Part 6. Claim
Meski takut dan ragu, Fiza tetap memaksakan kakinya keluar dari dalam istana dengan tekad kuat mencari pekerjaan yang sekiranya bisa menjadi penunjang kehidupannya selama di zaman kuno ini sehingga ia tidak perlu lagi berada dalam kerajaan Xu, tidak perlu bertemu dengan Sean yang menyebalkan dan menjengkelkan.
Entah pekerjaan seperti apa yang dapat menampung seorang gadis biasa sepertinya. Tidak cantik, tidak sexy, tidak berbakat, dan ceroboh. Susah pastinya mencari pekerjaan yang cocok dengannya di zaman ini. Oh, ataukah ada pekerjaan sebagai penulis di sini? Misal pekerjaan sebagai penulis cerita untuk para petinggi. Tapi, ngeri juga sih. Kalau mereka tidak suka ceritanya, bisa-bisa dia dihukum mati. Aih, hidup di sini memang ribet. Lebih baik berada di zamannya saja, hanya perlu pergi sekolah dan mengerjakan tugas tanpa memikirkan pekerjaan apa yang harus dilakukannya demi menghasilkan uang.
Fiza mengambil nafas dalam-dalam kala melihat salah satu warung yang banyak pengunjungnya. Sekali lagi, Fiza menguatkan tekadnya untuk bertanya ke pemilik warung meskipun sebenarnya kaki terasa sangat berat untuk melangkah masuk ke dalam.
Oke, ini adalah pengalaman pertamanya dalam mencari pekerjaan. Sepertinya harus di catat baik-baik supaya dia tidak lupa nantinya.
“Permisi, boleh saya bertemu dengan pemilik warungnya?” Tanya nya pada salah seorang wanita paruh baya yang berlalu lalang.
“Ya. Saya sendiri pemiliknya. Ada apa?”
Fiza mengulas senyum canggung khasnya. “Apakah ada lowongan pekerjaan di sini, bu?”
Wajah ramah yang ditunjukkannya tadi langsung berubah seratus delapan puluh derajat hingga membuat Fiza terhenyak dan ketar ketir sendiri. “Tidk ada.” Sahu wanita itu dengan nada sedikit membentak. “Keluar dari warungku sekarang, masih banyak pelanggan yang ingin masuk ke sini dank au menghalangi mereka.”
Fiza mendecih kesal dan langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia sangat kesal dengan pemilik warung itu. Bisa kan menjawab dengan lemah lembut, kenapa malah menjawab dengan membentak. Fiza harap warung orang itu tidak akan laris lagi untuk yang ke depannya.
Meski telah mendapatkan penolakan sekali, hal itu tidak membuat Fiza mundur. Dia kembali mencari pekerjaan lainnya. Mendatangi dari satu tempat ke tempat lain. Berbagai penolakan yang diterima nya hanay bisa membuatnya mengelus d**a sabar. Maklum, dia bukan siapa-siapa di zaman kuno ini. Dia hanya lah gadis modern yang terjebak di zaman kuno setelah di bunuh oleh pamannya sendiri.
“Pak, apakah di sini ada lowongan pekerjaan?” entah toko ke berapanya yang ia datangi sedari tadi. Kali ini toko perhiasan.
“Kau jelek! Tidak akan bisa menarik perhatian pembeli.”
Tatapan kesal dilayangkannya mendengar jawaban pemilik toko perhiasan itu. Ya, ia tahu kalau ia jelek tapi tidak usah diperjelaskan. Lagipula orang kan membeli perhiasan untuk mempermewah diri dengan barangnya, bukan dengan penjualnya.
Lalu, kenapa semua orang di dunia ini hanya memandang fisik? Memangnya fisik cantik akan di bawa sampai mati, huh?
“Ta---“
“Tapi apa, pak?” fiza bertanya tidak sabaran. Kali aja si pemilik toko berubah pikiran.
Namun, senyuman aneh dan tatatapan m***m pria tua itu membuat Fiza paham seketika. Yang pasti, pria itu kan mengatakan sesuatu yang buruk padanya.
“Kau bisa tidur denganku dan aku akan memberimu perhiasan yang kau sukai di sini.”
Amarah nya tak lagi dapat terbendung mendengar perkataan pria itu meskipun sebelumnya sudah memperkirakannya. Ia sangat kesal dianggap remeh seperti itu oleh orang lain. Meskipun sangat miskin, ia masih punya harga diri!
Dan, apakah tidak cukup Sean saja yang merendahkan dirinya? Apakah orang lain harus ikut-ikutan juga untuk merendahkannya?!
“Bagaimana dengan tawaranku, gadis kecil? Aku hanya membiarkan penawaran ini berlaku sampai hari ini saja. Besok kau tidak akan mendapatkan kesemapatan lagi untuk mendapatkan apa yang kau mau.”
Fiza langsung menunjuk wajah pria tua itu dengan sengit. “Kau pria tua yang tidak tahu malu! Aku tidak aka sudi untuk menerima tawaran hinamu itu!” bentaknya kesal dan langsung meninggalkan toko perhiasan tersebut tanpa mempedulikan tatapan aneh para pelanggan.
Sungguh pengalaman mencari pekerjaan yang buruk. Di masa mendatang, dia tidak akan pernah mencari pekerjaan lagi karena dial ah yang akan membuat lapangan pekerjaan.
Tidak membuang-buang waktu untuk mencari pekerjaan lagi, akhirnya Fiza memutuskan untuk pulang ke istana dengan keadaan yang sangat tertekan. Meskipun demikian, ia berusaha untuk tetap terlihat biasa saja seraya berusaha melupakan kenangan buruk selama mencari pekerjaan tadi.
Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, akhirnya Fiza sampai di kerajaan. Gadis itu tidak langsung ke dalam kediaman karena ingin mencari suasana menenangkan terlebih dahulu untuk merefreshing otaknya yang terisi oleh pemikiran-pemikiran menyebalkan.
Ia duduk di sebuah kursi taman. Kemudian meratap. Menghela nafas berulang kali karena beban hidupnya tak tertahankan lagi.
Ia ingin keluar secepatnya dari istana, tapi kenapa terasa begitu sulit. Dia tidak punya uang sedikit pun. Mana mau dia menjadi gelandangan di luar sana. Lebih baik di sini dan makan hati terus karena mendengar ucapan Sean!
“Gadis jelek! Ikut dengan ku ke Kerajaan Han!”
Baru saja memikirkan sumber kesengsaraannya,orang itu sudah muncul saja di hadapanya. Benar-benar sial.
“Ti—“
“Aku tidak menerima bantahan!”
Begitu otoriter dan mengintimidasi sehingga Fiza tidak berani untuk menolak lagi.
Dan di sini lah dia, di Kerajaan Han seorang diri seperti anak ayam hilang.
Iya, dia seperti anak ayam hilang karena Sean meninggalakannya begitu saja kala sudah sampai di kerajaan Han. Entah apa tujuan pria tampan itu membawanya ke Kerajaan ini jika pada akhirnya ditinggalkan begitu saja dan tidak dianggap sama sekali. Sungguh, Fiza tak habis piker dengan pola pemikiran seorang Sean.
Yang pasti Sean itu kejam dan munafik! Ingin menangisi nasib malangnya yang bisa bertemu dengan orang seperti Sean tapi rasanya terlalu bodoh menangisi hal itu.
Dengan perasaan dongkol tak terkira, Fiza mencari-cari keberadaan Sean. Namun, di tengah perjalanan, ia tak sengaja mendengar pembicaraan seseorang. Merasa penasaran, Fiza memutuskan untuk mendekat ke asal suara untuk mendengarkan lebih jelas dan mengintip siapa yang berbicara itu.
“Kau di sini, Fita? Aku baru saja ingin mengunjungi kediamanmu.”
Ternyata Fita, Su Ho, dan Se Ta lah yang terlibat dalam pembicaraan itu. Fiza merasa tidak sabar untuk melihat kelanjutannya.
“Kenapa?”
“Kenapa apanya?”
“Kenapa kau ingin mengunjungi istriku?”
Se Ta terdiam.
“ada apa, Kak Se Ta?”
Se Ta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Eoh, aku bermaksud ingin mengajarimu bermain pedang lagi.”
“Tidak ada bermain panah lagi!” ketus Su Ho penuh penekanan. Ia menatap istrinya tajam. “Mulai sekarang kau tidak boleh bermain panah lagi dengannya.”
Fita hendak protes. “Kalau kamu masih ingin bermain panah, aku yang akan mengajarimu.”
Dengan sengaja Su Ho mencium bibir Fita yang hendak protes lagi. Dia mencium bibir Fita agak lama. Terakhir, dia mengecup leher Fita yang sudah terdapat banyak kiss mark buatannya. Fita hanya bisa pasrah dicium suami tampannya karena ada Se Ta.
Se Ta yang melihat semuanya mengepalkan tangannya kesal.
"Aku ingin melanjutkan aktivitas kita yang tertunda tadi, sayang." cetus Su Ho ambigu.
"ARGHHHH!! TURUNINNNNNNN!!"
"Simpan suaramu untuk permainan kita nanti, sayang."
"DASAR SUAMI m***m!"
Se Ta menendang kursi taman yang berada di dekatnya dengan emosi setelah keduanya tidak kelihatan lagi. "Sialan! Mereka malah bermesraan di depanku." geramnya.
Se Ta meraup wajahnya kasar dan duduk di bangku taman.
"Coba lah untuk melupakan perasaanmu padanya. Masih banyak perempuan di dunia ini. Jangan biarkan hatimu tersakiti lebih lama dan jangan biarkan cinta itu menghancurkanmu secara perlahan."
Se Ta menoleh ke asal suara. "Siapa kau?" tanyanya ke perempuan berhanfu biru yang tak lain Fiza. Gadis yang tak sengaja melihat cerita yang dibuatnya langsung.
"Kau tidak perlu tahu siapa aku." Fiza tersenyum. "Yang harus kau ingat. Lupakan perasaanmu padanya sebelum perasaan itu menghancurkanmu di lain hari." ujarnya memberikan peringatan.
Perempuan itu berbalik dan berjalan meninggalkan Se Ta yang termanggu di tempat. Tersadar, Se Ta mengejar perempuan itu dan mencengkram bahu perempuan tersebut. Dia memaksa perempuan itu berbalik.
"Atas dasar apa kau berkata seperti itu?!" tanyanya kasar
Fiza meringis. "Aku hanya memperingatimu. Tapi, percaya lah. Kalau kau tidak mendengarkan nasihatku, kau akan hancur."
Ia hanya kasihan dan merasa bersalah dengan Se Ta. Dia tidak laki-laki itu hancur nantinya. Apalagi pria itu salah satu tipe pria idamannya.
Se Ta menyeringai. "Kalau begitu, jadi lah milikku. Bantu aku untuk menghilangkan perasaanku kepadanya."
"GADIS JELEK! DIMANA KAU?!"
Perempuan berhanfu biru itu menghela nafas kesal.
Se Ta, pria itu, menatap perempuan di depannya dengan tatapan yang tidak dapat di artikan.
-Tbc-