena pemuda itu tidak ingin datang terlambat. Sayangnya disaat pemuda itu bersiap-siap tak lama arwah pelindungnya kembali memarahinya karena ia merasa diabaikan oleh tuannya sedangkan pemuda yang sejak awal di ajak bicara justru menyahutinya dengan santai. "Ya ampun, Hisyam! Kalau diajak bicara tuh harus disahutin Hisyam! Bukan malah diabaikan begini dong! Lagian apa susahnya sih tinggal bilang iya atau oke aja? Masa begitu aja kamu gak mau bilang sih, Hisyam! Lagi ada masalah apa sih kamu tuh sebenernya!!" omel Yocelyn kesal. "Semua orang berhak menyahut atau tidak, lagipula terkadang tidak semua pertanyaan atau apa yang terucap harus memiliki jawaban Yoce ... banyaknya jawaban atau solusi hadir disaat kita tidak menginginkannya maka jawaban atau solusi akan terlihat sendiri," sahut Hisyam santai. Mendengar ucapan pemuda yang bernama Hisyam membuat arwah pelindungnya memintanya untuk berhenti membantu arwah-arwah yang masih terikat di dunia, tetapi pemuda itu terbiasa dan tidak ingin orang lain memiliki perasaan yang terikat seperti dirinya yang dulu pernah terikat oleh perasaan lama yang menyakitinya. "Hisyam ... seharusnya kamu tidak terlalu sering membantu arwah-arwah yang masih terikat di dunia ini Hisyam! Berhentilah membuang waktumu untuk hal yang tidak bisa kita hindari Hisyam! Jadi sebaiknya kamu harus mulai memilih-milih mana yang perlu dibantu mana yang tidak perlu kamu bantu, Hisyam! Karena saat membantu maka energimu terserap," tutur Yocelyn serius. Hisyam yang mendengar ucapan arwah pelindungnya membuat pemuda itu terdiam karena tak lama ingatan yang tidak ingin Hisyam ingat lagi justru hadir kembali di dalam benaknya padahal sejujurnya Hisyam tak bermaksud untuk mengungkit luka lamanya. Hanya saja ucapan Yocelyn membuat Hisyam berusaha mengalihkan pembicaraan karena ia tidak ingin kembali menyakiti hatinya dengan luka lama yang seharusnya terkubur dalam-dalam dan Yocelyn yang mengerti dengan keinginan tuannya membuat arwah tersebut mengiyakannya. "Jangan bahas hal yang tidak ingin gue bahas Yoce, lebih baik sekarang kita berangkat kerja sekarang karena matahari sudah mulai tinggi dan pasti beberapa rekan kerja nungguin gue nah ayok cepetan Yoce! Soalnya kalo gue dateng terlambat nanti ribet! Males," ucap Hisyam santai. "Yaudah iya dah, Hisyam! Ya lunya juga jalannya cepetan kalo gak mau dateng terlambat mah! Ini lu mau cepet, tetapi jalannya masih lama ya sama aja bohong! Padahal harusnya tuh imbang biar adil tau Hisyam!! Yaudahlah lebih baik buruan jalannya tuan Hisyam," sahut Yocelyn patuh. Tak butuh waktu yang lama Hisyam sudah bersiap menuju kantornya dan seperti biasa Yocelyn akan selalu ada di belakang dan tak tinggal diam untuk terus mengekori tuannya yang terlihat gagah selama ia berjalan dengan serius. Langkahnya begitu tegap seakan dirinya hanya perduli dengan tujuannya untuk segera sampai di ruangannya, sayangnya saat Hisyam baru sampai di lorong kantor tak lama seorang pemuda yang terlihat cukup tampan merentangkan tangannya seakan ia menghalangi jalan Hisyam. Jika boleh jujur sebenarnya Hisyam tidak ingin meladeni pemuda itu karena memang ia terbiasa untuk mengganggu dirinya, tetapi pemuda yang dipanggil Hisyam dengan nama Fillbert itu tetap menatap Hisyam tajam seakan ia menantangnya untuk berkelahi. "Kalo lu mau berantem pagi-pagi begini, sorry aja! Gue gak ada waktu buat ngeladenin omong kosong lu yang kurang kerjaan mending sekarang lu minggir dari hadapan gue sekarang juga karena gue gak akan bersikap sesuai keinginan lu jadi pergi sekarang Fillbert," ujar Hisyam datar. Namun Fillbert tetaplah Fillbert, bukannya menjaga sikapnya saat mendengar nada peringatan rekan kerjanya. Pemuda itu malah terkekeh senang seakan ia bangga dengan apa yang dirinya lakukan, sedangkan Hisyam hanya bisa menatap pemuda itu datar. "Berantem? Di kamus gue gak ada kata berantem, tetapi menghadapi orang tidak jelas kayak lu bukanlah masalah dan lu ini gak berhak ngatur gue harus gimana dalam menghadapi segala sikap lu yang egois! Toh pada akhirnya gue yang lebih jago dari lu kok!!" kekeh Fillbert bangga. Sayangnya ucapan Fillbert tidak diperdulikan oleh Hisyam karena pemuda itu berlalu dari sana seakan-akan Hisyam tidak mendengar ucapan Fiilbert yang sudah pasti hanya ingin membuat keributan di pagi hari seperti ini. Melihat Hisyam yang semakin terus bertumbuh membuat Yocelyn tersenyum senang dan tidak lupa ia memuji pemuda tampan itu sedangkan orang yang dipuji hanya mengerutkan dahinya bingung karena menurutnya ia terbiasa menghadapi sikap Fillbert yang selalu mencari masalah. "Syukurlah kamu sudah semakin dewasa, Hisyam ... saya turut senang saat melihat kamu tidak mudah terpancing amarah! Lain waktu kamu harus tetap bersikal tenang seperti ini ya? Karena semakin besar kekuatan yang diberkahi untukmu maka semakin besar juga tanggung jawab yang harus kamu pikul loh, Hisyam! Baguslah jika kamu hebat begini," tutur Yocelyn senang. "Dewasa itu tidak tentang umur saja Yoce, dewasa itu perihal pola pikir seseorang saat harus menghadapi masalah atau hal yang ia lalui lagipula tak ada untungnya gue meladeni pemuda yang seringkali membual jadi sebaiknya lu gak perlu muji gue! Gak penting," ujar Hisyam santai. Yocelyn yang berusaha ingin menghibur tuannya, harus terhenti karena Hisyam melihat arwah gelap mengikuti seorang gadis yang terlihat kelelahan. Melihat hal ini membuat Hisyam segera menepuk bahu gadis tersebut dan menanyakan apakah sesuatu terjadi padanya untuk sejenak gadis itu merasa bingung, tapi ia tetap menyahuti pertanyaan Hisyam dengan lembut. "Duh yang hebat mah emang gak mau dipuji ya? Well, kebanyakan orang hebat itu emang tidak pernah tinggi hati ... kecuali mereka yang merasa hebat ya gitulah! You know what i mean? Right? Garing ya padahal maksud gue itu ...," sahut Yocelyn terhenti. "Nona ...? Apakah anda baik-baik saja? Mengapa anda terlihat kelelahan? Apakah nona habis dari suatu tempat atau mengunjungi sebuah tempat ya nona? Ada yang bisa saya bantu nona? Karena sepertinya nona ini seperti sedang membutukan bantuan nona?" tanya Hisyam serius. "Iya? Apakah anda berbicara dengan saya? Hm? Saya kurang sehat sepertinya pak, tetapi saya juga gak paham kenapa bisa begini ya? Iya nih kayak kelelahan pak, mungkin karena saya habis dari tempat wisata yang katanya keramat kali ya pak? Makanya jadi kelelahan begini? Bantu apa ya? Oh ya terima kasih karena bapak sudah bertanya pada saya ya pak," ucap gadis itu lembut. Setelah mendengar penjelasan gadis itu membuat Hisyam mengerti perihal arwah gelap yang mengikuti gadis itu lalu dengan lembut Hisyam menepuk bahu gadis itu sambil berusaha untuk menarik arwah gelap itu dan membuangnya ke tempat yang seharusnya dimana ia berada. "Kamu tak memiliki ikatan apapun dengan gadis ini jadi sebaiknya jangan melawan saya dan pergilah ke tempat dimana seharusnya kamu berada atau saya akan mengirimkan kamu ke tempat yang lebih mengerikan daripada tempas kamu yang seharusnya!!" batin Hisyam serius. Lalu tanpa berlama-lama lagi gadis itu merasa perbedaan dari sebelumnya, tetapi Hisyam tidak mengatakan lebih lanjut perihal apa yang terjadi lalu Hisyam dengan santai berjalan pergi dari hadapan gadis itu. Sesampainya Hisyam di ruangan biasanya timnya bekerja dan tak lama rekan-rekannya berjalan mendekati dirinya dan menanyakan bagaimana keadaan Hisyam dan bagaimana dia memulai harinya di saat orang lain belum banyak yang beraktivitas. "Hisyam ... Pagi-pagi muka lu udah dingin gitu? Lu gak apa-apa? Ya walaupun muka lu emang keliatan selalu datar dan gak perduli sama lingkungan sekitar lu, tapi kali ini beda aja rasanya? Apa ada sesuatu yang terjadi pas di perjalanan ke sini, Hisyam? Kalau ada mending lu cerita aja sama kita-kita ... jangan lu pendam sendiri Hisyam, are you ok?" tanya Vala lembut. "Tau lu ... biasanya lu keliatan gak segininya kok, Hisyam! Emang tadi gimana caranya lu mulai pagi ini? Lu gak ribut sama tetangga apartemen atau gak ada cewek aneh yang minta di ramalin ono inikan? Oh jangan bilang lu abis bantuin orang yang ketempelan lagi ya," ujar Chiko santai. "Gak paham lagi gue sama Hisyam! Udah datang di saat orang lain belum banyak beraktivitas eh sempet-sempetnya lu buang energi lu buat nolongin orang? Padahal belum tentu orang yang lu tolong itu memberi manfaat buat lu, Hisyam! Mau sampe kapan lu berbuat baik cuma gak di filter dulu woy? Baik boleh dodol jangan orang mah! Lu ngertikan Hisyam?" ucap Kayle bingung. Hisyam yang mendengar pertanyaan dari teman-temannya membuat dirinya menyahuti dengan santai lalu tak lama suara atasannya terdengar memerintahkan mereka berempat untuk segera mulai bekerja karena pekerjaan mereka harus cepat di selesaikan. "Ya ampun kalian! Masih pagi-pagi gini bukannya menyiapkan tugas yang harus kalian kerjakan malah asik mengobrol begini! Bagus sekali ya kalian ini! Sudah cepat sebaiknya kalian lanjutkan pekerjaan kalian atau bulan ini pekerjaan kalian akan semakin menumpuk karena pekerjaan kalian ini harus cepat diselesaikan! Jadi mulai kerjakan sekarang!!" tutur atasan mereka serius. Mendengar hal ini membuat mereka berempat menganggukkan kepalanya mengerti dan mulai menyibukkan diri mereka masing-masing dengan pekerjaannya hingga tanpa sadar waktupun berjalan dengan cepat dan tibalah waktunya untuk para pekerja istirahat sejenak. Begitu juga dengan Hisyam dan rekan-rekannya yang mulai mencari makan siang sambil ingin mengobrol santai untuk menghilangkan penat setelah berjam mereka duduk dan larut dalam tumpukkan laporan yang perlu mereka selesaikan secepatnya. "Gue tuh kadang gak