SANGAT amat jarang Keyla merubah sikapnya menjadi luar biasa manis seperti ini.
Duduk dengan tenang dengan tambahan bibir yang tertutup rapat, tak berisik seperti biasanya. Hanya maniknya saja yang saat ini terlihat memandangi seluk-beluk isi di dalam kamar milik Raynzal.
Kamar mewah dan megah dengan fasilitas lengkap di dalamnya. Berbagai macam perabotan yang berhubungan dengan bola basketpun terpajang di setiap sisi. Mulai dari sebuah pajangan, lukisan atau bahkan sebuah rak khusus yang di dalamnya terdapat puluhan bola basket berbeda warna.
Membiarkan tatapan Raynzal memburunya, memperhatikan Keyla dengan diam. Seakan mengumpulkan keberanianya untuk mengeluarkan isi hatinya, dan sepertinya, Keyla mengetahui hal itu.
Jadi yang gadis itu bisa lakukan sekarang hanya menunggu waktu yang tepat untuk mendengarkan curhatan cowok di sampingnya ini.
"Lo gak tanya, kenapa gue bisa dipukulin gitu sama bokap gue?"
Akhirnya, keheningan itu terpecah saat suara Raynzal menghiasi. Membuat perhatian Keyla beralih, menatap si tampan berwajah lebam itu dengan ekspresi tenangnya.
"Emang kalo gue tanya, lo bakal cerita?" pertanyaan balik menjadi jawaban yang Keyla pilih.
Pertanyaan yang kembali menghadirkan bungkamnya Raynzal, walau hanya untuk sementara waktu.
"Nyokap gue udah meninggal--" napas Raynzal tertahan, harus kembali membuka luka lama yang tak pernah ia ceritakan kepada orang lain adalah hal tersulit di dunia.
Mendengar fakta itu, jantung Keyla seolah berhenti. Tak ingin mengeluarkan suara sedikitpun, karna yang ia mau hanya mendengarkan kelanjutan dari kisah hidup Raynzal.
"Meninggal karna sakit-sakitan pas tau adik gue, Nana, jadi korban kasus tabrak lari dan meninggal di tempat kejadian."
Lagi, wajah kaku Keyla sangat amat menunjukan kalau dirinya sedang dilanda keterkejutan yang luar biasa. Ingin rasa menerjang Raynzal ke dalam pelukannya.
"Mulai dari sana, bokap selalu kasar sama gue, dia bener-bener gak pernah lagi nganggap gue sebagai anaknya--" disela-sela cerita, Raynzal tertawa rapuh, "Mungkin kalo bisa, dia bakal bunuh gue buat lenyapin anak gak berguna ini dari dunia."
Sejauh cerita yang Raynzal berikan, sejauh inilah Keyla masih juga bungkam. Memikirkannya saja sudah membuat kepala Keyla pusing, bagaimana ia menjalankan hidupnya seperti Raynzal?
Mungkin, ia akan mati.
"Dan lo tau gak, setiap gue liat lo, guetuh kayak ngaca--" tanpa sadar cowok itu meliriknya, di tambah dengan senyuman manis nan menenangkan hati, "Kayak ngeliat diri gue sendiri tapi dengan wujud yang beda."
"Mungkin kita jodoh?" Keyla merespon asal, niat awalnya hanya ingin mengubah suasana kelam ini menjadi sedikit lebih manis.
"Mungkin."
Bibir gadis itu terbuka saat Raynzal merespon ucapan asalnya dengan tambahan senyum yang menggemaskan.
Jantungnya benar-benar hampir saja meledak kalau saja dirinya tak bisa mengontrolnya sekarang.
Raynzal terlalu menggemaskan pagi hari ini.
"Raynzal?" Keyla memanggil setelah berhasil menenangkan dirinya sendiri, membuat perhatian cowok itu beralih padanya.
Menghadirkan acara pandang-pandangan yang cukup lama diantara keduanya.
Sebelum akhirnya, kecupan kedua yang menempel tepat di bibir cowok itu kembali hadir.
Kecupan yang jelas saja menghadirkan diamnya Raynzal di tempatnya. Tak bisa merespon perlakuan Keyla yang selalu saja tiba-tiba dan mengejutkan untuknya.
Selesai memberikan kecupan itu, Keyla kembali pada posisinya. Menatap Raynzal dengan jarak dekat.
"Jangan pernah nyimpen semuanya sendiri lagi, karna mulai sekarang, lo bisa ceritain apapun ke gue--" perkataan manis itu mampu membuat jantung Raynzal berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya, masih fokus dengan wajah cantik di hadapannya.
"I love you."
Hening kembali melanda saat ucapan Keyla disertai senyuman manis terlihat.
Cukup berjuang melawan gejolak di d**a, berjuang menghilangkan keinginan seorang Raynzal, keinginan untuk menerkam gadis asing yang entah bagaimana ceritanya bisa memasuki hatinya.
Menelan salivanya susah payah, berusaha untuk tak mengikuti bisikan setan yang sudah sedari tadi menggoda imannya.
Namun saat senyuman dibibir berwarna pink itu kembali muncul, tak ada lagi yang bisa Raynzal lakukan selain mengikuti keinginan hatinya saat ini.
Karna di detik berikutnya, cowok itu terlihat mendaratkan bibirnya tepat diatas bibir Keyla.
Sambaran tiba-tiba yang hanya Keyla balas dengan pekikan tertahan dan mata yang terbuka lebar.
Ia benar-benar hampir pingsan dibuatnya, apalagi saat Keyla mulai merasa bibirnya dilumat oleh si tampan.
Menghadirkan tutupan mata dari arahnya, menikmati sensasi menggelikan yang diberikan oleh Raynzal.
Sedangan si tampan yang sudah mulai kehilangan akal, terlihat memindahkan tangannya tepat ke belakang kepala Keyla, nampak mendorong kepala itu agar ciuman mereka semakin di perdalam.
Tak melepaskannya walau hanya sedetik saja, sampai Keyla mulai kehabisan oksigen dan terlihat memukul pelan pundak Raynzal.
Hal yang ogah-ogahan Raynzal turuti, masih meneruskan 'pekerjaannya' sebelum pukulan kedua kembali menyapa.
Dan untuk kali ini, Raynzal menyerah. Terlihat melepaskan bibirnya, membiarkan Keyla mengambil napas dalam waktu hitungan detik sebelum sambaran kembali menyapa.
Tak ada ampun untuk gadis yang dari awal sudah terus menerus menggodanya itu, jadi jangan salahkan Raynzal jika dirinya sekarang terpancing.
Kembali melumat bibir itu dengan kasar, bahkan cowok itu sesekali menggigit bibir bawah Keyla, menghadirkan rintihan dari sang empunya bibir.
Puas dengan apa yang ia kerjakan, Raynzal akhirnya memilih kembali melepaskan santapan paginya.
Terlihat menempelkan dahinya pada dahi Keyla, sesekali membuka mata, memperhatikan gadis dihadapannya yang saat ini nampak menggigit bibir bawahnya sendiri dengan mata terpejam.
Hampir melengkungkan senyuman ketika menyadari wajah merona gadis itu.
"Gue udah bilangkan, jangan main-main atau lo bakal kena akibatnya." bisikan lembut menghadirkan bulu kuduk Keyla untuk berdiri.
"Gak apa-apa, gue seneng kok kena akibatnya."
Ucapan enteng itu membuat bibir Raynzal tertarik ke atas. Tersenyum atas perkataan konyol yang baru saja dirinya dengar.
Memilih menarik Keyla ke dalam pelukannya dengan tangan yang terlihat mengusap belakang kepala gadis itu lembut.
Membiarkan Keyla merasakan detak jantungnya yang hampir menggetarkan seisi rumah mewah ini.
"Selamat, lo udah berhasil masuk ke hati gue--" bisikan kedua kembali terdengar lembut di telinga Keyla, "dan gue pastiin, gak bakal ada jalan keluar buat lo."
Di dalam dekapan cowok itu, Keyla tersenyum. Nampak semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Raynzal.
"Dikasih jalan keluarpun, gue gak bakal mau keluar."