PART 6 SHOOTING DAY Part 1
Satu minggu setelah gladi bersih, syuting sesungguhnya dimulai. Lokasi yang diambil pertama kali adalah di dalam sebuah rumah milik keluarga Evangeline. Luke Ciel, ayah Evangeline sedang berdiskusi dengan tamunya, Romm Dominic (ayah Tyler). Evangeline yang duduk di antara dua pria tersebut terlihat menunduk sambil mengangguk pelan.
“Aku ingin Tyler menikah sebelum Tuhan mengambil nyawaku Luke. Lagi pula aku tidak suka melihat Tyler terus berganti-ganti pasangan.” Romm berkeluh kesah pada sahabatnya itu.
Romm menoleh pada anak gadis yang sangat disayanginya itu, “Eva, Ayah menyerahkan semuanya kepadamu Nak. Karena kamulah yang nantinya akan menjalankan kehidupan pernikahan itu,” ujarnya bijak. “Ayah tidak akan pernah memaksamu untuk menikah dengan pria yang tidak kamu kenal sama sekali. Paman Romm sakit keras dan merasa sudah saatnya Tyler—anaknya itu berhenti berpetualang. Bagaimana menurutmu Eva?” tanya Luke Ciel hati-hati. Karena biar bagaimanapun dia tidak mau membuat anak gadisnya yang masih kuliah itu tersudutkan dan merasa terpaksa.
Evangeline menelan ludahnya sambil mengerjapkan kelopak matanya pelan, sehingga bulu matanya yang lentik berayun anggun.
“Please Eva, tolonglah Pamanmu ini, Nak. Paman tidak mau Tyler menikahi salah satu dari teman-teman wanitanya yang tidak jelas itu. Paman hanya mau Tyler menikah denganmu, Evangeline,” papar Romm.
Evangeline mengangguk lemah sambil berkaca-kaca. Dia berada dalam sebuah dilema, antara ingin membantu sahabat Ayahnya dan atau mengorbankan kebebasan sekaligus perasaannya. “Bisakah Eva memikirkannya lebih dulu, Paman?” sahutnya sekaligus bertanya dengan lembut dan sopan.
“Tentu saja sayang. Kamu berhak untuk itu,” jawab Romm sambil menganggukkan kepalanya. “Tapi bolehkah Paman meminta waktumu besok untuk berkenalan dengan Tyler, anak lelaki Paman?”
Pandangan Evangeline beralih pada ayahnya yang duduk di sebelahnya, kepalanya mengangguk setelah melihat ayahnya mengerjapkan matanya pelan sebagai tanda memberikan dukungannya pada keputusan apapun yang akan diambil Evangeline, anak gadisnya.
Romm Dominic menghela napas lega setelah sebelumnya dia begitu cemas menantikan jawaban putri sahabatnya itu. “Ah, terima kasih sayang. Paman tahu kalau Paman bisa mengandalkanmu,” katanya. “Tyler akan datang ke rumah setiap akhir pekan, jadi besok kalian makan siang di rumahku.” Romm melihat ke arah Luke, sahabatnya, “bagaimana Luke?”
Luke Ciel mengangguk bersamaan dengan kepala Evangeline yang juga menunduk sedikit, “Baiklah, Romm. Aku ikut selama Evangeline setuju….”
Tatapan Romm kemudian terarah pada Evangeline, “Kamu mau kan Eva, bertemu dengan Tyler besok?”
“Ya Paman… Eva dan ayah akan datang besok,” sahutnya penuh keyakinan. Bagaimana dia tega untuk menolak permohonan pria yang baik hati ini? Terlebih orang ini sering membantu ayahnya saat kesulitan.
Romm Domininc menarik napas lega, “Terima kasih sudah mau memenuhi permintaan Paman untuk bertemu Tyler besok Nak. Semoga dari perkenalan besok tumbuh rasa di antara kalian berdua,” harap Romm sungguh-sungguh. “Terima kasih sekali lagi.” Pria itu menangkupkan kedua telapak tangan di depan dadanya.
Luke menoleh pada Evangeline, anaknya, “Terima kasih Nak,” katanya lembut.
Romm ikut menoleh ke arah Evangeline, lalu mengangguk.
Evangeline menghela napasnya panjang, “Kita lihat saja bagaimana reaksi Tyler saat bertemu denganku nanti Paman, dan juga bagaimana responnya mengenai perjodohan ini,” katanya.
“CUT!!”
Rick memotong adegannya. “Very Good!”
Semua menghela napas lega. Jane mendekatkan kepalanya pada Rick, “See? Percaya, kan?”
Rick mengangguk, “Ya, cukup memuaskan, hanya satu kali take,” seringainya kagum.
Syuting berlanjut pada pemeran lainnya, dan giliran Georgia beristirahat untuk giliran shoot berikutnya.
Syuting hari ini belum ada scene yang melibatkan pemeran Tyler dan Eva berbarengan. Namun Georgia cukup senang mendengar komentar Rick sebagai sutradara tentang aktingnya. “Kamu lumayan juga Gia, ternyata yang dikatakan media tentang kamu tidak sepenuhnya benar,” ujar Rick Dant.
Rumor yang mengatakan bahwa Georgia Jenskin adalah seorang aktris yang hanya bermodalkan wajah cantik dan body seksi saja menurut Rick tidak benar. Artis yang senang datang terlambat ke lokasi karena merasa sudah menjadi artis besar, juga tidak benar. Karena selama mulai bekerja sama dengan Georgia, Rick tidak pernah melihat Georgia datang belakangan, selalu sebelum waktu syuting dimulai, Georgia sudah berada di lokasi. Tentu saja hati Georgia berkembang mendengar komentar Rick tentangnya, seorang Rick Dant memuji artisnya adalah sebuah prestasi.
“Terima kasih untuk hari ini Gia, sampai bertemu lagi besok,” ucap Rick tulus.
Georgia menatap sekilas ke arah Rick, “Terima kasih kembali, Rick.” Dia menjawabnya.
***
“Ayah sama sekali tidak mau memaksamu Eva, tapi kamu lihat sendiri kemarin Paman Romm begitu memohon padamu dan Ayah kan? Ayah berada di tengah antara sahabat dan anak. Tapi tentu saja Ayah akan mengutamakan perasaanmu lebih dulu. Jika nanti respon Tyler tidak sesuai dengan harapanmu—kamu berhak menolak perjodohan ini. Itu yang ingin Ayah sampaikan,” ungkap Luke ketika berada dalam perjalanan menuju ke rumah keluarga Dominic.
Evangeline menoleh sekilas ke arah ayahnya, memberikan senyum tipis sembari menganggukkan kepala dan kembali fokus menatap jalan raya—karena dia yang mengendarai mobilnya. “Eva tahu Ayah…,” sahutnya.
Pikiran Evangeline berkelana tentang sosok Tyler yang akan dia temui sebentar lagi. Melihat profil dari seorang Romm Dominic, bisa dikatakan seharusnya anak lelakinya tidak akan jauh berbeda darinya. Sosok pria berkharismatik dan berwibawa sangat lekat pada pria tersebut. Evangeline bahkan tidak menyangka bahwa ayahnya adalah sahabat dekat dari orang kaya raya tersebut.
Apakah seorang Tyler Dominic juga akan seperti ayahnya—Romm Dominic? Entahlah, Evangeline belum mau membayangkan seperti apa nanti karakter Tyler—pria yang akan dijodohkan dengannya itu. Dia hanya merasa terganjal oleh satu hal, yaitu mewujudkan cita-cita mendiang ibunya yang menginginkan Evangeline menjadi ballerina seperti dirinya.
Ketika tujuan semakin dekat, Evangeline menoleh lagi sekilas pada ayahnya. Dia sempat memperhatikan kerutan di wajah ayahnya yang semakin banyak. Evangeline menyentuh tangan ayahnya yang terlihat tegang. “Ayah tenang saja, tidak perlu cemas begitu…,” godanya mencairkan suasana. “Untuk Ayah tahu aku tidak merasa dipaksa, aku rela melakukan hal ini Yah... demi Ayah dan demi Paman Romm yang sudah begitu baik pada kita,” ujar Evangeline tenang.
