12| Nayanika

1396 Kata
"IJAL?" panggilan tak penting itu sudah seribu kali ini terdengar lantang ditengah heningnya suasana di dalam mobil milik si tampan. Karna sudah malas bersuara, dengan kata lain pusing mendengar Keyla terus menerus memanggil namanya menggunakan nama abang-abang tukang bakwan, akhirnya si tampan merespon walau hanya dengan sebuah lirikan malas. "Ini mau kemana? Kayaknya rumah gue bukan lewat sini deh. Iya gak sih?" dengan tatapan yang memburu sekitar, tepatnya pada perkomplekan asing itu, Keyla kembali bersuara. Hanya tancapan gas saja yang menjadi respon dari pertanyaan terlambat itu, sebelum mobil milik Raynzal terlihat berbelok ke arah kanan. Kembali mendapati perumahan yang terbilang sangat mewah. Namun juga sangat asing di mata Keyla. Dan seketika, mata gadis itu membulat, "Gue mau diculik!?" Otomatis, lirikan datar itu kembali menjadi respon atas pemikiran gila gadis di sampingnya ini. "Yes! Culik bener, ya? Awas aja sampe di pulangin!" Tepukan pada dahi Keyla menjadi hal utama yang Raynzal lakukan. "Mampir ke rumah gue bentaran." respon Raynzal akhirnya. Malas kembali mendengar hal yang tidak bisa terpikirkan oleh manusia normal, hanya Keyla yang bisa memikirkan hal abstrak macam itu. Dengan tangan yang terlihat sibuk mengusap dahinya, senyum dibibir itu justru semakin melebar, "Ke rumah lo? Ada siapa? Ngapain?" "Ambil baju, gak ada orang." cowok itu kembali merespon singkat, terlalu fokus dengan lika-liku jalanan di perumahannya. "Baju buat apa? Pada kemana emang? Gue gak ketemu calon mertua dong?" Dapat Keyla dengar hembusan napas tak mengenakan dari arah Raynzal, mungkin cowok itu sudah muak dengan suara Keyla. "Mau nginep dirumah Arga." "Kenapa?" "Males balik." "Inikan balik." "Kan cuman ambil baju doang." Huruf O dari arah bibir Keyla terlihat, memilih bungkam sebelum Raynzal memakinya kalau ia mengajak cowok itu bicara sekali lagi. Jadi, sampai mobil sport milik cowok itu berhenti tepat di depan rumah megah dengan pagar hitam yang menjulang tinggi, Keyla masih juga terdiam. Hanya melihat Raynzal dari posisinya, si tampan itu saat ini tengah berusaha membuka seatbeltnya. Kemudian setelah selesai nampak melirik Keyla dengan satu tangan yang sudah bersiap untuk membuka pintu, "Tunggu sini, gue bentar doang." "Mau ikut." Tatapan tajam kembali pada gadis itu. Jadi Keyla tidak memiliki pilihan lain selain menutup mulutnya dan mengiyakan perintah Raynzal. Menunggu dimobil dengan tak bisa diam, maniknya masih saja memburu punggung Raynzal yang saat ini sudah nampak menghilang masuk ke dalam rumahnya. Meninggalkan Keyla seorang diri di dalam mobil cowok itu, hanya suara radio saja yang terdengar mengalun tak jelas. Entah penyiar itu tengah membicarakan apa. Sesekali membuka ponselnya, menunggu waktu berjalan dengan cukup lama. Hampir menghubungi nomor cowok itu sebelum perhatiannya beralih saat sebuah mobil berwarna hitam terlihat berhenti tepat di depan mobil milik Raynzal. Dengan bertanya-tanya, Keyla hanya menunggu hingga seorang laki-laki gagah dengan balutan jas berwarna biru terlihat muncul dari kursi penumpang ketika seorang supir membukakan pintu untuknya. Entah siapa, yang jelas Keyla dapat melihat dengan jelas kalau laki-laki asing itu berjalan memasuki pagar rumah Raynzal. Disusul oleh seorang supir dan seorang pengawal pribadi dengan kacamata hitam yang menutupi sebagian wajahnya. Menghilang ke dalam rumah mewah itu tanpa jejak, menghadirkan rasa penasaran yang sangat luar biasa di benak Keyla. Untuk itu, entah ide dari mana dan siapa pencetusnya, Keyla terlihat membuka pintu yang berada tepat disampingnya. Kemudian dengan perlahan berjalan masuk ke dalam tempat dimana tadi pangerannya menghilang. Celingak-celinguk layaknya maling di siang bolong saat pemandangan yang sangat asing lagi-lagi menyapanya. Sapaan dari sebuah air mancur berbentuk macan terlihat berdiri kokoh di halaman depan. Tepatnya di dalam sebuah lingkaran yang dipinggirnya ditanami oleh berbagai jenis bunga-bungaan. Di dekat air mancur juga terdapat sebuah ayunan kayu dengan sebuah meja dan rak kecil berisi beberapa botol minuman keras yang tersusun rapih sesuai isinya. Beralih pada pintu besar berwarna cokelat yang saat ini tengah berusaha Keyla masuki. Membukanya tanpa takut dengan harapan akan menemukan sosok Raynzal disana. Walau nyatanya, harapan gadis itu nihil. Di dalam ruang utama yang di d******i oleh warna hitam itu, Keyla tak menemukan siapapun. Hanya hiasan pernak-pernik dan lagi-lagi sebuah patung besar berbentuk macan saja yang berhasil mengagetkan Keyla. "Makasih sambutannya." gadis itu menggerutu dengan tangan yang sibuk mengelus dadanya, sebelum langkahnya kembali. Berjalan perlahan menuju ruang tengah dengan sapaan sepasang sofa di depan sebuah api anggun, lalu disamping api anggun itu, terdapat sebuah lukisan seorang wanita cantik yang saat ini tengah menggendong seorang anak perempuan. Entah siapa, Keyla juga tidak mengetahuinya. Jadi, kembali melangkah dan mencari pangerannya adalah hal yang saat ini Keyla lakukan. "BAGUS!" Hampir menjatuhkan sebuah patung mini disampingnya saat dengan sangat jelas, Keyla mendengar sebuah bentakkan yang berasal dari ruang sebelah. Tidak tahu siapa, karna yang bisa Keyla ketahui saat ini, bahwa suara itu terdengar sangat marah dan kesal. Sesudah mengembalikan posisi awal patung kayu itu, Keyla terlihat berjongkok. Lalu berjalan mengendap menuju sumber keributan pagi hari ini. Berhasil menuju ruang sebelah tanpa di ketahui, dengan penuh kehati-hatian, Keyla mencoba untuk mengintip dari sela-sela sofa yang untungnya berada tak jauh dari pintu penghubung. Segera membulatkan matanya saat kali ini maniknya nampak melihat sebuah pemandangan yang tak disangka-sangka. Pasalnya, saat ini, Keyla bisa melihat dengan jelas posisi Raynzal yang sudah tergeletak di atas lantai dengan sebuah memar di bagian pipinya. Sedangkan laki-laki tadi, saat ini tengah memberikan sebuah pukulan bertubi-tubi pada bagian perut kesayangannya. Dan hal yang menyebalkan, adalah Raynzal, si cowok bertatto dengan segudang kegalakannya, cowok yang hobi berkelahi dengan genknya, hanya diam saat laki-laki itu memukulinya tanpa ampun. Hal yang jelas tak bisa Keyla mengerti dengan akal sehat. Bisa saja Raynzal bangkit dan menerkam sang pelaku saat ini juga, namun yang terjadi di dunia nyata adalah; kepasrahaan. Tak ada niatan untuk bangkit apalagi melawan, hanya menerima. Dan Keyla tak percaya dengan apa yang sedang dirinya lihat. Karna hari ini, sisi baru dari cowok itu muncul. Sisi baru yang Keyla jamin, tak ada satupun orang di dunia ini bahkan para sahabatnya sendiri yang mengetahuinya. "JANGAN PERNAH TUNJUKAN MUKA KAMU LAGI DI HADAPAN SAYA!" bentakan dengan tambahan gema yang berhasil menghadirkan bulu kuduk Keyla kembali terdengar. Dan brengseknya, dengan wajah yang sudah babak belur, Raynzal nampak tertawa, "Kebetulan, saya juga tidak ingin melihat wajah anda." Sebuah lemparan botol beling hampir saja melayang ke arah kepalanya saat suara Raynzal terdengar. Namun dengan sekuat tenaga, laki-laki asing itu nampak menahan emosinya yang semakin menjadi. Memilih berjalan pergi meninggalkan ruangan itu yang segera disambut oleh pengawal dan supirnya. Meninggalkan Raynzal seorang diri di atas lantai dengan suara batuk yang menyesakkan d**a Keyla. Mencoba bangkit dari posisinya dan duduk di atas lantai. Terdiam cukup lama dengan tangan yang dirinya letakkan di atas lutut, seakan menikmati rasa sakit itu. Dan siapa sangka, didetik berikutnya, lirikan ke arah Keyla nampak Raynzal berikan. "Gue tau lo disana, keluar." Hampir saja berteriak memaki, menyesali kebodohannya karna sudah menjadi seorang penonton tak di harapkan. Untuk itu, Keyla memilih bangkit dari tempat persembunyiannya. Berjalan lemah menghampiri si tampan yang saat ini masih berada di posisinya. Dan satuhal yang Keyla kagumi dari sosok itu adalah; tak ada keluhan yang terdengar dari bibirnya. Seakan mengetahui, kalau mengeluhkan hal yang sudah terjadi adalah sia-sia. Jadi, nikmati saja. Berjalan perlahan ke arah Raynzal dengan tatapan tajam yang mengarah padanya. Semakin dekat dengan posisi cowok itu, semakin jelas pula luka lebam yang berada di bagian wajahnya. Hal yang entah mengapa mengakibatkan hati Keyla terasa perih. Bahkan sialnya, air mata itu sudah mulai menjalar ke pipinya. Berakhir berjongkok disamping cowok itu, terlihat mendekatkan wajahnya pada wajah Raynzal. Meneliti lukanya satu persatu. "Ijal gak apa-apa?" gadis itu mengeluarkan suaranya dengan pelan, hampir menangis histeris kalau saja ia tak mengingat laki-laki tadi yang juga sedang berada di dalam rumah ini. Tak ada jawaban, hanya tatapan mata saja yang menjadi respon pertanyaan Keyla. Tatapan mata yang sangat amat memberikan sebuah isyarat; 'Im not fine at all'. Melihat cowok itu yang sepertinya masih enggan menjawab kejujuran dihatinya, Keylapun kembali memahami. Memilih mengangguk mengerti sebelum membuka tangannya lebar-lebar. "Peluk?" tawaran itu dengan manisnya terdengar di telinga Raynzal. Tawaran yang Raynzal balas dengan diam, membuar Keyla mau tak mau mengambil inisiatif untuk memeluk cowok itu erat. Mengusap-ngusap bagian punggung dan rambutnya lembut, memberikan seluruh kasih sayangnya untuk Raynzal. "Gak apa-apa, lokan kuat. Masa nahan dipukulin gini doang gak mampu, yakan?" Tidak mengerti setan apa yang membuat Keyla berani mengatakan hal tersebut padanya. Namun intinya, cowok itu merasa tersentuh saat mendengarnya. Walau di akhir, berkata 'Gue gak apa-apapun', Raynzal tak mampu mengeluarkannya. Karna sekali lagi, saat ini, ia sedang tidak baik-baik saja. Dan sepertinya, hanya Keyla yang boleh mengetahui fakta menyakitkan itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN