PART 8 SHOOTING DAY PART 3
Pengambilan gambar dilakukan di dalam sebuah hall sebuah hall universitas yang besar. Beberapa peran figuran sudah siap sebagai penonton, peran kecil lainnya juga sudah siap pada posisinya masing-masing.
Georgia tampil menawan dengan pakaian menari berwarna merah yang melekat ketat di tubuhnya. Pahanya yang putih terekspos dan bisa dilihat semua orang. Semakin mata lain memperhatikan bagian tubuhnya yang terpampang nyata itu, semakin tinggi percaya diri Georgia. Bagian depannya yang rendah juga mengundang mata pria untuk mengarah ke sana walau sekilas saja. Setelah berlatih beberapa saat sebelum pengambilan gambar sesungguhnya, Georgia dan Marcel merasa yakin tariannya bisa membuat Rick dan Jane berdecak kagum pada mereka.
“Tarian kamu semakin bagus, Gia,” puji Marcel.
“Siapa dulu gurunya,” balas Georgia membuat Marcel tersenyum salah tingkah.
“Bukan aku saja,” kepalanya menoleh ke arah penata tari yang berdiri di sebelah Georgia, “dia juga berjasa,” tambahnya.
“Kalian berdua yang sangat mengagumkan!” sahut wanita si penata tari tersebut.
“OK, kita mulai yaa…,” teriak Rick. Georgia dan Marcel mengambil posisi masing-masing. “AND ACTION!!”
Lagu Shawn Mendez & Camilla Cabello berkumandang, para audience berdiri dan bersorak menyambut pertunjukan Edward dan Evangeline di atas panggung. Adegan berawal dari Edward yang duduk di sebuah kursi dan Evangeline yang datang menghampirinya sambil menari. Tubuhnya meliuk mengikuti irama, lalu wanita itu memberikan tangannya pada Edward dan disambutnya sambil berdiri lalu mereka menari bersama dengan Edward yang memeluk Evangeline.
Gerakan cepat dan seirama antara Edward dan Evangeline membuat penonton berdecak kagum sambil meneriakkan nama mereka berdua. Tangan Marcel berada di pinggang Georgia, lalu mereka mengayunkan kaki dalam gerakan dan tempo yang sama atau beriringan. Setiap perubahan gerakan hanya butuh satu detik saja, sehingga butuh konsentrasi tinggi dan bakat luar biasa untuk tarian tersebut. Ada satu orang yang melihat mereka dengan d**a meradang dan panas luar biasa. Sampai dia harus melemparkan pandangannya ke tempat lain agar tidak melihat adegan yang sedang berlangsung tersebut.
Ada momen ketika semua yang melihat harus menahan napasnya, yaitu saat Evangeline merentangkan kakinya ke depan dan ke belakang, lalu kaki depannya berada di bawah Edward dengan wajah yang saling berdekatan—dahi mereka hampir bersentuhan. Evangeline tersenyum ketika Edward langsung mengangkat kaki sekaligus tubuhnya tepat ketika dia berdiri sambil merapatkan kedua kakinya. Edward menggendongnya sambil berputar cepat—suara penonton dan tepuk tangan makin membuat Edward bersemangat membawa Evangeline berputar di atas panggung. Hingga akhirnya dia berhenti dan memutar tubuh Evangeline satu kali dengan gerakan menakjubkan, lalu membuat wanita itu berdiri tegak di depannya. Senyum mengembang di wajah keduanya dengan d**a naik turun karena napas mereka yang cepat. Lalu keduanya berdiri berdampingan dan melambai ke arah penonton sambil membungkukkan tubuhnya—untuk memberi hormat.
“CUT!” Suara Rick terdengar keras, “BRAVO!!” teriaknya sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.
Jane Spalding memberikan apresiasinya dengan hal yang berbeda, dia meloncat dari kursinya menuju ke Georgia dan Marcel untuk memberi pelukan, “Itu seperti menonton pertunjukkan sungguhan! Kalian luar biasa! Terima kasih Gia, Marcel…,” ucapnya tulus.
“Terima kasih Jane,” sahut Georgia dan Marcel hampir bersamaan.
“Kalian sangat cocok sebagai pasangan menari, rasanya benar-benar menjadi satu frekwensi, sangat seirama… terima kasih kalian sudah bekerja keras untuk adegan ini!” Jane memuji mereka sekali lagi. “Tepat seperti yang aku gambarkan dalam tulisanku,” tambahnya dengan penuh haru.
***
Pengambilan gambar pada hari berikutnya berlokasi di studio Walker Movie Industry yang disulap menjadi kantor Romm Dominic. Di mana Tyler berencana untuk memberitahukan pada ayahnya itu bahwa dia akan menyetujui perjodohan yang diusulkan oleh pria yang disebut sebagai ayahnya itu.
“Papa senang kamu akhirnya bisa melihat bahwa Angeline memang wanita yang tepat untukmu, Tyler. Cukup main-mainnya dan sudah waktunya bagi kamu untuk meneruskan usaha Papa,” ucap Romm.
Tyler mengangguk sambil melirik penuh arti pada wanita di sebelahnya, “Yaa, sepertinya aku memang tidak punya pilihan,” sahutnya terdengar pasrah.
“Evangeline adalah pilihan yang tepat,” ujar Romm Dominic.
Evangeline menghela napasnya pendek.
“Oke, kalau begitu kita sudah harus mulai merencanakan sebuah pernikahan. Ibu Evangeline dan Mamamu pasti bahagia jika mereka masih ada,” cetus Romm dengan raut wajah yang sedih.
“Kuserahkan pada Eva saja….”
Romm Dominic tersenyum tipis, walau dia sempat terkejut mendengar keputusan anaknya ini, “Lebih cepat lebih baik, tentu saja…,” sahutnya.
“CUT!”
***
Georgia sedang berbaring di kursi andalannya dan di sebelahnya ada Gabrielle yang setia menemani kegiatan syuting-nya hampir setiap hari. Wanita itu mendekati Georgia dan menunjukkan ponselnya, “Nih, berita kamu dan Nicholas ramai di internet,” katanya memberi informasi.
“Hemmh….” Hanya itu saja tanggapan Georgia, seperti biasa ketika dia menanggapi berita-berita yang aneh tentangnya.
Gabrielle mendecak, “Ck, lihat dulu, ini diberitakan kalau kamu dan Nicholas itu begitu mesra di lokasi syuting, netizen mulai percaya kalau kalian itu memang benar-benar pacaran,” lanjutnya.
Kepala Georgia menoleh cepat, “Huh?!” Dia menyambar ponsel milik Gabrielle dan membaca judul beritanya, ‘MESRA DI LOKASI SYUTING, NICHOLAS BREWER DAN GEORGIA JENSKIN TERLIHAT BAHAGIA’. Lalu dengan seksama dia membaca isi berita tersebut. Di mana Sebagian fans Nicholas yang awalnya membenci Georgia berubah menjadi simpatik. Dalam gambar tersebut terlihat tatapan Nicholas saat sedang memeluk pundak Georgia untuk berfoto dengan para penggemar. Georgia Jenskin ternyata adalah artis yang sangat ramah pada penggemarnya. Terlihat sekali Nicholas begitu meyayangi Georgia dengan menggandeng tangan wanita itu terus menerus. “Seandainya ini benar…,” gumam Georgia pelan.
Gabrielle menghela napasnya, dia menelan ludah sembari menatap sahabatnya itu dan menerima uluran tangan Georgia yang memberikan ponselnya kembali padanya, “Apa kamu bilang Gia?” tanyanya.
Sahabatnya itu menggeleng cepat, “Tidak ada.” Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, “ngomong-ngomong di mana Nicholas?”
Gabrielle menaikkan bahunya bersamaan, “Entah,” jawabnya malas.
Lalu dia—Georgia, mengeluarkan ponselnya dan mencari nama Nicholas, dia menuliskan pesan untuk dikirimkan pada pria itu.
[Aku mau bicara, kamu di mana?]
[Bicara apa?]
[Kamu pasti tahu…]
[Lupakan saja]
[Baiklah, aku minta maaf soal kemarin]
Tidak ada balasan lagi setelah itu. Lima sampai sepuluh menit berikutnya tidak ada pesan balasan dari Nicholas. Georgia menghela napasnya panjang.
***
Saat ini pengambilan gambar berlanjut di dalam mobil lagi, diceritakan bahwa Tyler harus mengantarkan Evangeline kembali ke kampusnya.
“Apa kamu serius mau menikah dalam minggu ini, Ty?” tanya Evangeline.
“Ya.”
“Apa yang membuatmu berubah pikiran?”
“Kamu.”
“Aku?”
“Iya, kamu.”
“Tyler aku serius.”
“Aku mulai merasa Papa benar….”
“Benar apa?”
“Kalau kamu adalah wanita yang tepat untukku?”
Evangeline tersenyum dan pipinya merona merah. Dia menelan ludahnya dan berusaha menetralkan detak jantungnya yang mulai tidak beraturan. Georgia benar-benar terbawa perasaan dan hanyut dalam karakter Evangeline. Begitu mudahnya dia menakhlukkan pria seperti Tyler, sementara dirinya sangat kesulitan untuk menjalin kedekatan dengan lawan mainnya sekarang—Nicholas. Dia berdecak sambil memandang keluar jendela. Jantungnya kembali berantakan ketika tangan Tyler meraih tangannya dan menggenggamnya erat.
Georgia menelan ludahnya seraya menatap mata Nicholas yang berwarna perak terang karena pantulan cahaya. Jangan lepaskan, Nich. Please, batinnya memohon.
“CUT!”
***
Nicholas melepaskan tangan Georgia dan bergegas turun dari mobil lalu berjalan menuju ke ruangannya. Namun, sebuah suara membuatnya menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke belakang.
“Nicholas!”
Bahkan semua pasang mata yang ada di lokasi menoleh ke arah suara, dan sudah bisa ditebak bahwa ternyata suara cempreng itu adalah milik dari Key Leigh, dia berjalan menghampiri Nicholas yang sedikit terkejut dengan kedatangan teman wanitanya itu.
Key memeluk pria itu dan mengalungkan tangannya di leher Nicholas. Georgia melihat ke arah mereka dengan mencebikkan bibirnya. Dia bergumam, “Cih, sama wanita yang bilangnya hanya berteman dia bisa berlaku mesra seperti itu, tapi dengan wanita yang jelas-jelas dia bilang sebagai kekasihnya malah dijutekin terus…,” umpat Georgia sangat pelan, mungkin hanya Gabrielle yang bisa mendengarnya.
Gabrielle ikut melihat ke arah Nicholas dan Key yang masih berpelukan, “Kita makan saja yuk, aku sepertinya agak mual melihat adegan itu,” sahutnya.
Georgia terkekeh mendengar reaksi Gabriel pada penyanyi fenomenal itu. “Sebentar… sepertinya situasi ini cocok untuk dibuat lebih berdrama lagi, ya kan Gaby?”
Mata Gabrielle membesar memandang ke arah sahabatnya. Sepertinya dia tahu apa yang ada dalam otak kecil artisnya itu. Kakinya mengikuti langkah Georgia yang bergerak mendekati Key Leigh dan Nicholas Brewer.
Georgia berdeham ketika sudah dekat, sehingga membuat Key Leigh—yang sudah melepaskan pelukannya itu—menjauh sedikit dari Nicholas dan menoleh ke arahnya. Alis matanya berkerut melihat lawan main Nicholas berada di dekatnya seolah menganggu waktu pribadinya dengan Nicholas. “Ada apa ya?” tanya Key sambil menyipitkan matanya.
Tangan Georgia menyentuh bahu Key dan sedikit mendorongnya, “Jarak kamu kurang jauh dari pacar saya,” cetus Georgia santai dan tanpa senyum.
Bukan hanya Key yang terkejut, Nicholas pun sama terkejutnya dengan tindakan Georgia saat itu. “Gia!”
Key menepis tangan Georgia dengan keras, “Heeey… pacar setingan! Sekarang tidak ada kamera dan para pencari berita, jadi tidak perlu terlalu menghayati peran kamu ya!” cibirnya.
Suara helaan napas yang berat terdengar dari mulut Georgia. “Walau setingan, tetap saja aku adalah pacarnya sampai dengan kontrak ini habis alias berakhir, alias—lagi—selesai, bukan begitu Nich?”
Gabrielle terlihat ikut menganggukkan kepalanya sepakat dengan komentar balasan temannya itu.
Dasar artis sensasi, sudah pasti dia sengaja membuat kericuhan ini agar jadi berita dan menaikkan namanya, sekaligus filmnya. Dan memang ini yang dibutuhkan Rick, agar filmnya laku keras nantinya. Promosi gratis… Nicholas membatin sambil memandang ke arah Georgia dengan tatapan ‘aku tahu apa maksud kamu’.
Senyum tipis Georgia menjadi balasan suara hati Nicholas. Dia seolah-olah menjawabnya dengan tatapan ‘bagus kalau kamu tahu’.
“Sebaiknya kamu pergi Key, Gia benar… aku dan dia terikat kontrak untuk setingan romansa ini, jadi sekarang memang aku dan dia…,” Nicholas tidak melanjutkan kalimatnya, seakan hal yang akan diucapkannya itu adalah hal terberat dalam hidupnya.
“Kamu dan dia apa Nich?” desak Key Leigh.
Georgia berdecak sebal, “Kamu cantik, tapi sepertinya kamu tidak menggunakan otak kamu dengan benar Key.” Mata Key Leigh melebar memandang lawan main Nicholas itu. “Di awal pembicaraanku tadi kan sudah aku sampaikan bahwa aku adalah pacarnya Nicholas, jadi aku tidak suka melihat ada wanita lain bersikap sok mesra padanya!” Intonasi suaranya meningkat satu nada.
Nicholas menghela napas panjang melihat akting Georgia yang menjadi kekasih posesif dan cemburuan. Tanpa sadar bibirnya melengkungkan senyum yang tipis. Namun dia buru-buru menyembunyikan senyumnya ketika melihat Georgia melemparkan pandangan ke arahnya.
“Maksudnya kamu cemburu?!” Key terlihat geram dan tidak terima. “Apa hak kamu sih??”
Tangan Nicholas meraih pinggang Key dan berusaha menariknya dari hadapan Georgia demi menghindari pertengkaran. Mata Georgia menangkap tangan Nicholas yang berada di pinggang Key dan hal itu malah semakin menyulut emosinya. Dia menepiskan tangan Nicholas dari pinggang wanita itu, lalu menatap pria itu dengan tajam. “Harusnya tangan kamu ada di pinggang aku Nich!” decaknya.
Gabrielle mulai menahan tangan Georgia, supaya wanita itu tidak lepas kendali dan menyudahi dramanya.
Nicholas berdecak, “Jangan mengatur aku, Gi…,” katanya.
Key Leigh juga melemparkan pandangan tidak sukanya terhadap Georgia. “Kamu bisa tidak ya kalau tidak mencari sensasi?”
“Jangan bicara seolah-olah kamu adalah orang paling suci Key! Kita sama-sama tahu kamu seperti apa! Dan karena itulah aku tidak suka kalau Nich-ku dekat-dekat sama kamu!” Suara Georgia bertambah tinggi satu tingkat lagi dari sebelumnya. Sehingga beberapa orang yang ada di sekitarnya mulai memperhatikan percekcokkan sengit yang seru tersebut. Situasi yang terpampang adalah Georgia benar-benar merasa cemburu dengan kedekatan Nicholas dengan Key Leigh.
Orang-orang mulai berbisik, sepertinya drama setingan romansa-nya lebih seru dari pada syuting filmnya, pikiran mereka.
Nicholas yang peka terhadap lingkungan sekitarnya bisa membaca situasi, daripada semakin rusuh… akhirnya dia memilih menggandeng tangan Georgia dan membawanya menjauh dari Key Leigh yang melongo memandangi punggung mereka berdua yang kelamaan menghilang dari pandangannya. Suara panggilannya untuk Nicholas tidak digubris alias diacuhkan begitu saja oleh pria itu.
Ketika tiba di tempat yang aman—jauh dari pandangan orang lain—yaitu hanya ada mereka berdua, Nicholas berhenti dan melepaskan tangan Georgia.
“Apa-apaan kamu Gia?” Dia memutar tubuhnya dan menghadap Georgia.
“Bagaimana aktingku?”
Nicholas mendengkus kesal, “Kalau kamu seperti itu terus, kamu tidak akan bisa membedakan mana hidup kamu yang real, mana yang hanya akting Gia,” ungkapnya.
“Katakan saja kalau hidupku memang untuk akting,” sahut Georgia sambil menaikkan bahunya.
“Kalau sampai kamu seperti itu lagi, aku akan….” Nicholas sengaja menggantungkan kalimatnya hanya karena dia sendiri belum tahu akan melakukan apa pada Georgia jika wanita itu melakukan hal ini lagi.
“Akan apa, huh?” Georgia malah menantang Nicholas dengan mendekatkan wajahnya pada pria itu, walaupun harus sedikit berjinjit. “Atau kamu akan menutup mulut aku dengan bibir kamu itu?” desah Georgia, “kalau memang seperti itu, aku rela untuk berakting seperti tadi terus di depan kamu….”
Nicholas mendengkus kesal dan meninggalkan Georgia sendirian.
***
Hari pernikahan Evangeline dan Tyler pun tiba. Hanya dihadiri keluarga dan kerabat dekat saja. Acara diadakan di rumah keluarga Dominic.
Jantung Georgia berdegup keras ketika adegan semakin mendekati bagian yang paling ditunggunya—di mana Tyler akan mencium pengantin wanitanya, Evangeline. Setelah disahkan sebagai pasangan suami istri semua keluarga mendesak mereka untuk saling mengungkapkan kasih. Mata perak Tyler menatap bola mata Evangeline yang sedang tersenyum malu-malu namun sekaligus menggoda Tyler untuk mencicipi manis bibirnya. Lama-lama senyumnya melebar seolah wanita itu tahu sedang ada yang mengabadikan momen tersebut.
Georgia menggerakkan alisnya seperti memberi kode pada Nicholas untuk segera melakukan adegannya. Tyler menyentuh siku Evangeline dan menarik wanita itu agar lebih mendekat padanya. Evangeline menggigit bibirnya karena merasa ketegangan mulai melanda dirinya ketika disadarinya kepala Tyler yang semakin dekat ke arahnya. Mata mereka saling memperhatikan bibir masing-masing sampai akhirnya keduanya saling memagut satu sama lain dengan lembut.
“CUT!!”
Suara Rick membuat keduanya tersadar bahwa mereka sedang melakukan sebuah adegan film. Nicholas melepaskan Georgia dengan cepat, begitu juga dengan wanita itu. Jantungnya masih bertalu-talu dengan cepat ketika lawan mainnya masih memandanginya walau Rick sudah memotong adegan tersebut. “Sorry,” kata Nicholas.
Kenapa dia minta maaf? Batin Georgia heran. “No, aku menyukainya. Bahkan aku berharap Rick meminta kita untuk mengulangnya,” katanya dari hati terdalam.
Sekilas Nampak terlihat Nicholas menyesal sudah meminta maaf pada wanita itu.
Setelah menghela napasnya panjang Georgia bergegas meninggalkan lokasi sambil tetap berusaha menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya.
“Thanks Gia, Nicho!” seru Rick, “tadi adegan yang bagus sekali, tapi aku ingin kalian mengulangnya sekali lagi, oke?!”
Reaksi berbeda nampak pada kedua artis tersebut. “What? Jangan bercanda Rick! Kalau tadi bagus kenapa harus take ulang?” protes Nicholas.
“Tentu saja!” jawab Georgia.
Rick tersenyum melihat sikap Georgia yang antusias dan selalu bersemangat, entah kenapa dia jadi merasa bersalah sudah meremehkan gadis ini sebelumnya. “Aku suka semangatmu, Gia,” ujarnya tulus.
“Thanks Rick,” sahut Georgia.
“AND ACTION!”
Nicholas dan Georgia mengulang adegan tadi dan kali ini Rick memotong adegannya lebih lama. Membuat lutut Georgia berubah menjadi jelly. Beruntung sebelum itu terjadi suara teriakan Rick menyelamatkannya.
“AND… CUT!!”
***