Part 5. Pertemuan Dengan Fita
"KAK SEAN!!!!!!"
Fiza meringis kesakitan ketika tubuh kecilnya terjatuh menyedihkan ke lantai akibat tabrakan kuat Fita.
"SIAPA DIA KAK?!"
Fiza mengeluh dalam hati. Bukannya di tolongin, gadis cantik di depannya malah berteriak tidak jelas.
"Dia Fiza, kak." sahut Xavier yang tiba-tiba muncul dan membantu Fiza berdiri. "Kau tidak apa-apa 'kan, Za? Tidak ada yang sakit, 'kan?" tanyanya begitu khawatir.
Raut wajah khawatir dan nada cemas Xavier membuat Fiza menggeleng seraya tersenyum kecil. "Aku tidak apa-apa."
Xavier tersenyum lega dan mengelus puncak kepala gadis itu sekilas.
"FIZA SIAPA?!" Sementara Fita, masih bertanya dengan nada ngegasnya.
"Sudah lah. Tidak penting. Dia hanya lah gadis jelek yang tidak di ketahui asal usulnya." sahut Sean kejam sehingga membuat Fiza menatapnya kesal.
"Kak, dia berasal dari mana? Sepertinya dia bukan berasal dari sini. Fisiknya terlihat sangat berbeda dari kita semua."
Fiza semakin kesal. Iya, dia tahu kalau dia berbeda. Dia jelek, sedangkan mereka cantik dan tampan. Kulitnya kuning langsat, sedangkan mereka seputih salju. Perbedaan yang sangat kontras sekali. Mungkin di zaman ini, dia lah gadis yang paling jelek! Miris!
****
"Jadi kau berasal dari zaman modern itu?"
Mendadak Fita menjadi wartawan yang mengepoi seluruh kehidupan Fiza.
Untungnya Fiza sabar dan menjawab semua pertanyaan Fita dengan baik.
"Kenapa kau bisa terdampar di sini? Apakah kau di bunuh seperti mama?" Tanya Fita kepo akut.
"Iya."
"Kau pendiam juga ya."
"Tergantung."
"Maksudmu?"
"Aku hanya akan menjadi pendiam ke orang yang tidak aku kenal dekat." sahut Fiza seraya menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.
"Tapi kan kita sekarang sudah dekat. Lihat nih, duduk kita saja dekat." usil Fita.
Lagi-lagi Fiza hanya bisa mengelus d**a menghadapi tingkah Fita. Rupanya di jahili itu menyebalkan. Di kehidupan sebelumnya dia lah yang sering menjahili orang-orang. Sekarang? Hah. Dia tidak berani. Apalagi tokoh utama ciptaannya sadis semua. Bisa tinggal nama dia nantinya.
"Bisa ceritakan kehidupanmu yang dulu kepadaku?" Pinta Fita memelas. Ia sungguh penasaran dengan zaman modern.
Fiza mengangguk seraya tersenyum tipis. "Tanyakan saja yang ingin kakak ketahui."
"Ehm, baiklah." Fita tersenyum bahagia mendengar jawaban Fiza.
"Tahun berapa kau lahir?"
"5 maret 2002."
"Wah, sama. Cuma tahunnya saja kita yang beda." jerit Fita.
Fiza hanya tersenyum paksa. Bingung menanggapinya seperti apa.
"Umurmu?"
"17 tahun."
"Berapa saudaramu?"
"2."
"Laki-laki atau perempuan?"
"Laki-laki."
"Bagaimana sifat mereka?"
Fiza menjawab sambil menerawang. "Sangat menyebalkan."
"Apa yang kau sukai?"
"Pecel ayam."
"Hah?" Fita melongo seketika. "Makanan jenis apa itu?" herannya.
"Susah menjelaskannya." sahut Fiza sambil mengendikkan bahunya cuek.
"Baiklah."
"Apakah kau sudah mempunyai pacar? Kalau belum punya, kau bisa bersama kakak kembaranku." Fita kembali melanjutkan sesi bertanya nya.
"Tidak cocok sama sekali."
'AKU TIDAK MAU PACARAN DENGAN PRIA MUNA SEPERTINYA. BISA MAKAN HATI TERUS AKU.' Jerit batin Fiza.
"Maksudmu?"
"Aku jelek, sedangkan dia tampan."
'OKE. INI JUGA SALAH SATU ALASANKU.'
"Oh ayo lah. Jangan di masukkan ke dalam hati ucapan kakakku. Kau tidak jelek kok. Kau imut dan manis. Aku suka dengan pipimu." Fita mencubit pipi Fiza dengan gemas. "Lagipula cinta itu tidak memandang fisik."
Fiza tersenyum kecut. Tidak memandang fisik ya? Tapi, selama dia hidup kenapa cinta itu selalu memandang fisik?
"Tunggu di sini sebentar. Jangan pergi ke mana-mana." Fiza mengangguk pelan. Memejamkan matanya dan menghirup napas dalam-dalam ketika kepalanya berdenyut sakit.
Kejadian 2 hari yang lalu masih meninggalkan jejak di dirinya. Kepalanya masih sering berdenyut sakit. Meski lukanya akibat terguling-guling gratis di tangga sudah mulai mengering.
"Ini semua Sean penyebabnya." decaknya kesal seraya mengelus kepalanya yang nyerinya sudah agak menghilang.
"Kau sendiri yang terjatuh, jangan salahkan aku atas tindakan bodoh mu hari itu!"
Sean tiba-tiba datang seraya tersenyum sinis.
"Jangan harap setelah kau berhasil mengambil perhatian kedua orang tua dan adikku, kau bisa memiliki ku."
Fiza tercengang. Cara duduk yang awalnya canggung dan kaku langsung berubah sepenuhnya. Fiza menatap Sean dengan tatapan tidak percayanya. "Kau itu ciptaan ku! Andaikan waktu bisa di ulang, aku akan membuatmu menjadi pria yang bisu." decak gadis itu kesal.
Sean menatap gadis di hadapannya datar. "Dasar gadis aneh!"
BODO AMAT! Berbicara dengan Sean memang sangat menguras emosi. Dengan berlari kencang Fiza meninggalkan Sean yang menatap kepergiannya dengan tatapan melongo.
"GADIS JELEK! BERANI SEKALI KAU MENINGGALKANKU TANPA PAMIT!"
"BODO AMAT!" balas Fiza berteriak seraya meleletkan lidahnya ke pria tampan nan dingin itu.
-Tbc-