4
Terimakasih pertemuannya, aku menikmatinya.
___
Suara lagu akustik langsung menyambut pendengaran Alesha saat gadis itu memasuki sebuah cafe dimana ia berjanji dengan kedua sahabatnya akan berkumpul di sana malam ini.
Alesha Duduk di samping jendela bagian pojok meja nomor 5. Gadis itu meletakkan tas selempang yang ia pakai lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi sahabatnya.
Suasana cafe memang belum cukup ramai, terlebih ini bukan malem libur. Sebelumnya Alesha sudah memesan tiga cangkir kopi dan kudapan yang di jual di cafe itu.
Tak lama, pesanan gadis itu datang. Alesha mengangguk sembari berterimakasih pada pelayan yang mengantarkan pesanannya.
Gadis itu menyender di sofa, sembari scroll media i********: miliknya. Hanya lima menit, Adel datang dan langsung duduk tepat di depan Alesha.
Gadis itu merapihkan tatanan rambutnya lalu menyemprotkan parfum beberapa kali ke leher dan bajunya.
"Sendirian? Wati mana?"
Adel menatap Alesha "Gak jadi ikut, demam dia. Kecapean kayaknya." Sahut Adel lalu menyenderkan punggungnya di senderan kursi.
"Yah, sayang banget. Gue udah pesen tiga. Gue gak bisa minum kopi panas, minum Lo mau gak?"
Adel menaruh pedak yang tadi tengah ia pakai "Iya, ntar juga abis. Lo ngajak kesini ada apa? Tumben."
"Tadinya gue mau minta tolong ke Wati buat jemput gue besok."
"Motor Lo masuk bengkel lagi?"
Alesha menengguk beberapa kali kopinya lalu kembali menaruh gelas berisi kopi dingin tepat di meja di depannya "Iya, udah dua kali ini gue tekor karena motor gue masuk bengkel."
"Kali ini kenapa?"
"Gue kecelakaan."
Adel melotot "Kapan? Ko gue gak tau?! Lo gak luka parah kan? Coba gue liat mana yang luka." Ucapnya dengan nada khawatir.
Alesha menggeleng"Gue gak papa. Motor gue stang-nya miring."
"Syukur deh kalo Lo gak kenapa-kenapa. Bang Arka gak bisa anter Lo?"
"Bisa, tapi gue gak mau di anter dia. Kasian kerjaannya banyak."
Adel berdecak "Oke. Gue besok pagi ke rumah Lo bareng Riko. Lo gak papa kan?"
Gadis berambut sebahu itu menggaruk belakang kepalanya yang ta gatal "Sebenernya gue gak enak sama cowok Lo, makannya gue gak minta bantuan ke elo."
Adel bangkit dari duduknya"Gue malah seneng kalo kalo di repoti sahabat gue. Lagian gue juga sering minta bantuan ke elo. Udah gak usah di pikirin, besok gue yang jemput Lo." Ucapnya lalu beranjak membuat Alesha menyatukan alisnya.
"Mau kemana?" Tanyanya.
Gadis berambut sedikit Curly itu membalikkan badannya "Mau pesen cake. Laper gue." Sahutnya.
"Gue sekalian, yang Vanilla."
Adel mengacungkan jempolnya lalu kembali berjalan menuju pantry. Sedangkan Alesha, ia sibuk mengaduk minumannya dan memikirkan hal-hal yang tak penting.
Tak lama, sekitar kurang lebih lima menit. Adel kembali dengan sebuah nampan berisi dua potong cake rasa vanilla dan dua cake berwarna coklat.
"Banyak banget Del. Mana abis."
Adel duduk di kursinya "Udah dimakan aja, ntar juga abis." Sahutnya lalu mulai memakan cake yang ia beli tadi.
"Oh iya, Lo ketabrak apaan?"
"Motor." Sahut Alesha sembari mengunyah cake vanilla miliknya.
"Lo yang salah atau dia yang salah?"
"Gue udah bener deh, waktu belok ke perumahan tuh gue udah pake sen. Gue juga gak kenceng ko naik motornya, untung aja dia juga gak kenceng, jadi gue gak dapet luka banyak." Ucap Alesha sembari mengingat-ingat kejadian sore tadi.
"Tanggung jawab gak? Motor Lo kan rusak. Atau motor dia juga rusak?"
Alesha menaruh piring berisi cake yang tinggal separo "Turun dari motor aja enggak, dia langsung pergi. Tadinya ada yang mau ngejar, tapi gue larang. Gue kira motor gue gak kenapa-kenapa, ternyata setelah di cek bapak-bapak stang motor gue miring."
Adel berdecak"Kesalahan Lo juga bego."
"Ko gue?!"
"Lo terlalu baik, kalo gue yang ketabrak mau cuma sepion doang yang lecet gue kejar sampe akhirat."
"CK, gue gak mau ribut aja males. Gue sebenernya hafal nomor plat motor dia. Kayanya kita juga satu sekolah deh. Cuma gue gak yakin."
Adel meminum kopi miliknya "Berapa? Ciri-ciri orangnya kek apa, biar gue cari."
Alesha mengigit bibir bawahnya sedikit berfikir"Orangnya pake helm full face warna item, pake sepatu hitam putih, celana masih SMA, jaket jeans motor ninja warna hitam plat nomor B 2085. Kalo di liat-liat dia lebih mirip ke depkolektor ketimbang anak sekolah."
Adel ikut berfikir sejenak, ciri-ciri yng di ucapkan sahabatnya sedikit mengingatkan dirinya kepada satu orang yang menurutnya tak akan ada yang bisa menyentuhnya barang sehelai rambutpun.
"Ah gak mungkin Kak Alain." Ucapnya mengusir pikirannya sendiri.
"Alain? Yang katanya ketua geng motor itu? Bukan deh kayaknya, mana ada dia ikut upacara."
"Bener juga, yang nabrak elo kan masih pake seragam SMA. Gak mungkin cowok kayak dia mau ikut upacara, Lo berdo'a aja. Semoga bulan dia."
Alesha mengangguk "Kalopun dia bukannya gue punya hak buat minta pertanggung jawaban, dia juga punya kewajiban buat benerin motor gue."
"Mending gk usah deh Al, Lo tau sendiri kan di kayak apa. Udah banyak kakak kelas kita yang keluar sekolah cuma karena dia. Gue gak mau Lo jadi korban berikutnya cuma karena minta pertanggungjawaban motor."
Ya, Siapa yang tak mengenal Alain. Cowok berandalan yang kebetulan anak orang kaya pemilik sekolah.
Kelebihan bukan hanya anak orang kaya, parasnya yang rupawan dengan banyak kelebihan membuatnya disegani banyak anak SMA.
Dilain tempat,
Alain sedari tadi bersin-bersin membuat hidungnya sedikit berair "Lo kenapa bang? Masuk angin?" Ical memberikan beberapa tissue kepada Alain.
Cowok yang memakai kaos polos berwarna hitam itu menerima tissue yang diberikan Ical kepadanya "Gak tau, hidung gue gatel banget." Sahutnya.
"Ada yang ngomongin Lo kali." Timpal Bagas sembari menyesap rokok milikinya.
Ada sekitar sepuluh orang lebih yang berkumpul disana. Beberapa menit yang lalu mereka tengah mendiskusikan beberapa masalah Geng motor yang di pimpin Alain itu.
Tapi sekarang sebagian dari mereka sudah pergi meninggalkan warung tempat biasa mereka nongkrong.
Alain duduk di bangku kayu tepat di samping Ical yang tengah membaca sebuah novel. Cowok itu memang gemar membaca.
Bagas yang sedang menyesal rokok juga terlihat santai dengan duduk di atas jok motor. Beberapa lagi sibuk dengan ponsel mereka masing-masing dan bermain catur di dalam warung.
Warung yang nampak sederhana khas warteg pada umumnya. Hanya saja itu sudah menjadi tempat nongkrong mereka sejak warteg itu berpindah tangan kepada Alain.
Beberapa anggota terkekeh mendengar ucapan Bagas "Btw, besok masuk gak? Katanya cuma lomba-lomba." Tanya Nino yang duduk lesehan di pinggir jalan.
Bima duduk tepat di samping Nino "Yakin Lo?"
"Yakin lah, gue ketua OSIS."
"Wuih bisa sombong juga Lo. Katanya cewek Lo lagi sakit, Lo gak nengokin?" Tanya Bima.
Nino tersenyum miring "Kenapa? Lo mau nengok? Tunggu gue mati dulu baru Lo bisa gantiin gue." Ucapnya.
Yang tadinya suasana hangat kini berubah menjadi hening. Alin bangkit dari duduknya"Kalo mau rebutan cewek jangan disini. Disini tempatnya solidaritas bulan prioritas! Ngerti?!" Ucapnya tegas tepat di depan Nino dan Bima.
Nimo menyenggol lengan Bima "Bercanda gue." Ucap Bima.
"Lagian gue gak bakal mungkin suka sama cewek temen gue sendiri." Lanjutnya.
Nino hanya tersenyum tipis. Sedangkan Alain memilih pergi begitu saja setelah mengambil dan memakai helm miliknya.
_____
See you next part
Salman
Sellaselly12