Luke menghela napas lega mendengar penuturan anak gadisnya itu. Dia berdoa semoga keputusannya menyetujui perjodohan ini adalah hal yang benar, bukan hanya karena dia merasa berhutang budi pada sahabatnya itu. “Terima kasih, Sayang,” ucapnya sambil meremas jemari Evangeline.
Mobil yang dikendarai Evangeline memasuki halaman parkir sebuah rumah besar, lalu dia memarkirkan mobilnya di samping sebuah mobil Mercedes Benz berwarna hitam mengkilap. Luke turun dan menegur seorang pria yang datang menghampirinya. “Selamat datang Tuan Luke,” sapanya ramah.
Ternyata pria itu adalah supir keluarga Dominic. Evangeline dan ayahnya berjalan masuk ke dalam rumah dan disambut langsung oleh Romm sendiri.
“CUT!!”
Georgia dan yang lainnya berhenti berakting sambil beberapa dari mereka terkekeh ringan mengomentari akting masing-masing.
“Break sepuluh menit!” ujar sang asisten sutradara.
Gabrielle menghampiri Georgia dan memberikan botol minumannya. Gadis cantik yang memakai celana jeans ketat—yang menampilkan lekuk bokongnya—itu meneguk minumnya sampai tersisa setengah. “Aku belum melihat Nicholas, Gab. Di mana dia?” tanyanya sambil memberikan kembali botol minum pada manajernya itu.
“Aku juga belum melihatnya, tapi mobilnya dan Jez sudah datang sejak lima belas menit yang lalu,” ungkapnya.
Georgia mengangguk dan berjalan ke arah toilet. Namun, sebelum mencapai tempatnya ia mendengar suara Nicholas sedang bercakap-cakap. “Ya Key... kamu hati-hati ya....” Pria itu menutup percakapannya dan hendak memasukkan ponsel ke dalam saku celananya.
Namun, matanya membesar ketika mendapati Georgia yang tiba-tiba ada di depannya sambil tersenyum dan mengigit bibir bawahnya, “Apa kamu yakin sama Key itu hanya sekadar teman saja? Seharusnya berbicara dengan seorang teman tidak semesra itu sih,” sindir Georgia dengan sengaja.
“Apa-apaan sih kamu?” gusar Nicholas marah.
“Kenapa? Kamu takut?”
“Takut apa?”
“Takut ketahuan kalau ternyata kamu suka sama Key? Atau kamu takut ditolak Key?”
“Aku dan Key hanya bersahabat,” tegas Nicholas.
“Tapi aku tidak melihat dia juga menganggap kamu begitu. Wanita itu ingin yang lebih dari kamu, Nich.” Georgia memberikan pendapatnya tanpa diminta.
“Aku tidak butuh pendapat kamu.”
“Dia pasti tahu tentang marketing gimmick itu kan? Kalau kita sedang bersandiwara jadi sepasang kekasih yang dipasangkan dalam sebuah film ya kan?”
“Bukan urusan kamu, Gi.” Nicholas menjawab dengan berusaha menghindari Georgia.
Georgia terdiam. Nicholas memang sangat dingin padanya di luar setingan romansa yang diciptakan oleh manajemen film-nya. Karena itulah dia sangat excited dengan adegan berikutnya yang akan menampilkan Nicholas dalam sosok Tyler Dominic—calon suaminya, dalam film tersebut. Ingat hanya dalam film Gia! Batin Georgia memperingatkan.
***
‘GEORGIA JENSKIN MENDAPATKAN PERAN EVANGELINE DALAM FILM FIRST LOVE DENGAN MENJUAL TUBUH SEKSINYA PADA SUTRADARA TERKENAL RICK DANT’
Georgia memberikan kembali ponsel Gabrielle pada manajernya itu. Berita dengan judul tidak enak itu memang sudah yang ke berapa kalinya muncul di notifikasi berita panas hari ini di Canada. Dia menggeser layar ponselnya sendiri.
‘DEMI BERADU AKTING DENGAN KEKASIHNYA NICHOLAS BREWER, GEORGIA JENSKIN RELA UNTUK MENYERAHKAN DIRINYA PADA SANG SUTRADARA’
‘FANS NICHOLAS BREWER TIDAK SETUJU IDOLANYA BERPACARAN DENGAN WANITA PENUH SENSASI SEPERTI GEORGIA JENSKIN’
Georgia menggeser lagi layar ponselnya untuk memeriksa sosial medianya. Direct Message-nya dipenuhi oleh teror dan hujatan pada dirinya baik tentang hubungannya dengan Nicholas ataupun soal perannya sebagai Evangeline dalam film terbarunya.
Jemarinya dengan lihai menekan dan menghapus pesan-pesan yang tidak mengenakkan tersebut. Sampai ada satu pesan yang bertuliskan ‘Gia, saat semua orang menghujat kamu dan memojokkan kamu sampai segitunya, tapi kamu tetap diam. Aku malah kasihan sama kamu. Kalau seorang Nicholas Brewer bisa menjadikan kamu kekasihnya itu artinya ia melihat keistimewaan dalam diri kamu, Gia. Aku fans kamu dan juga Nicholas. Aku harap kamu dan Nicholas terus saling mencintai selamanya’
Bibirnya melengkung tersenyum membaca pesan tersebut. Georgia menyimpannya dan tidak menghapusnya. Pesan seperti ini yang membuat dia tetap semangat untuk mengejar ambisi dan cita-citanya untuk menjadi aktris terkenal—terkenal karena bakat dan prestasinya.
Gabrielle menghampiri sahabatnya itu, “Gia, kamu tidak apa-apa?”
Georgia menggeleng, “Aku baik. Sangat baik malah!” jawabnya sambil berdiri dan meregangkan otot tangannya ke atas. “Hhhf….” Dia memutar-mutar kepalanya, “berapa menit lagi giliranku syuting Gaby?” tanyanya.
Kening Gabrielle berkerut, “Huh? Sebentar lagi Gia, kira-kira lima menit lagi,” katanya sambil menatap ponselnya dan membaca judul berita yang sedang dibacanya, ‘GEORGIA JENSKIN MEREBUT NICHOLAS BREWER DARI KEY LEIGH DAN MEMBUAT KEY DEPRESI’
***
“Menurutmu berita-berita itu dibaca Gia, Nich?” tanya Jez Bob prihatin setelah melihat berita yang beredar di dunia maya dan media. “Aku khawatir itu akan mempengaruhi akting Gia nanti, semoga saja dia tidak membaca berita ini.”
“Kenapa kamu secemas itu sih Jez?” tanya Nicholas menunjuk ekspresi wajah Jez Bob yang tegang dan panik.
“Karena berita ini tidak benar Nich! Kalimat-kalimat tersebut pasti akan menyakiti hati Georgia,” bela Jez.
“Wow. Benar-benar fans sejati. Seolah kamu benar-benar mengenal siapa Georgia setelah beberapa minggu ini sering bertemu, bukan begitu Jez?”
“Nich, aku tahu bahwa dalam hati kamu juga tahu kalau berita ini tidaklah benar. Gia berakting bagus sekali menurut Rick tadi, jadi—,”
“Dari mana kamu tahu itu kalau pujian yang dilontarkan Rick itu tulus, Jez?”
“Ya ampun Nich! Kita mengenal Rick sudah lama. Tidak mungkin dia mau mempertaruhkan nama besarnya hanya untuk seorang Georgia Jenskin!”
Nicholas berdecak sambil menaikkan kedua kakinya ke atas kursi yang lain dan memandang ke layar ponselnya yang menyala. “Karena itulah Angel Staineld berubah menjadi Georgia Jenskin….” Mata Nicholas mengarah pada Jez dengan penuh arti.
“Apa maksudmu! Secara tidak langsung kau juga menuduh Gia bermain curang untuk mendapatkan peran ini, Nich?” tuding Jez.
“Mungkin saja,” sahut Nicholas sambil mengedikkan kedua bahunya.
Jez Bob menggelengkan kepalanya sambil menghela napas panjang.
***
“Tyler….”
“Evangeline….”
Luke dan Romm saling berpandangan dan tersenyum melihat kedua anak mereka saling menjabat tangan dan berkenalan.
“Tyler… Evangeline ini adalah anak dari sahabat Papa,” Romm melihat ke arah Luke, “Luke Ciel, kamu masih ingat?”
Mata Tyler menyipit memandang pria di sebelah Evangeline yang sedikit merunduk sambil tersenyum, “Ya… aku mengingatnya samar-samar…,” jawabnya.
“Ya sudah lama sekali tidak bertemu lagi, kamu masih sangat kecil waktu terakhir kali bertemu,” sambar Luke memakluminya.
“Bagaimana Evangeline menurut kamu, Tyler?” tanya Romm tiba-tiba, membuat Evangeline yang sedang menikmati makan siangnya hampir saja tersedak. Kepalanya sedikir mendongak untuk melihat reaksi Tyler dan responnya.
Setelah menelan makanannya Tyler menyahut, “Dia wanita yang cantik…,” pujinya.
“Ya, Papa setuju kalau Eva adalah wanita yang sangat cantik. Dia cocok menjadi istri kamu, kan?”
Sepasang mata perak milik Tyler membesar memandang ke arah Romm dan kembali lagi pada Evangeline. “Pa!”
Sedangkan gadis di sebelah Luke Ciel itu terbatuk sedikit mendengar pertanyaan Romm yang mendadak. Sudah pasti Tyler akan syok ditanya seperti itu di perkenalan pertama ini.
“Karena menurut Papa dia gadis yang cocok untuk menjadi istrimu.”
Tyler mendekatkan sedikit kepalanya pada pria di sampingnya, “Apa-apaan sih Pa?” geramnya pelan.
“Papa ingin kalian berdua menikah…,” ujar Romm lebih seperti sebuah perintah.
Evangeline tidak kalah syok melihat ekspresi Romm yang serius. Bukankah kemarin dia bilang akan memberikan waktu untuknya berpikir mengenai perjodohan ini? Tapi kenapa sekarang seolah dia memaksakan kehendaknya tanpa bertanya pendapatnya lagi?
Tyler menghentikan makan siangnya. Dia memandang Romm dengan tatapan gusar, “Bisakah aku bicara dengan Papa berdua?” tanyanya masih dalam batas kesopanan.
Romm menggeleng, “Jangan menolak Nak, umur Papa tidak lama lagi. Papa hanya ingin melihatmu bahagia, Papa ingin kamu ada yang mengurus dan mendampingi….” Lalu matanya beralih pada Evangeline, “gadis ini yang akan mendampingimu.”
Tyler menghela napasnya berat. Dia tidak menyukai kondisi yang terjadi di hadapannya saat ini. “Tyler akan menikah sesuai keinginan Papa, tapi bukan dengan Eva Pa. Aku punya pilihan sendiri…,” jawabnya sambil melihat ke arah Evangeline sambil menunduk, “maaf….”
Romm menggeleng cepat, “Tidak… tidak! Papa ingin kamu menikah dengan Eva! Titik!”
“Paman….” Evangeline menyambar, “berikan Tyler dan saya waktu untuk berdiskusi dan memikirkan hal ini….”
“Jangan! Waktuku tidak lama lagi Eva.”
“CUT!!”
Rick memotong adegan dan membuat semua talent tersenyum.
***
Gabrielle memberikan sekotak makanan untuk Georgia pada saat break shooting, gadis cantik yang mengikat seluruh rambutnya ke atas itu terlihat sedang menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk meregangkan otot-otot lehernya. Beberapa artis lain yang juga sedang beristirahat menggunakan waktunya untuk jumpa fans, ada juga yang bermain games. Namun, Georgia lebih suka menggunakan waktu istirahatnya untuk tidur sejenak atau makan.
“Apa ini Gaby?” tanya Georgia seraya menerima kotak pemberian Gabrielle.
“Makanan…,” jawab Gabrielle singkat.
Georgia berdecak sambil membuka dan melihat isinya. Lalu dia memberikan lagi kotak tersebut pada manajernya itu, “Aku tidak suka,” katanya.
Dahi Gabrielle berkerut, “Huh?” Dia menerima kotak dari Georgia dan melihat isinya, “kelihatannya ini enak, tadi Jez yang memberikannya dan katanya Nicholas yang menyuruhnya untuk memberikannya kepadamu….”
Mata Georgia membesar, “Huh? Jadi itu pemberian Nicholas?” tanyanya sambil dengan antusias merebut kembali kotak makanan yang dia berikan pada Gabrielle tadi.
“Iiish…,” sungut Gabrielle, “tadi katanya tidak suka,” cibirnya.
“Itu kan sebelum aku tahu kalau Nicholas yang memberikan ini,” balas Georgia.
Gabrielle tersenyum sambil memalingkan wajahnya, semoga dia tidak membunuhku kalau sampai tahu bahwa aku sudah berbohong, batinnya ngeri. Wanita tambun itu membuka ponselnya dan mengirim pesan pada Jez Bob.
***
Evangeline keluar dari kampus menuju ke parkiran mobilnya. Dia baru saja akan membuka pintu mobil ketika tiba-tiba sebuah tangan kekar menahan pintunya dengan kuat. Dengan susah payah Evangeline menelan salivanya melewati kerongkongan yang kering, ketika dia mendapati wajah Tyler tepat berada di depan matanya. “Tyler?” Suaranya serak.
“Aku mau bicara denganmu, bisa?” tanyanya dengan tatapan mata yang sulit digambarkan.
Evangeline mengangguk, “Di sini?”
“Ya, hanya sebentar saja,” sahut Tyler. “Kenapa kamu tidak menolak saja perjodohan ini? Mungkin kalau kamu yang menolaknya Papa bisa menerimanya.”
Evangeline mendengkus pelan, “Aku tidak bisa menolaknya… aku tidak tega melihatnya kecewa,” jawabnya.
“Tapi kita kan tidak saling kenal… aku tidak tahu siapa kamu….”
“Kita sudah berkenalan kemarin,” sahut Evangeline.
Tyler berdecak, “Please Eva. Bantulah aku. Aku belum mau terikat dengan siapa pun,” katanya. “Apakah ini masalah uang?”
“Apa maksud kamu?”
“Apa Papa menawarkan sejumlah uang agar kamu mau menerima perjodohan ini?”
Hati Evangeline memanas mendengar tuduhan Tyler yang sama sekali tidak benar. Akan tetapi gadis itu tidak menjawab ataupun mengeluarkan suara.
“Berapa uang yang kamu butuhkan untuk kamu bisa menolak keinginan Papa?” Tyler mengeluarkan selembar cek dari dompetnya dan meletakkan kertas berharga tersebut di tangan Evangeline dengan lembut. “Kurasa angka ini lebih dari cukup dari yang kamu butuhkan, tapi tolong tolak perjodohan ini!”
“ .... “
“CUT!!” Rick berdiri menggunakan pengeras suara, “GIA! Ada apa denganmu? Kamu kan harusnya mengucapkan dialog!” seru Rick.
Georgia tersentak kaget mendengar namanya di panggil. Dia terlampau terbang tinggi ketika Nicholas tadi menyentuh tangannya, skin to skin. “Sorry...,” cetusnya pelan ditujukan pada lawan mainnya.
“Fokus Gia, please,” desis Nicholas.
“SECOND TAKE!”
“AND ACTION!”
“Berapa uang yang kamu butuhkan?!” tanya Tyler sambil mengeluarkan selembar cek dari dalam dompetnya dan meletakkan kertas tersebut di tangan Evangeline.
“Apa ini, Tyler?” tanya Evangeline getir.
“Itu uang untuk kamu melanjutkan hidup tanpa kamu harus mengacaukan hidup kamu sendiri dan juga… orang lain mungkin…” cetus Tyler pelan tapi cukup pedas.
Mata indah Evangeline menyipit, dia meraih tangan Tyler dan meletakkan lagi kertas berharga tersebut di tangan pria itu. “Dengar Tyler, saya menerima perjodohan ini bukan karena uang kamu atau uang Paman Romm,” ujar Evangeline, “saya hanya tidak ingin membuatnya kecewa, karena beliau sudah begitu baik selama ini….” Evangeline mengabaikan reaksi Tyler yang terkejut.
Tyler menyingkir dari pintu mobil Evangeline, “Tapi Eva….”
Evangeline sudah menyalakan mesin mobilnya dan gadis itu menurukan kaca pintunya, “Jangan pernah lakukan itu lagi pada siapapun Tyler…. “
“CUT!”