ngerti deh sama atasan kita yang suka ngatur, tapi cara dia manage jadwal diri aja kelimpungan setengah hidup! Sebenernya dia punya masalah hidup atau gimana sih dia tuh! Suwer dah ... tiap liat dia rasanya pengen gue lempar ke sungai aja dah," ujar Chiko lelah. "Ya emang sih bos mah ngeselin, udah biasa Ko! Anyway, tadi ada pegawai baru ya cantik masa! Kalian udah pada liat? Suwer nih ya ... gue aja kayak naksir gitu liatnya! Abisnya nih ya, dia itu senyumnya manis terus mukanya tuh bikin seneng liatnha tau! Nanti deh gue kasih tau yang mana orangnya! Eh, tapi punya gue loh jangan diambil ya kalian!" sahut Kayle semangat. "Yaudah sih Ko ... namanya juga kerja sama orang ya begitu! Kalo lu gak mau diatur sama orang lain ya jangan kerja sama orang, tetapi buka aja usaha lu sendiri dah! Nanti pasti lu bakalan tau gimana susahnya mengatur segala hal yang gak pernah lu sadari gimana susahnya mengurus hal yang gak orang lain liat! Iya gak, Hisyam? Lu setuju sama ucapan gue ya," ucap Vala lembut. "Setuju ... gue rasa apa yang Vala omongin itu benar jadi lebih Chiko fokus aja sama kerjaan yang harus lu lakuin dan abaikan aja yang gak seharusnya lu urusin Ko! Sebenernya hidup itu tuh sesimpel itu kok! Cuma kadang lu aja yang bikin hidup lu keliatan ribet Ko," tutur Hisyam santai. Di saat mereka berempat larut dalam obrolan mereka tak lama Hisyam melihat sesosok arwah yang mengikuti Kayle dengan wajah yang terlihat mengerikan sepertinya ia adalah korban dari k*******n atau kecelakaan sehingga arwah itu sangat menganggu untuk dilihatnya. "Aduh Kayle, Kayle ... abis darimana sih dia sampe ketempelan mahluk yang astaghfirullah gini dah? Gak ditolong kasihan, tapi kalo ditolong pasti ada alasan yang mengikat dirinya makanya dia masih ada di dunia ini ... jujur mah kasihan cuma gimana tiap makhluk itu perlu berproses dulu sebelum kembali pada keabadian yang tak terganti ini," batin Hisyam sendu. Merasa jika dirinya bisa dilihat oleh orang yang menatapnya lekat membuat arwah itu berjalan menghampiri Hisyam sementara pemuda itu berusaha mengabaikannya karena ia terbiasa jika harus menghadapi arwah-arwah yang datang dengan maksud seperti ini. "Sepertinya dia bisa melihat saya ya? Hei! Anda bisa melihat saya bukan? Saya butuh bantuan anda hei!! Tolong jangan abaikan saya karena saya jarang bisa bertemu dengan orang yang bisa melihat saya jadi saya mohon bantu saya untuk bisa pulang ke rumah! Ada anak dan istri saya yang akan melahirkan ... mereka butuh saya! Saya mohon tolong saya," ujar arwah itu serius. Hisyam yang terus mengabaikan arwah tersebut membuat pemuda itu merasa jika arwahnya berusaha menarik perhatiannya, tetapi kali ini Hisyamnya benar-benar tidak ingin mengurusi hal yang sudah pasti membutuhkan bantuannya. "Hey! Anda bisa melihat saya, tapi kenapa ada tidak menyahuti ucapan saya hah? Tolong saya! Saya benar-benar membutuhkan bantuan anda! Kekuatan yang anda miliki ini harusnya tidak anda simpan sendirian melainkan digunakan untuk membantu dalam kebaikan, tetapi kenapa anda malah egois begini sih!! Dimana hati nurani anda tuan?! Hilangkah!!" tutur Arwah itu kesal. |Bersambung|
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN