02. Menemukan Calon Suami

1165 Kata
Setelah tiga jam perjalanan, akhirnya Riska tiba di desa Kakek. Mobilnya berhenti tepat dihalaman rumah terbesar diantara rumah lainnya. Di desa ini, Kakeknya adalah seorang juragan sayur dan buah-buahan. Banyak para warga yang bekerja di perkebunankebun sayur dan buahnya. Oleh karena itu, Kakek sangat disegani oleh para warga. Sebuah keuntungan besar bagi Riska, dimana dirinya bisa melakukan segala hal yang diinginkan. Tanpa harus merasa khawatir tentang orang yang akan menentang dirinya. Hooaamm Riska menguap panjang. Ia kelelahan. Rasa kantuknya sudah tak tertahan. Akhirnya, dirinya memutuskan untuk tidur di mobil. 1 jam kemudian.... Tok tok tok Tidur seorang gadis terusik saat kaca mobilnya terus diketuk berulang kali. Ia menggeliat kecil dan membuka matanya perlahan. Riska baru sadar, jika dirinya masih di dalam mobil. Pantas saja, pria tua itu terus mengetuk kaca mobilnya. "Riska... Cucu Kakek... Ayo bangun... Mari tidur di dalam, Bibi Arum sudah siapkan kamar." ucap Kakek pada cucunya. Riska mendengkus. Kemudian, membuka pintu mobil. Ia sedikit terkejut melihat sang Kakek yang masih tampak muda, bertolak belakang dengan usianya. "Ya ampun, Kakek! Kok masih keliatan muda aja sih, Kek! Kayak sebelas, dua belas sama Papa!" sapa Riska sambil memeluk tubuh sang Kakek. Sebenarnya, ia juga tak percaya. Tetapi, memang benar, Kakeknya tampak lebih muda dari usianya. Entah, apa yang membuatnya awet muda. "Kamu ini, bisa saja! Kakekmu ini sudah tua. Mungkin sebentar lagi akan dilamar oleh malaikat." sahutnya membuat sang cucu mengerutkan kening. Ia tak mengerti maksud perkataan Kakek. "Dilamar malaikat? Kenapa nggak dilamar sama Mbah Tiyem aja, Kek?!" celetuk Riska teringat jika Kakeknya dan Mbah Tiyem sempat ingin menikah, namun gagal karena tidak mendapat restu dari anak-anaknya. Riska merasa kasihan pada Kakeknya yang tak bisa bersatu dengan Mbah Tiyem. Papa, Tante, dan pamannya menyuruh Kakek untuk setia pada mendiang Nenek. Jadi, pernikahan pun gagal. Kakek juga tak ingin mengecewakan mendiang istrinya, oleh karena itu ia terpaksa membatalkan pernikahan yang sudah dibicarakan dengan Mbah Tiyem sebelumnya. "Sembarang saja omonganmu! Wanita itu kodratnya dilamar. Bukan melamar. Lagipula, Mbah Tiyem sudah lebih dulu dilamar oleh malaikat Izrail." ucap Kakek dengan raut sedih. Mengingat wanita tambatan hatinya lebih dulu pergi dari dunia ini, setelah satu bulan gagalnya mereka menikah. Riska bungkam. Ia dapat melihat jelas kesedihan sang Kakek lewat raut wajahnya. "Jangan sedih ya, Kek. Nanti bakal ketemu Mbah Tiyem sama Nenek di surga. Eh, kalo ketemu Mbah Tiyem sama Nenek di surga, mereka berantem nggak ya? Ngerebutin Kakek gitu? Ah, kayaknya seru, deh!" ucap Riska yang mulai berpikir konyol. Riska mengadu sakit setelah Kakek menyentil keningnya. Kemudian, pergi meninggalkannya begitu saja. Dengan menghentakkan kaki di tanah, ia berjalan menyusul sang Kakek yang sudah duduk di kursi teras rumah sambil memakan pisang goreng buatan Bi Arum, asisten rumah tangga di rumah Kakek. "Kakek... Sakit tau, Kek! Pokoknya, Kakek harus tanggung jawab!" keluh Riska sambil mengelus keningnya. Kakek menggelengkan kepala melihat kelakuan cucunya yang masih seperti anak kecil. Ia menepuk kursi kosong di sebelahnya. Seolah mengerti, Riska pun menjatuhkan tubuhnya di kursi. Tak peduli dengan suara keras yang ditimbulkannya. "Nih, minum." Kakek memberikan teh hangat padanya. "Nggak mau. Riska maunya minum air es." "Masih pagi, Riska." Riska mengerucutkan bibirnya. Ia memilih mengedarkan pandangan ke sekitar. Terlihat masih asri. Banyak pepohonan yang membuat udara semakin segar di setiap pagi. Riska memicingkan matanya melihat seorang lelaki yang memakai sarung, baju koko, dan peci berjalan melewati rumah sang Kakek. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. Wajah lelaki itu sangat tampan, hingga Riska jatuh ke dalam pesonanya. "Calon suami, gue!" teriaknya dalam hati. Tanpa berpikir panjang, Riska berlari ke arahnya. Ia tak membuang kesempatan saat lelaki itu berhenti melangkah. Grep! Riska memeluk tubuhnya dari belakang. Ia merasa nyaman. Tanpa menyadari, jika tubuh yang dipeluknya seketika menegang. Untuk pertama kalinya, seorang gadis memeluk tubuhnya. Dengan cepat, lelaki itu menyingkirkan tangan yang melingkar dipinggangnya. Tetapi, Riska malah mengeratkan pelukannya. Hingga kedatangan sang Kakek menjadi penyelamat lelaki tersebut. Untungnya, suasana masih sepi. Jika tidak, mereka akan dinikahkan saat itu juga. "Riska, lepaskan pelukanmu! Bersikaplah sopan pada Ustadz Rifki." ucap Kakek berusaha melepaskan pelukan cucunya. Mendengar kata 'ustadz' yang terlontar dari mulut Kakek, Riska pun melepas pelukannya. Ia menyunggingkan senyum. Jika lelaki yang dipeluknya adalah seorang ustadz, berarti lelaki tersebut adalah lelaki sholeh. Senyum Riska semakin mengembang sempurna. "Maafkan cucu Kakek. Dia memang sedikit tidak waras." ucap Kakek memandang intens pada cucu perempuannya. Riska mencubit lengan Kakek. Ia tidak terima dikatakan tidak waras. Tanpa sadar, jika ada seseorang yang sedang menahan tawanya. Saat Riska mengalihkan pandangan, ia bertatapan dengan netra hitamnya. Seketika, jantungnya berdebar. Riska sudah tak asing dengan debaran itu, jika bersama dengan lelaki yang dicintainya. Ia sudah berkali-kali merasakan cinta. Tetapi, semua kisah cintanya kandas. Hingga membuatnya malas berurusan dengan yang namanya cinta. Namun, orangtuanya malah menjodohkannya dan membuatnya mau tak mau harus mencari calon suami sesuai kriteria sang Mama agar terbebas dari perjodohan itu. "Gila nih lelaki! Udah ganteng, putih, tinggi, hidungnya mancung, alisnya tebel, sholeh juga kayaknya. Ini mah paket komplit. Gue tinggal mastiin, dia kaya atau nggak?! Masalah akhlak, pasti baguslah. Kata Kakek, dia itu Ustadz. Otomatis berbudi pekerti baik atau luhurlah." cerocos Riska dalam hati. "Kalau begitu, saya pamit dulu, Kek. Assalamu'alaikum." pamitnya, kemudian berjalan meninggalkan Kakek dan Riska "Wa'alaikumussalam." "Eh, Tunggu! Riska mau kenalan!!" teriak Riska menyusulnya. Riska berdiri di depannya. Ia bingung melihat lelaki itu terus menunduk ke bawah. Padahal, tidak ada uang atau apapun. "Em... Riska." Riska mengulurkan tangannya. Tetapi, lelaki itu tak kunjung menjabat tangannya. "Rifki." ucapnya datar sambil menangkupkan kedua tangan di depan d**a. "Kamu Ustadz?" Ustadz Rifki mengangguk pelan. "Akhirnya!" sorak Riska kegirangan. Bahkan, dirinya sampai berjingkrak-jingkrak. Ustadz Rifki menggeleng. Kemudian, kembali melanjutkan perjalanannya yang sempat terhenti akibat ulah gadis aneh itu. Di dalam langkahnya, ia terus beristighfar, memohon ampun kepada Allah. Atas kejadian yang menimpanya pagi ini. Entah, dosa apa yang dibuatnya, hingga di pagi ini, ia dipeluk oleh gadis yang ternyata adalah cucu Kakek Tomo. "Ustadz, Riska cinta sama Ustadz Rifki! Ustadz Rifki harus mau jadi calon suami Riska!!" teriaknya begitu frontal. Langkah Ustadz Rifki terhenti. Ia rasa, gadis yang bernama Riska itu memang tidak waras. Pertama, gadis itu tiba-tiba memeluknya dan sekarang menyatakan perasaannya, serta memintanya untuk mau menjadi calon suaminya. Sungguh, tidak waras. Riska tersenyum tak karuan. Ia memutuskan untuk mencintainya. Karena dirinya yakin, Ustadz Rifki memang calon suami yang sesuai dengan kriteria sang Mama. Mulai saat ini, ia akan berjuang untuk mendapatkan cintanya. Waktu enam minggu, sepertinya cukup untuk menaklukkan hati Ustadz Rifki. Secara, Riska itu sempura. Tetapi, tidak baginya yang sama sekali tak menyukai sosok gadis seperti Riska. Apalagi, dengan pakaian yang dikenakan oleh Riska sangat mencirikan bahwa dirinya adalah orang kota yang kebanyakan tidak taat pada norma agama. Tidak seperti di desa ini, yang menjunjung tinggi norma agama. "Pokoknya, Ustadz Rifki bakal jadi calon suami Riska! Riska akan berjuang untuk mendapatkan cinta Ustadz Rifki. Riska yakin, Ustadz akan jatuh cinta sama Riska. Karena Riska itu cantik, pinter, baik, anak Mama Rini dan Papa Reno! Satu lagi, Ustadz Rifki, Riska itu body goals!! Ustadz pasti bahagia kalo mau jadi suaminya, Riska!!" teriaknya yang hanya dianggap angin berlalu oleh Ustadz Rifki.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN