PROLOG
John F. Kennedy International Airport –Jamaica, Queens, New York City, US.
Kaki kecil nan jenjang yang terbalut celana jin pendek itu dengan gesit berlari kecil melewati beberapa orang yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, di area lobi bandara John F. Kennedy, New York.
Punggungnya mencangklong ransel dan tangan kanannya menyeret sebuah koper berwarna abu-abu. Bibir mungil gadis itu berulang kali berucap ‘sorry’. Sesekali kepalanya menengok ke belakang seolah-olah mengamati sesuatu. Ah, mungkin lebih tepatnya sedang berusaha kabur dari kejaran seseorang. Gadis itu semakin mempercepat langkah kakinya, tanpa peduli jikalau tubuhnya menabrak orang lain.
"Hey, Girl! Hati-hati kalau berjalan!"
"Hey, be careful!"
"Hei! Gunakan matamu!"
"Oh, s**t! You make my coffe spill in my coat! Damn! Hey!"
Umpatan pria paling akhir yang tidak sengaja ia tubruk punggung kokohnya tadi, membuat Sofia sempat sedikit menoleh ke arahnya. Benar saja, pria bule dengan perawakan kekar itu sedang menahan emosi karena segelas kopinya tumpah mengenai kemeja dan ponselnya.
Ups, Sofia tidak tahu.
"I'm sorry. Aku berjanji akan menebusnya jika kita berjumpa lagi!" Sofia berucap dengan nada yang semakin mengecil di akhir kalimatnya.
"Damn! Benar-benar wanita tidak tahu diri!" rutuk pria itu, ketika melihat kemeja dan jasnya basah akibat tumpahan kopi hangat yang ia pegang tadi.
iPhone keluaran paling terbaru—yang kemarin baru saja ia beli dengan harga puluhan juta—sudah tersiram panasnya kopi. Triple damn! Pria itu hanya bisa memejamkan mata dan menipiskan bibirnya, berusaha menetralisir amarah yang sudah membara di dalam dadanya.
Aku akan benar benar memberi gadis itu pelajaran jika aku bertemu dengannya
lagi!
Sofia melangkahkan kakinya semakin cepat dengan sedikit perjuangan. Hal itu dikarenakan koper besar yang Sofia bawa saat ini membuatnya kesulitan berlari dari kejaran dua bodyguard yang berpakaian hitam. Saat ini mereka sudah menemukan posisinya, akibat terciptanya sedikit keributan yang ia buat tadi. Sofia semakin mempercepat larinya dan hal itu membuat kopernya lagi-lagi menabrak para manusia yang berdiri.
"s**t! Gue nggak bisa bawa ini koper terus!"
Kemudian, langkahnya berbelok ke arah ruang tunggu para penumpang.
Ia kemudian menepuk-nepuk pelan puncak kopernya.
"Tunggu di sini dulu, ya, Koper. Jangan ke mana-mana. Aku akan bersembunyi dan setelah itu baru mengambilmu, Sayang!" ucap Sofia pada kopernya, kemudian mendorong benda itu menjauh.
Setelah itu Sofia berlari kencang untuk bersembunyi dari kejaran bodyguard papinya yang saat ini berusaha untuk menangkapnya. Ia saat ini sedang kabur dari perjodohan laknat yang diadakan sang papi.
Bodyguard itu langsung kehilangan jejaknya. Tubuh Sofia yang mungil, membuatnya terhalangi oleh tubuh besar dan tinggi khas orang Amerika, hingga para bodyguard itu kesusahan. Hal itu terjadi karena mereka menitik pusatkan kejarannya pada koper abu-abu besar yang Sofia seret.
"Kita kehilangan jejak, Tuan," ucap salah satu bodyguard sambil menekan tombol pada ear phone yang terpasang di telinga kanannya.
"Dasar tidak becus! Kembali! Kita akan cari cara lain untuk membawa pulang anak bandel itu." timpal suara di seberang telepon.
"Siap, Tuan!" Barulah kedua Bodyguard itu langsung berbalik arah menuju helikopter pribadi yang mereka gunakan untuk menyusul Sofia ke New York, negara yang menjadi tujuannya untuk melarikan diri.
Tanpa Sofia ketahui, koper yang ia dorong tadi, berubah arah menjadi lurus bukan berbelok ke arah kursi tunggu, seperti yang Sofia harapkan. Koper itu terus meluncur tak tentu arah, hingga akhirnya menabrak koper lain yang juga berwarna abu-abu. Membuat posisi koper yang awalnya diam dan berdiri di samping pemiliknya itu, menjadi tergesar ke belakang. Dan, di gantikan oleh koper yang tiba-tiba meluncur dari arah samping.
Setelah ini, kisah mereka berdua akan dimulai. Kisah antara gadis cerdik nan pemberani, bernama Sofia Amely Nasution. Seorang anak pengusaha kaya asal Surabaya, Indonesia, dengan marga Nasution. Remaja berumur 20 tahun, seorang mahasiswa yang sampai meninggalkan studinya untuk kabur dari perjodohan bisnis konyol orang tuanya- Santo Nasution dan Lilly Naution.
Juga, takdir menuntun Sofia untuk bertemu dengan pria Amerika bernama Edbert Kingsley Cruz. Keturunan kelima marga Cruz, dari pasangan Warner Cruz dan Sharon Cruz. Edbert merupakan pria berusia 30 tahun dengan perawakan kekar yang memiliki pahatan wajah bak dewa Yunani itu merupakan CEO dari Cruz-Corporation. Di usianya yang sudah bisa dibilang matang, ia masih betah sendiri dan bermain dengan ribuan wanita di luar sana yang menjadi pengisi ranjangnya setiap merasa haus akan kebutuhan biologisnya.