14| Palpable

1021 Kata
SENANDUNGAN itu sudah lima belas menit ini terdengar dari bibir berlipstick merah milik Keyla. Senandungan bahagia dengan tambahan senyuman yang mengembang. Bagaimana tidak, pasalnya saat ini, tangannya tengah menggenggam erat tangan penuh tatto milik Raynzal. Sedangkan satu tangan lainnya, cowok itu pergunakan untuk memegang kemudi. Bahkan Keyla tak menyadari kalau sedari tadi ia terus menerus menampakan deretan gigi putihnya. Menghadirkan lirikan dari arah si tampan, heran sendiri melihat tingkah gadisnya saat ini. "Gila, ya?" Suara Raynzal terdengar, tenang namun menusuk. Tapi tidak dengan Keyla, gadis itu malah terlihat semakin melebarkan cengirannya. Semakin mengeratkan cengkramannya pada tangan Raynzal, "Iya, gila. Gila karna gak bisa pisah sama lo." Tak ada alasan bagi Raynzal untuk tak mendengus geli. Walau masih dengan wajah yang kalem. "Jal?" dengan tangan yang sibuk memainkan jari jemari milik Raynzal, Keyla bersuara, membuat cowok itu meliriknya sekilas tanpa bersuara. "Gue gak mau pulang," lanjutan kalimat itu keluar tepat saat mobil yang Raynzal kendarai berhenti di samping rumah mewah milik Keyla. Sedangkan si cantik di sebelahnya nampak belum menyadari hal itu, membuat Raynzal menggoyangkan tangan yang masih berada dalam genggaman tangan Keyla, membuat pemiliknya menoleh. "Udah sampe." Dua kata itu berhasil membuat bibir ber lipstick merah itu manyun, tak menyukai fakta yang baru saja Raynzal ucapkan. Memilih kembali menunduk dan kembali memainkan jari Raynzal, "Takut." Sempat terdiam untuk sesaat, memperhatikan wajah sendu Keyla, sebelum tangannya terlihat menyambar ponsel yang tergeletak di atas paha pemiliknya. Hal yang jelas saja membuat Keyla melirik Raynzal, memperhatikan gerak-gerik aneh cowok di sampingnya yang saat ini tengah sibuk dengan ponsel miliknya. Entah apa yang tengah dirinya lakukan. Lalu tak lama, cowok itu terlihat mengambil ponsel miliknya sendiri di dalam saku jaketnya, sebelum mengembalikan ponsel bercase pink itu pada Keyla. Keyla yang masih belum mengetahui apa yang Raynzal lakukan, hanya menerima ponselnya dengan bingung. "Kantongin, kalo ada apa-apa, teriak aja." pesan singkat itu kembali menghadirkan kerutan di dahi Keyla. Namun begitu Raynzal menunjuk malas layar mungil pada ponsel Keyla menggunakan matanya, barulah gadis itu mengerti. "Telfonan?" tanyanya saat melihat bahwa nomor dengan kontak 'Ijalku' sedang tersambung dengan nomornya, "Kita telfonan?" Tanpa bersuara, Raynzal mengangguk. "Jadi maksudnya, kita telfonan sampe gue ke dalem rumah. Terus kalo misal ada apa-apa, gue teriak biar lo bisa denger?" perjelas Keyla agar kesalahpahaman tidak terjadi. Sementara si cowok bertatto, hanya kembali mengangguk. "Jadi, lo nungguin disini?" "Hm." "Nungguin gue?" "Iya." "Terus bakal nyamperin gue kalo semisal gue ada apa-apa?" "Iya, Key." Tak usah diragukan lagi, selebar apa senyuman yang Keyla tunjukan saat ini. Merasa terharu sekaligus bahagia dengan apa yang Raynzal lakukan untuk dirinya. "Kenapa gitu mukanya?" Raynzal bertanya, curiga dengan ekspresi aneh Keyla. Dengan masih mengembangkan senyumnya, sebuah kalimat menggoda lainnya meluncur, "Peluk, boleh?" Permintaan yang membuat Raynzal menjauhkan dirinya, tak percaya dengan kata 'peluk' yang bisa saja berubah menjadi 'hal lainnya'. "Sumpah, peluk doang!" seakan tahu dengan ekspresi yang Raynzal tunjukan, Keyla kembali bersuara semeyakinkan mungkin. Mencoba percaya dengan bibir manis itu, Raynzalpun kembali mendekatkan dirinya, memperbolehkan hal yang gadisnya itu minta. Dan benar saja, tak ada pelukan yang menyapa Raynzal, melainkan kecupan singkat yang lagi-lagi mengotori bibir si tampan. Kecolongan yang kesekian kalinya. Setelah berhasil, Keyla segera beranjak dari tempatnya. Tak ingin mendengar ocehan dari bibir milik Raynzal karna Keyla sudah membohonginya. Berjalan cepat tanpa menoleh, menarik napasnya dalam-dalam dan cepat-cepat menghilangkan senyum yang mengembang ketika dirinya secepat kilat dihampiri oleh dua orang berjas hitam. Lirikan tajam adalah hal yang Keyla tunjukan, menatap kedua orang suruhan Ayahnya dengan tak suka, "Gak usah pegang, aku gak bakal kabur!" Hanya kalimat itu yang Keyla katakan, sebelum sosoknya menghilang dari jangkauan mata Raynzal. Berjalan malas ke arah ruang utama, dimana saat ini, sosok Ayahnya tengah berada, dikelilingi oleh banyak orang dengan balutan jas berwarna hitam. Dan Keyla, sangat tak menyukai semua orang itu. Memilih menundukan kepalanya dalam-dalam, enggan untuk melihat Ayahnya yang beberapa waktu lalu baru saja melayangkan pukulan cinta padanya. Tak perduli jika saat ini, dirinya akan semakin dimaki karna sudah pergi dari rumah dan tak pulang. Karna diluar sana, seseorang sudah bersiap untuk menolongnya jika apa yang dirinya takutkan terjadi. Seseorang yang akan menjadi super heronya. Jadi, untuk apa ia takut? Suara tongkat yang mendekat, berhasil membuyarkan lamunan di otak Keyla. Semakin menundukan kepalanya ketika menyadari Ayahnya sudah berada di hadapannya. Tengah memandangi tubuhnya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Seakan takut robot peliharaannya itu lecet atau bahkan rusak. "Masuk ke kamarmu." Kalimat pendek itu berhasil membuat Keyla mengangkat kepalanya. Merasa kalau apa yang ia dengar, hanyalah halusinasi semata. Menatap sang Ayah dengan kening berkerut, "Apa?" "Masuk ke kamarmu, dan gantilah baju." Hampir membulatkan matanya ketika menyadari kalau apa yang ia dengar adalah nyata. Walau dirinya masih tak menyangka dengan ucapan manis yang seharusnya tak terjadi saat ini. "Udah?" Keyla bertanya, ini terlalu mencurigakan untuknya, "Udah, gitu doang?" "Memang apa yang kamu mau?" Tawaran itu secepat kilat Keyla tolak dengan menggunakan sebuah gelengan kepala cepat, tak ingin mengambil resiko lebih, "Aku ke kamar." Langkah cepat Keyla ambil, menaiki anak tangga satu demi satu menuju lantai atas. Berjalan singkat melewati sebuah lorong dengan hiasan patung di kanan dan kirinya sebelum pintu kamar miliknya menyapa. Segera merogoh saku jaketnya sambil berjalan ke arah balkon yang berada di kamarnya. Berusaha melihat mobil yang masih terparkir ditempat awalnya sebelum menempelkan ponsel yang masih tersambung dengan nomor Raynzal itu ke telinga kanannya. "Ijalku!" "Aman?" Keyla tersenyum lebar, maniknya masih fokus dengan mobil putih disamping rumahnya itu, "Aman, kok." "Yaudah, gue cabut." "Bentar!" ujar Keyla cepat sebelum cowok itu mematikan sambungan. "Kenapa?" "Cuma mau bilang makasih karna udah khawatir sama gue, dan--" gadis itu menggantung kalimatnya, sengaja berlama-lama agar pembicaraan mereka tak berhenti. "Dan?" "Dan mau bilang kalo gue sayang lo, Jal. Terus juga mau ngasih pesen, hati-hati nyetirnya. Jangan ngebut, nanti kalo ada apa-apa, gue orang pertama yang nangis sampe mata gue keluar darah." "Lah, serem." "Hehe, kan ceritanya sangking terlalu cinta." Dari tempatnya, Keyla bisa mendengar kalau si tampan bertatto itu mendengus geli, "Bye." "Bye, love!" Sambungan terputus, meninggalkan mata elang Keyla yang masih saja menatap mobil milik Raynzal yang melaju cepat, dan berakhir menghilang dibalik sebuah tikungan. Menghadirkan napas panjang Keyla dengan tambahan bibir manyunnya, "Huh, udah kangen aja."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN