Penjaga?

2505 Kata
Setelah langit yang mendung akan ada hari yang cerah, maka jangan pernah berputus asa dan teruslah berusaha dengan penuh keyakinan. *** Berita mengejutkan tentang kematian Nenek Cyra ini juga sampai kepada Farras, dia makin iba melihat Cyra yang makin lama sepertinya makin ditekan kondisi oleh kakaknya ini. Karena ketidaktahanan ini akhirnya dia menghubungi kakaknya yang dianggapnya sudah kelewatan mempermainkan kehidupan orang lain hanya karena demi masa lalu. “Aku akan menemuimu di resort!” kalimat itu dia kirimkan kepada Varen. Tak lama berselang handphonenya berbunyi, “Kepala Monster” muncul dilayar handphone milik Varen. “Kau dimana sekarang? Temui aku sekarang atau kau akan kutamatkan dari semua fasilitas yang kau miliki.” Ancam Varen pada adiknya ini. “Memang aku akan menemuimu sekarang, tunggu saja disana.” Untuk pertama kalinya Farras memutuskan sambungan telpon dari kakaknya. Mendapatkan perlakuan barusan dari Farras membuat Varen sangat kesal. “Malken!” teriaknya dan segera laki-laki dengan nama Malken berlari ke arahnya, dia sangat siaga sekali untuk Varen, seolah hidupnya memang didedikasikan untuk laki-laki ini. “Iya Tuan.” Jawabnya. “Segera cari tahu keberadaan Anak Nakal ini, dia ada disini juga, bawa dia kepadaku sekarang juga!” Suaranya berapi-api mengatakan hal itu, entah ini karena kesal akibat kejadian yang baru dia alami dirumah duka atau juga kekesalan yang sudah memuncak yang dia tahan kepada Farras. “Baik Tuan.” Dia lalu keluar dari tempat ini. *** Empat jam yang lalu, tepat pukul dua belas siang, sesaat setelah pemakaman Nenek Cyra. “Cyra, bisa kita bicara sebentar?” Varen mendekati Cyra, dan sebenarnya menjadi sedikit perhatian orang-orang dikampung ini, karena style Varen yang terlihat sangat berbeda dari yang lainnya dan selain kasus plagiat yang menyebar dikampung mereka, berita semacam Cyra menjadi w**************n ini juga turut merebak sejak Varen selalu ada disana. Terkadang kita memang tak bisa menghindari gosip, tapi memang seperti inilah adanya, hal yang berbau negatif akan segera menyebar dengan bumbu penyedap lain sampai akhirnya cerita yang sebenarnya malah tertutupi semua dan yang ada malah cerita fiktif yang dikarang-karang oleh penyebar berita. “Tolong beri aku waktu, aku tak bisa berkata terus menerus tentang plagiat Varen, dan aku sangat berterima kasih karena kau sudah membantu semuanya tapi jika kau masih mau membahas tentang plagiat itu pertemukan aku dengan Rany Arago, aku hanya ingin tahu dimana dia mendapatkan semua catatan tulisanku.” Cyra, wanita ini sedang berduka, tapi Varen tak melihat sedikitpun dia mengeluarkan air mata diacara pemakaman neneknya ini, sebenarnya ini adalah hal yang ingin dia pertanyakan disamping hal lain mengganggu dikepalanya terkait kejadian dua belas tahun yang lalu. “Aku bukan ingin bicara tentang kasus plagiat tapi …” “Kumohon pulanglah dulu, nanti aku akan mengembalikan semua biaya yang kau keluarkan untuk pemakaman Nenek.” Cyra berkata dengan sangat datar dan lagi-lagi membuat Varen merasa terluka atas apa yang disampaikan wanita ini. Sombong sekali dia. Sudah miskin sombong pula! Kira-kira ini adalah yang ada dalam benak Varen sekarang. “Kau tak akan pernah bisa mengembalikan apa yang pernah aku berikan untukmu Cyra! Aku berikan waktu sampai besok, aku akan menemuimu besok lagi, karena kupikir kau tak terlalu berduka atas kepergian nenekmu ini.” Varen berkata sambil menyeringai sinis. Cyra yang mendegar kalimat yang baru saja keluar dari mulut Varen ini, merasa makin kesal, kecewanya makin menjadi dia rasanya ingin sekali menunjukkan kalau saat ini dia benar-benar kehilangan pegangan tapi sayangnya ini adalah kelemahan yang tak boleh orang lain tahu, dia harus terlihat tegar seperti karang yang dihempas ombak! “Baiklah, besok kau temui aku saja, jika kau berhasil.” Ucap Cyra pada Varen. “Kau benar-benar wanita sombong! Ingat Cyra aku bisa melakukan apapun kepadamu.” Balas Varen terdengar kesal. “Ya, kau sudah membuktikannya, kau menyebarkan identitasku ke publik, lalu kau sekarang datang dengan pura-pura baik kepadaku, apa mungkin kau merasa bersalah karena identitasku terbuka lalu orang-orang mulai menyerangku? Aku tak masalah jika orang itu hanya menyerangku, tapi yang kutahu adalah secara tak langsung kau telah membunuh nenekku! Kau seorang p-e-m-b-u-n-u-h.” Ucapan Cyra perlahan tapi penuh penekanan dan sangat jelas sekali membuat darah Varen makin mendidih karena marah. “Kau bilang apa barusan?” Varen menggertakkan giginya menahan kesal, berusaha menahan diri agar tidak menghajar wanita ini. “Jika kau terus mengatakan kalau aku seorang plagiat, maka aku akan mengingatmu dengan sebutan pembunuh.” Ucapnya lagi. Karena tak ingin perang verbal ini terus berlangsung dan membuat Varen tak bisa menahan dirinya untuk tak memukul wanita itu, dia kemudian berlalu meninggalkan Cyra, sedangkan Cyra dia hanya memandang dengan tatapan kosong punggung Varen yang menjauh dengan cepat dari balik kerumunan orang-orang yang baru saja mulai meninggalkan makam sang nenek. “Nek, maafkan Cyra, didetik terakhir Nenek, Cyra tak ada.” Ucapnya dengan menahan tangisnya. Cyra lalu mengatur nafasnya agar air mata itu tak jatuh membasahi pipinya! Tak boleh, dia tak boleh memperlihatkan kesedihannya didepan orang lain. “Jika ingin menangis keluarkan saja, aku akan pura-pura tak mendengarnya.” Laki-laki asing berdiri disamping Cyra, dia juga melihat ke arah pusara Neneknya. “Siapa kau?” tanya Cyra langsung, entah kenapa akhir-akhir ini hidupnya seperti naik wahana roller coaster! Sangat menegangkan! “Aku akan memperkenalkan diriku setelah kau mau mengeluarkan semua kekesalanmu, Aku yakin nenekmu akan sangat bersedih jika tahu kau sebenarnya sangat menderita, karena itu untuk saat ini aku perkenalkan diriku sebagai seorang guardian? Bagaimana, apa kau setuju?” Dia berkata dengan senyum yang begitu manis, untuk sesaat Cyra sangat terperangah dengan laki-laki ini. Jujur saja dia sangat tampan dengan lesung pipi yang tercipta disana menambah keindahan wajahnya. “Kau? Apa kau ada hubungannya dengan laki-laki iblis itu?” Cyra langsung bertanya begitu saja saat dia menyadari bahwa perawakan ini sangat mirip dengan Varen, hanya saja Varen lebih tinggi sedikit dan kulitnya sedikit coklat serta mata bewarna coklat, sedangkan laki-laki yang mengatakan kalau dia adalah guardian ini, dia jauh lebih putih dan wajah yang sangat mulus bak porselen tapi jika didekatkan mereka akan sangat mirip. “Kalau dia iblis maka aku adalah malaikatnya.” Ucapnya lagi, mencoba menghibur Cyra. “Siapapun kamu aku tak akan pernah peduli.” Jawab Cyra dingin. “Tak perlu menjerit ditepi jurang laut, kau cukup keluarkan saja dan mulailah bercerita dengan perlahan, suasana hatimu jauh lebih baik, jika kau menjerit disana dan memaki laut akan menelannya, suasana hati akan baik, tapi kau tak memiliki solusi.” Ucapnya lagi, dia jauh lebih ramah dari laki-laki yang dicap iblis oleh Cyra. Sesaat Cyra terkejut, apa artinya dia mengetahui apa yang Cyra lakukan kemarin? “Siapa kau sebenarnya? Jika kau mengatakan malaikat mungkin saat ini aku sudah mati, karena tak mungkin ada malaikat berkeliaran disini.” Jawab Cyra lagi. “Tapi kau bisa melihat iblis, apa artinya sama saja?” “Iblis ada didunia untuk menjerumuskan manusia dan iblis memang menjelma sebagai manusia seperti dia.” Ucapnya pasti. “Baiklah, kenalkan aku Farras, adik sang Iblis, tapi … aku tak seperti iblis.” Ucapnya lagi, dan pengakuan ini membuat Cyra ternganga, bukan apa-apa tapi lebih kepada dia yang secara terang-terangan mengakui kalau dia adalah adik dari Varen, laki-laki yang bersiteru dengan dirinya. “Apa kau bilang?” Cyra kembali memastikan bahwa laki-laki yang dihadapannya saat ini adalah orang yang berhubungan dengan Varen, seseorang yang dibilang Cyra adalah Iblis. “Aku adiknya Varen dan aku percaya kau bukan seorang plagiat.” Kalimat ini makin membuat Cyra kebinungan. “Kau tak perlu bingung, mungkin saat ini nenekmu mendapati seseorang yang mengatakan kalau kau bukan seorang plagiat. Aku percaya kau tak melakukannya.” Ucapnya lagi. “Kau … aku … ah maksudku aku tak memiliki bukti kalau aku tak melakukannya, aku juga tak mempermasalahkan kau ingin mempercayai berita itu atau tidak karena kalau memang aku menjiplaknya harusnya orang yang merasa dijiplak datang padaku dengan begitu aku juga bisa menanyakan padanya darimana dia mendapatkan tulisanku itu.” Ucapnya lagi. “Tak masalah tapi aku yakin bukan kau pelakunya.” Ucapnya lagi. *** Cyra mulai mengemasi barang--barangnya, dia sudah memikirkan hal ini dengan sangat matang bahwa dia harus meninggalkan tempat ini, dia bukannya tak memiliki teman untuk becerita, tapi dia tak ingin orang lain banyak tahu tentang dirinya. “Cyra aku tahu kamu sedang tidak baik-baik saja.” Mia, yang merupakan temannya ini memeluk dirinya saat mendapati Cyra sedang membereskan beberapa pakaiannya untuk dimasukkan kedalam koper besar. “Mia … aku sudah yakin dengan semuanya, aku …” Cyra tak mampu melanjutkan ucapannya karena sama, dia tak ingin tangis yang dikeluarkannya menjadi beban untuk orang lain. “Tak apa sayang, kau keluarkan saja semuanya, karena ini sangat berat untukmu, dan aku akan membantumu sebisaku.” Ucapnya lagi sedikit melegakan ada orang yang ingin memeluknya saat ini. Tak bisa berkata apapun membuat Cyra akhirnya menumpahkan semuanya dalam pelukan hangat sang sahabat. Sahabat yang sejak tiga tahun lalu meninggalkan kampung kecil ini karena dia sudah menikah. Mereka hanya berhubungan lewat jaringan chat dan juga telpon saja, tapi itu hanya sesekali karena Mia, sudah memiliki kehidupan sendiri, dan Cyra menyadari hal itu. Namun, saat mendengar kematian Neneknya Cyra dan juga dia yang dituduh sebagai plagiat membuat Mia akhirnya terbang kembali ke Belitung dari kota Lampung, tempat domisilinya saat ini. Tangisnya pecah dan terdengar sangat menyayat hati, sangat membuat Mia merasakan bahwa kali ini Cyra benar-benar berada dalam titik terendahnya, walaupun dulu dia kehilangan orang-orang yang dia cintai, kematian ayahnya karena kecelakaan, lalu disusul Ibunya karena sakit yang sudah lama, tapi sekarang cobaan yang lebih berat untuk Cyra, Neneknya, satu-satunya keluarga yang dia miliki harus berpulang saat gosip heboh dan teror plagiat menerpanya! “Sabar ya Sayang, Aku tahu kau kuat Cyra, kau adalah Cyra wanita yang kuat yang selalu bisa mengatasi semua masalah, kau masih sama seperti Cyra yang dulu, seseorang pekerja keras dan juga orang yang bisa membahagiakan orang lain, kau harus yakin dan kau harus buktikan kepada mereka yang saat ini sedang menyeretmu kebawah bahwa kau adalah orang yang sangat kuat dan tak bisa diremehkan.” Ucapnya lagi menenangkan sahabatnya ini. Cyra dia masih menangis tersedu, dia tak mampu berkata apapun, dia memperlihatkan kerapuhan dirinya pada sahabatnya itu, wajahnya mulai sembab dan matanya sangat bengkak karena tangis yang dia keluarkan, hatinya sedikit merasa lega, semua yang terjadi pada dirinya belakangan kembali terputar diotaknya, hal menyakitkan dan saat Varen yang dia dapati melihat neneknya dirumah sakit kali terakhir dia menyadari bahwa itu adalah detik terakhir neneknya bernafas! Varen … entah kenapa laki-laki itu kini membuat luka yang begitu dalam, mulutnya yang pedas dan tatapan mata yang sangat tak bersahabat, dan disamping itu juga dia tak mau menuduh hal yang belum cukup bukti, tapi dia sangat yakin kalau identitas dirinya tersebar karena laki-laki iblis ini. Siapa lagi yang bisa menyebarkan identitasnya kecuali orang yang memiliki power besar terhadap segalanya. “Cyra menangislah sepuasmu, lalu kau harus terus melangkah maju.” Lagi Mia menepuk perlahan punggung sahabatnya itu. “Mia … ak …akhu …” Cyra berkata tersendat diantara isaknya yang mulai mereda. “Tak usah bicara dulu Sayang, kau puaskan saja dulu hatimu.” Saran Mia padanya yang terlihat sangat susah untuk bicara saat sedu sedan itu masih terdengar jelas dan sangat menyayat. “Akh … akhu in…ingin per ..pergi dha … ri dari sinih …” Rintihnya lagi menyanyat mendengarnya, Mia tahu bahwa saat ini Cyra pasti ingin lari dari semua kenangan buruk tempat ini. “Iya Sayang, aku tahu, kau harus sabar ya.” Mia merenggangkan pelukannya lalu menatap lekat wajah Cyra yang selain sembab wajah itu juga terlihat lelah, sambil mengelap air mata Cyra yang terus membanjiri pipinya, mata merah karena menangis ini benar-benar membuat Mia merasa sangat kasihan padanya. Cyra hanya diam, dia mulai mengatur nafasnya agar tak tersengal-sengal ketika bicara, sepertinya sekarang beban berat itu sudah mulai berangsur terkikis setelah meluapnya tangis yang dia keluarkan. “Kau … apa kau yakin ingin pergi dari sini?” Tanya Mia memastikan. “Ya … aku harap semuanya berhenti sampai disini, aku ingin memulai yang baru Mia.” Ucapnya lagi. “Aku percaya kau pasti bisa.” Ucapnya lagi. “Terima kasih.” Ucap Cyra dengan suara yang sangat serak. Percakapan mereka disambung dengan semua hal yang dialami oleh Cyra selama ini, dan Mia sangat terkejut beberapa kali Mia melongo dan menutup mulutnya saking tak percaya dengan apa yang dialami oleh sahabatnya ini. Semua berjalan sangat dramatis dan Cyra tertidur setelah lelah bercerita pada sahabatnya. *** Terdengar suara berisik diluar sana, membuat Varen akhirnya segera keluar dari kamarnya. “Ah! Sudah kukatakan aku akan datang sekarang! Kenapa kau memperlakukanku seperti seorang buronan Varen!” Farras berkata dengan sangat kesal saat beberapa anak buah Varen seperti sedang menggeretnya menemui Varen. “Masuk!” Ucapnya dingin pada Farras, lalu laki-laki itu membenarkan pakaiannya yang sedikit kusut. Setelah Farras masuk ke kamar itu, Varen langsung menutup pintunya dengan keras, lalu dia memandang Farras dengan tatapan yang ingin menyayatnya saat ini juga. “Kenapa?” Tanya Farras seolah tak ada salahnya. “Kenapa kau bilang?! Kau sudah membuat kekacauan, kau sudah menjiplak karya orang lain dan sekarang kau bilang kenapa? Apa kau layak dikatakan sebagai author bukan plagiator?” Ucap Varen sinis. “Ya! Aku memang menconteknya, tapi itu tidak kudapat dari koran lokal itu! Kau pikir saja mana pernah aku baca koran lokal, apalagi rubrik murahan seperti itu, aku hanya membaca koran bisnis saja, seperti yang sering kau dengung-dengungkan!” Farras berkata santai lalu duduk di sofa empuk itu dan menyalakan televisi dengan remote yang ada diatas meja. “Apa kau layak dibilang seorang CEO? Apa kau layak dikatakan seorang pemimpin? Platform itu aku buat agar kau bisa bekerja sesuai dengan keinginanmu, dan sekarang kau malah lari dari tanggungjawab setelah menjiplak, kau sungguh pengecut Farras!” dia berkata dengan intonasi yang mulai meninggi. “Terserah kau saja yang jelas aku sangat menikmati seperti ini, lagipula aku tak ingin dijadikan CEO, aku hanya ingin menulis saja. Kau tahu sendiri otakku itu tak se-brilliant yang kau miliki. Aku hanya bisa memikirkan yang ada dalam kepalaku, dua insan yang jatuh cinta lalu bermain dan bergulat bersama kemudian menciptakan anak yang lucu-lucu. Hidupku tak seberat pikiranmu itu Varen.” Ucapnya lagi sambil mata yang terus melihat ke araha acara televisi dengan channel drama aksi. “Kau! Kau harus bertanggungjawab membersihkan semuanya!” Varen berkata sambil menahan amarahnya. “Aku akan bertanggungjawab dan mengatakan kalau aku adalah orang yang menjiplaknya, tapi kau harus mendengarkan saranku saat ini.” Nada bicara Farras sudah mulai serius membuat Varen sedikit mengerutkan keningnya. “Katakan saja jangan berbelit-belit karena aku tidak suka.” Varen berkata dengan sangat ketus pada adiknya ini. “Aku mengaku aku yang menjiplaknya, tapi kau harus berhenti menuntut Cyra karena Cyra tak menjiplak karya mantanmu itu, katakan saja kalau Rany yang menjiplak miliknya.” Ucapan yang keluar dari mulut Farras ini memancing Varen untuk bertindak anarkis! “Apa kau bilang?!” kali ini Veren mencengkram kerah baju milik Farras. “Ya, wanita itu … wanita yang sudah mati itulah yang menjiplak milik Ileana!” Farras berkata dengan sangat jelas, walaupun ada hal yang masih ingin dia sampaikan tentang Rany, dia masih menahannya untuk sekarang, dia hanya ingin Varen tahu secara perlahan agar tidak terjadi guncangan pada dirinya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN