SHOOTING DAY PART 2

1489 Kata
  PART 7 SHOOTING DAY Part 2   Nicholas bergerak meninggalkan lokasi syuting untuk break. Para fans yang datang ke lokasi syuting memintanya untuk foto bersama. Mereka juga menyambut Georgia yang sengaja mendatangi Nicholas yang dikerumuni oleh penggemarnya. “Georgia, foto bareng ya…,” pinta mereka seraya menarik dirinya mendekat pada Nicholas. “Kalian ternyata cocok juga…,” oceh mereka senang. Bukan hanya mereka yang gembira, hati Georgia juga salto kegirangan melihat penggemar Nicholas mendukung hubungannya dengan pria tampan itu. Georgia mengarahkan pandangannya pada Nicholas, dia benar-benar salah fokus karena mata keperakan milik pria itu tengah menatapnya sekarang. Tanpa diduga—tangan Nicholas meraih pundaknya dan mulai berpose untuk foto. Akting Gia… ini hanya akting di depan penggemar, batin Georgia kembali mengingatkan. “Terima kasih yaa….” Nicholas mengucapkan rasa apresiasi kepada para penggemarnya dan  tangannya masih berada di bahu Georgia. Lalu perlahan tangannya berpindah—dan seolah terjadi dengan sangat natural—ke tangan gadis itu dan menggandengnya meninggalkan kerumunan. Dia—Georgia, sangat gembira dengan perlakuan alami yang dilakukan Nicholas padanya. Kakinya ikut melangkah ke mana pria itu membawanya. Ke mana pun Nich, aku akan ikut…, gumamnya dalam hati. “Hallo… Gia…” Mata Georgia mengerjap kaget dan spontan menelan ludahnya, dia melihat tangan Nicholas yang di sapukan di depan wajahnya. “Ehm… sorry….” “Kamu melamun ya?” Georgia menjadi gugup, hanya saja dia berusaha menyembunyikannya. “Sedikit, karena terhipnotis mata kamu yang indah Nich,” pujinya tanpa malu-malu. Alih-alih mengucapkan terima kasih atau membalas pujian Georgia, Nicholas memilih memalingkan wajahnya dan pergi meninggalkan Georgia yang menghela napasnya panjang. *** Georgia membuka bagasi mobilnya yang berisi semua pakaian untuk keperluan syutingnya. Dia lebih suka menggunakan wardrobe (koleksi pakaian) sendiri dari pada yang disediakan sang penata busana untuk karakter dalam film yang diperankannya. Namun, tentu saja semuanya atas persetujuan si penata busana itu sendiri, karena dialah yang bertanggung jawab untuk menghidupkan karakter dalam film yang sedang berjalan. Penata busana juga yang menentukan acesoris apa yang harus digunakan Georgia sebagai karakter Evangeline pada setiap adegan yang diambil. Seperti saat ini, ketika syuting berpindah di sebuah kampus yang cukup terkenal di Toronto, Canada—Simon Gracia University of Toronto. Dikisahkan bahwa seorang Evangeline mengambil kelas tari atau dance di kampus ini untuk menjadi seorang penari balet seperti ibunya. Georgia datang di lokasi sebelum syuting dimulai seperti biasanya. Gadis itu melenggang melewati sekelompok kru film dengan penuh percaya diri, pakaian berwarna plum yang membalut ketat tubuhnya terasa sia-sia karena bentuk dan lekuk tubuhnya terlihat dengan sangat jelas. Matanya menyapu lokasi mencari seseorang yang sudah dia lihat mobilnya berada di parkiran. Sementara semua mata kru film tertuju padanya, sampai sebuah suara memanggil namanya dari arah depan. “Gia!” Kepala Georgia menoleh ke arah suara dan melambaikan tangan pada pria yang sedang berjalan ke arahnya itu. “Kamu sudah sarapan?” tanya pria itu. “Apakah menenggak s**u saja bisa dikatakan sudah sarapan? Kalau iya, berarti aku sudah sarapan…,” sahut Georgia. Marcel mengangguk sambil terkekeh pelan, “Tidak untukku.” Lalu mata Marcel mengamati Georgia dari atas sampai ujung kaki, “pantas saja tubuhmu seperti ini, ternyata rahasianya hanya sarapan s**u di pagi hari?” ledeknya. Gelengan kepala yang diiringi tawa ringan yang Georgia lakukan tiba-tiba berhenti ketika matanya menangkap sosok yang dia cari-cari sejak tadi. Nicholas sedang berjalan ke arahnya dan Marcel—di mana pria itu juga ikut menoleh ke arah mata Georgia memandang. “Ehm, Gia… kita latiihan sebentar sebelum syuting? Bagaimana menurutmu?” tanya Marcel sengaja membuyarkan konsentrasi Georgia memandangi Nicholas. “Ah ya, tentu saja Marcel.” Kemudian Marcel mengajak Georgia bergegas ke ruangan latihan yang sudah disewa pihak produksi untuk para talent berlatih menari, demi lebih menghayati peran mereka dalam karakter Evangeline dan Edward. Marcel mengabaikan ekspresi Nicholas yang heran melihat Georgia malah menjauh darinya. “Hari ini kamu cantik sekali sih Gia,” pujinya seraya menunjuk Georgia dari atas sampai bawah. “Mengagumkan!” Georgia berdecak sambil memukul bahu Marcel, “Kurasa semua pria akan berpikir sama denganmu” kilahnya sambil tersenyum anggun. Marcel mengangguk sambil tertawa renyah. Mungkin hanya ada satu pria yang tidak pernah memujinya satu kali pun. Siapa lagi kalau bukan Nicholas Brewer, batin Georgia menggerutu. Padahal sudah dua minggu syuting berjalan, tapi kedekatannya dengan pria itu masih seolah dibatasi oleh dinding yang tinggi. Dua minggu menjadi kekasih palsu Nicholas juga tidak berarti apa-apa dan belum terjadi perkembangan chemistry yang berarti. Sambil menghela napasnya Georgia membuka sepatunya dan menggantinya dengan sepatu baletnya. Marcel menghampiri dan duduk di sebelahnya,  “Gia… boleh aku bertanya sesuatu?” Georgia mengangguk, “ ini tentang hubungan kamu dengan Nicholas… ehm….” Kepala Georgia menoleh ke arahnya, “Apa yang ingin kamu tanyakan Cel?” “Soal berita kemarin, apa kamu membacanya?” Georgia hanya mengangguk, “kamu baik-baik saja?” tanyanya hati-hati. “Tidak seharusnya mereka menyalahkanmu karena retaknya hubungan Nich dan Key,” ujarnya. “Oh, itu… ah aku tidak peduli Cel. Mereka akan tetap menyalahkanku walaupun aku membantah berita itu, bukan begitu?” “Ya, kamu benar. Walau aku merasa seharusnya Nich berada di depanmu sebagai tameng dan memberikan pembelaannya….” “Dia sudah melakukan itu, Cel. Tapi tetap saja tuduhan itu terus ditujukan padaku,” ungkap Georgia. Marcel mengedikkan bahunya, “Entahlah… kadang aku merasa Nich tidak memperlakukanmu dengan baik, Gia,” lontarnya sungguh-sungguh. Georgia menoleh ke arah lawan mainnya itu, “Terima kasih perhatiannya Cel, sungguh… tapi Nicholas bukannya tidak memperlakukanku dengan baik, dia hanya masih belum mengenalku lebih jauh lagi….” “Menurutmu apakah hubungan setinganmu ini benar-benar bisa mendongkrak rating film-nya?” “Entahlah, mungkin saja.” Alis Marcel berkerut, “Satu lagi, apa kamu juga berharap untuk mempunyai hubungan sungguhan dengan Nicholas?” tanyanya polos. “Marcel… coba kamu lihat, menurut kamu wanita mana yang tidak mau punya hubungan dengan Nicholas?” “Kalau aku wanita, aku tidak mau….” “Kenapa?” “Karena aku sangat pencemburu, dan aku tidak akan tahan jika pasanganku selalu dikelilingi lawan jenis yang mencemaskan,” ujar Marcel seraya menggetarkan bahunya sambil tertawa. Georgia ikut terhanyut dalam tawa renyah Marcel, sehingga dia memukul bahu pria itu dan membuatnya meringis. “Aku salut padamu yang bisa tidak peduli dengan berita buruk mengenai dirimu Gia. Aku yakin kamu tidak seperti yang diberitakan,” ujar Marcel. “Dari mana kamu tahu?” “Feeling….” “Perasaan tidak selalu benar, Cel,” sahut Georgia sambil berdiri dan mengajak Marcel untuk latihan. “Kalau aku jadi Nicholas, aku ingin hubungan yang sesungguhnya denganmu, Gia,” lontarnya dengan mimik serius. Dahi Georgia berkerut sambil menatap Marcel, lalu dia terkekeh, “Jangan bercanda Cel.” Tangannya mengibas di depan pria itu. “Aku memang tidak sedang bercanda,” ulang Marcel. Georgia berdecak sambil tersenyum, “Ayo cepat kita latihan sebelum syutingnya dimulai….” Marcel menggelengkan kepalanya sembari tersenyum tipis, lagi-lagi perasaan seriusnya tidak ditanggapi Georgia. “Aku tidak habis pikir kalau Nicholas bisa melewatkan kesempatan untuk bisa bersamamu dalam kehidupan nyata, Gia,” gumamnya pelan, entah gadis itu mendengarnya atau tidak. ***  Nicholas menghela napasnya panjang mendengar percakapan antara Georgia dan Marcel barusan. Lalu dia mendengar suara musik yang keras dari dalam ruangan. Dia melongokkan kepalanya ke arah dalam sedikit saja demi bisa melihat apa yang terjadi di dalam sana. Matanya membesar ketika mendapati Georgia dan Marcel yang tengah berdansa—cukup e****s—dengan latar lagu ‘Senorita by Camila Cabello & Shawn Mendez’ sambil tertawa riang. Ada dua orang wanita yang juga ikut menari bersama mereka, sepertinya mereka sedang berlatih untuk syuting selanjutnya. Jez memergoki Nicholas dengan menyenggol bahu pria itu, “Hey! Kenapa harus mengintip?” Nicholas sedikit terkejut dan menatap Jez dengan mata membesar. “Sssh! Aku tidak sedang mengintip!” bantahnya sambil menjauh dari ruangan tersebut. Jez berdecak, “Ish, jangan-jangan mulai ada kekhawatiran kalau Gia dekat cowok lain nih?” godanya. Nicholas berdecak, “Kurasa kau mulai bosan bekerja ya?!” “Duh, sialan... aku kan cuma menyampaikan pendapat saja, kenapa dibilang bosan kerja?” “Cewek model Georgia itu berlimpah Jez, aku tinggal memilih saja,” cetus Nicholas sambil mengambil langkah lebih cepat untuk pergi dari sana dan Jez mengikutinya. Jez Bob menggelengkan kepalanya, “Tapi yang kayak Gia cuma satu...,” sambung Jez gatal ingin berkomentar. Namun, langkahnya terhenti ketika lagunya berubah menjadi lagu romantis dari Ed Sheeran yang berjudul Perfect. Tanpa disadarinya kakinya kembali berputar ke arah ruangan tersebut. Dia menyembulkan kepalanya melalui kaca jendela untuk bisa melihat ke dalam. Matanya terpaku pada gerak tari Georgia dan Marcel yang cukup panas—menurutnya. Tubuh mereka bersentuhan dan saling meliuk-liuk mengikuti irama. Kemudian dia memalingkan kepalanya ke arah lain dan dengan langkah yang lebar dan gusar dia pergi dari tempat itu secepat mungkin. Jez mengikutinya dengan ekspresi bingung. “Nich!” Nicholas mengabaikannya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN