Saat itu Dewi dan aku masih duduk di bangku kuliah. Dewi berhasil masuk fakultas bergengsi karena tebal saku orang tuanya. Sedangkan aku sang b***k cinta belajar mati-matian agar aku bisa menembus fakultas tersebut dengan jalur prestasi. Kuliah karena cinta, terdengar kekanak-kanakan. Namun memang itu yang aku lakukan untuk mengejar cintaku. Jadi cukuplah kalian menilai sebesar apa dambaku pada wanita yang sedang kugendong ini. Kuliah kami belum rampung saat itu, tapi kami sudah berani mengambil keputusan mengingat Pak Zakaria tak jua memberikan restu pada kami berdua. Sebagai jalur konfrontasi, aku mengajak Dewi untuk melakukan pernikahan lepas tangan. Kukira saat itu Dewi akan menanggapi dengan tertawaan. Aku salah besar. Wanita itu justru langsung mengangguk yakin. Saat itu aku terc

